Eko Yuli Lewati Capaian Lisa, Empat Medali di Empat Edisi

28
BERUNTUN DI EMPAT EDISI: Lifter senior andalan Indonesia, Eko Yuli Irawan kembali sukses mempersembahkan medali perak di Olimpiade Tokyo 2020. Eko berhasil menyelesaikan total angkatan 302 kg di Tokyo International Forum Hall, Jepang, Minggu (25/7).(NOCINDONESIA FOR KEMENPORA.GO.ID)

Eko Yuli Irawan memang belum bisa meraih emas Olimpiade yang pertama di cabor angkat besi. Namun, Eko tetap tercatat sebagai lifter Indonesia tersukses. Selama kariernya, Eko telah mengoleksi dua perak dan dua perunggu Olimpiade.

Semua diraih beruntun dalam empat kali keikutsertaannya di ajang Olimpiade. Karena itulah, Eko kini menjadi atlet pertama Indonesia yang mengoleksi empat medali di empat edisi Olimpiade.

Capaian Eko itu telah melampaui raihan Raema Lisa Rumbewas. Lifter perempuan asal Papua tersebut tercatat mengoleksi satu perak dan dua perunggu dalam tiga edisi Olimpiade beruntun.

Hasil itu masih ditambah dengan raihan Asian Games. Eko juga menjadi lifter pertama Indonesia yang menjuarai Asian Games. Dia meraih emas pada Asian Games 2018. Nah, Eko mendapatkan medali perak pada Olimpiade Tokyo setelah menempati posisi kedua dalam kelas 61 kilogram.

”Medali perak ini saya persembahkan untuk seluruh masyarakat Indonesia dan keluarga,” kata lifter 32 tahun tersebut. Dia kalah dari rivalnya, Li Fabin.

Lifter Tiongkok itu menyabet emas dengan raihan snatch 141 kilogram, rekor Olimpiade untuk clean and jerk 172 kilogram, dan total angkatan 313 kilogram. Sementara, Eko mencatat hasil snatch 137 kilogram, clean and jerk 165 kilogram, dan total 302 kilogram. Hasil itu jauh dari target yang Eko tetapkan.

”Saya minta maaf karena belum bisa mempersembahkan emas untuk Indonesia sebagaimana cita-cita saya,” ujar Eko kepada Tim Media KOI.

Pada pertandingan di Tokyo International Forum kemarin, Eko memulai angkatan snatch dengan cukup mulus dengan 137 kilogram. Hanya, pada angkatan snatch kedua, Eko menaikkan beban menjadi 141 kilogram dan dia gagal. Pada angkatan ketiga, dia juga tidak berhasil.

Sebaliknya, Fabin yang gagal pada snatch pertama justru berhasil pada dua kesempatan berikutnya. Fabin pun berada di atas angin. Apalagi, Fabin berhasil meraih angkatan 172 kilogram pada clean and jerk kedua.

Saat clean and jerk pertama 165 kilogram, Eko berhasil mengamankan perak. Eko kemudian berani menaikkan angkatan hingga 177 kilogram. Dengan harapan, jika berhasil, dia bisa mengalahkan Fabin. Jika gagal, Eko tetap meraih perak. Sayangnya, Eko gagal dalam dua clean and jerk terakhir.

Eko mengakui berani menaikkan angkatan kedua clean and jerk tersebut agar bisa menyusul Fabin. ”Sebab, pada angkatan snatch, saya sudah selisih 4 kilogram dengan Li Fabin. Keputusan itu harus saya ambil untuk membuka peluang meraih emas,” jelasnya.

Baca Juga:  Geliat UMKM di Teknologi Digital: Lebih Untung Tapi Butuh Perhatian Pemerintah

Sementara itu, lifter Deni belum bisa meraih hasil maksimal. Deni yang turun pada kelas 67 kilogram menempati posisi ke-9. Deni meraih hasil snatch 135 kilogram, clean and jerk 166 kilogram, dan total 301 kilogram.

Raih Medali di Usia 19 Tahun

Sementara itu, lifter muda berusia 19 tahun Windy Cantika Aisah menjadi orang Indonesia pertama yang meraih medali di Olimpiade Tokyo 2020. Windy mendulang perunggu pada kelas 49 kilogram. Pada pertandingan di Tokyo International Forum Sabtu (24/7), Windy mencatat angkatan total 194 kilogram. Windy berhasil mencatat angkatan terbaik pada snatch dengan 84 kg.

Sedangkan di clean and jerk, Windy mampu mengangkat 110 kg. Yang luar biasa, Windy tidak pernah gagal dalam clean and jerk. Dia secara sempurna mengangkat mulai 103 kg, 108 kg, dan terakhir 110 kg.

Keberhasilan Windy yang merupakan juara dunia junior 2021 tersebut adalah kejutan besar. Sebab, dalam debutnya di Olimpiade ini, Windy sejatinya tidak diunggulkan. Untunglah, Windy sedikit ‘terbantu’ dengan kegagalan lifter asal Amerika Serikat Jourdan Delacruz yang gagal total menciptakan angkatan pada clean and jerk.

Dia didiskualifikasi karena gagal mengangkat dalam tiga kesempatan 108 kg. Padahal Delacruz tampil solid dengan catatan 86 kg pada snatch. Jumlah itu berada dua kilogram di atas Windy.

Peraih emas ajang ini adalah juara dunia 2018 asal Tiongkok Hou Zhihui. Hou seolah bertarung sendirian karena standarnya berada jauh di atas para kompetitor. Hou menciptakan total angkatan 210 kg yang merupakan rekor baru Olimpiade.

Selain itu, catatan snatch (94 kg) dan clean and jerk (116 kg) yang dia buat juga merupakan rekor baru Olimpide. Peraih perak adalah lifter asal India Saikhom Mirabai Chanu. Dia menciptakan total angkaan 202 kg, sangat jauh dibandingkan dengan Hou.
Windy merupakan salah satu atlet muda potensial Indonesia. Windy tergabung di Grup A dan menempati urutan ketiga dalam daftar angkatan terberat. (gil/c14/bas/jpg)