
Kopi Bukik Apik menjadi salah satu daya tarik wisata kuliner di Bukittinggi. Cara pengolahannya yang masih tradisional menjadikan kopi ini memiliki keunikan tersendiri.
Weli Narcom, 57 dan Efa Rozana, 55, pasangan suami istri, pelaku usaha kopi di Bukik Apik mengatakan sebagian besar masyarakat Kelurahan Bukik Apik merupakan pengusaha kopi.
“Cara pengolahan kopinya masih dilakukan secara tradisional. Jadi saat merendang kopi masih menggunakan belanga. Itu ciri khasnya,” ucap Weli Narcom. Tak hanya itu, metode pengolahan kopi telah diwariskan dari beberapa generasi sebelumnya.
“Masyarakat di sini mengolah kopi sudah dari beberapa generasi sebelumnya. Sudah tiga generasi. Kalau istri saya, ibunya, neneknya dan ibu dari neneknya juga sudah mengolah kopi,” jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan, jenis kopi yang digunakan adalah kopi jenis robusta, sementara biji kopinya berasal dari Malalak, Agam, juga ada dari Baso, Padangpanjang dan sesekali biji kopi dari Solok.
Terkait biji kopi ini, tidak ada yang bisa memastikan ketersediaan kopi sebagai bahan baku utama selalu ada. “Jadi itu juga menjadi permasalahan bagi kami sebagai pengolah kopi,” tuturnya.
Ia mengharapkan ada solusi mengatasi persoalan ini. “Kami sudah membuat koperasi dan mengupayakan agar pegiat kopi di sini memiliki lahan yang bisa dijadikan kebun kopi, nantinya menjadi sumber bahan baku kopi. Namun sejauh ini upaya itu masih belum terlaksana. Tentu saja, harapan saya agar pihak pemerintah kota ikut andil dalam upaya ini,” jelasnya.
Selain bahan baku, untuk pengolahan rata-rata pegiat kopi di sini melakukan penggilingan ke tempat lain. “Jadi harapan saya ada semacam bantuan alat penggilingan kopi yang mungkin dikelola lewat koperasi atau semacamnya. Sehingga biaya produksi dari pengolahan kopi bisa ditekan,” ujarnya.
Kemudian, terkait pemasaran. Ia berharap pemerintah juga memfasilitasi pemasaran agar distribusi kopi menjadi lebih mudah dan stabil.
“Kalau saya secara pribadi telah melakukan penjualan secara online, bergabung dengan market place. Kalau offline telah memasarkannya di rumah makan, kedai kopi dan tempat wisata lainnya. Namun saya juga berharap ada pihak lain yang ikut terlibat,” harapnya.
Misalnya, disediakan tempat khusus oleh pemerintah daerah yang memfasilitasi pemasaran Kopi Bukik Apik ini. “Semisal kafe atau resto di lokasi wisata yang menampung produk kopi dari Bukik Apik ini. Dengan begitu bisa lebih menjangkau penikmat kopi dari pengunjung atau wisatawan yang berkunjung ke Bukittinggi,” ucapnya. (r)