Pasar Amor di Kecamatan Sungai Puar, Kabupaten Agam yang kini terbengkalai mesti dihidupkan kembali sehingga bisa meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat.
Keberadaan pasar seluas sekitar 4,5 hektare tersebut juga sangat mendukung sektor pariwisata dan ekonomi kreatif serta bisa jadi tempat berdagang yang layak dan nyaman bagi para pedagang. Apalagi posisinya tidak jauh dari destinasi wisata di Agam maupun Bukittinggi.
Pegiat pariwisata M Zuhrizul mengaku prihatin dengan kondisi Pasar Amur saat ini. Sudah bersemak-belukar dan sebagian lagi bangunannya rusak. Padahal jika difungsikan, banyak persoalan yang bisa diatasi termasuk kemacetan lalu lintas di kawasan Padanglua Agam, Kotobaru Tanahdatar dan Bukittinggi.
Pada masa kepemimpinan Bupati Agam Aristo Munandar, kata Zuhrizul, sangat baik sekali tujuan pasar itu didirikan tahun 2002 lalu yakni untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, terutama para pedagang.
“Kalau kita ingin meningkatkan perekonomian pedagang, pariwisata dan ekonomi kreatif, maka pasar ini mesti difungsikan oleh pemkab bersama pihak nagari. Di sini kita bisa bikin tempat layak dan nyaman bagi pedagang yang selama ini banyak beraktivitas di sisi badan jalan Padanglua dan Kotobaru. Mereka sering disebut sebagai salah satu pemicu kemacetan,” jelas tokoh pariwisata Sumbar asal Matur Agam itu.
Pasar tersebut bisa dijadikan tempat masyarakat berjualan hasil kerajinan ekonomi kreatif, kuliner, buah-buahan, sayuran segar serta rest area dan lainnya. “Bus-bus pariwisata nantinya mesti diarahkan masuk ke pasar ini. Saya kira teman-teman di Asita maupun travel penyedia bus pariwisata mau. Apalagi jika di pasar ini telah ada kios pedagang kebutuhan oleh-oleh atau cenderamata yang biasa diburu wisatawan,” tambahnya.
Begitu pula dengan mobil angkutan kota yang mobilitasnya biasa ke Bukittinggi dan Kotobaru mesti diarahkan masuk ke Pasar Amor. “Jika itu dilakukan, maka transaksi pedagang di sini bakal hidup,” ungkap alumni SMA 1 Bukittinggi yang juga pengelola Lawang Adventure Park ini.
Sinergi antar kabupaten/ kota bertetangga, kata Zuhrizul, perlu pula ditingkatkan karena orientasinya untuk kepentingan ekonomi masyarakat dan pariwisata.
Bila itu terjalin dengan baik, maka ke depannya bus yang membawa wisatawan yang ingin jalan-jalan ke Bukittinggi bisa diparkir di kawasan pasar ini. Penumpangnya naik shuttle bus atau disiapkan bus tingkat seperti di Eropa.
“Solusi ini tentu saja bisa mengurangi kemacetan di pusat kota atau mengatasi kekurangan lokasi parkir yang sering dikeluhkan pengunjung ketika ke Bukittinggi,” tambahnya.
Namun demikian, Zuhrizul mengingatkan agar pengelolaannya mesti dilakukan secara profesional sehingga pasar ini bisa menjadi pusat aktivitas ekonomi yang aman dan nyaman bagi orang berjualan maupun berbelanja. “Jika pengelolaannya baik, maka pedagang dan pengunjung betah berada di pasar ini. Aktivitas transaksi juga ramai,” imbuhnya.(esg)