Anggota Komisi IV DPR RI Hermanto mengungkapkan bahwa ketersediaan beras dalam negeri dari bulan Januari sampai Mei 2021 ini diperkirakan melimpah. Ketersediaan beras pada bulan Mei diperkirakan 24.901.172 ton sementara kebutuhan hanya 12.336.041 ton.
”Berarti diperkirakan ada surplus beras sebanyak 12.565.130 ton. Ketersediaan beras surplus, tapi pemerintah tetap ingin impor 1 juta ton. Di mana, kebanggaan pemerintah terhadap produk dalam negeri? Di mana nasionalisme pemerintah?” tutur Hermanto kepada wartawan di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, ketersediaan beras pada bulan Mei sebanyak 24.901.172 ton itu berasal dari stok beras di akhir Desember 2020 sebanyak 7.389.575 ton ditambah potensi produksi beras sebesar 17.511.596 ton.
”Semua angka tersebut dikemukakan oleh Pejabat Kementerian Pertanian yang dihadiri juga oleh Dirut Bulog dalam rapat dengan Komisi IV DPR ,” ungkap legislator dari FPKS DPR ini.
Beberapa waktu lalu, pemerintah memutuskan pada tahun 2021 ini akan melakukan impor beras sebanyak 1 juta ton. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan, impor tersebut untuk menjaga ketersediaan beras di dalam negeri agar harganya bisa tetap terkendali.
Direktur Utama Perusahaan Umum (Perum) Bulog Budi Waseso mengaku tak mengusulkan impor beras pada tahun ini. Menurut dia, langkah impor beras ini muncul setelah pihaknya menerima perintah mendadak dari Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto. ”Kebijakan Pak Menko dan Pak Mendag, kami akhirnya dikasih penugasan tiba-tiba untuk melaksanakan impor,” ujar Budi Waseso yang akrab dipanggil Buwas itu, kemarin (17/3).
Dalam rapat koordinasi bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebelumnya, menurut Buwas, tak pernah membahas impor beras. Hanya membahas stok pangan dalam negeri dan ancaman gangguan cuaca yang dapat mengganggu stok beras.
Kini, tambah Buwas, rencana keputusan pemerintah untuk impor beras sebanyak 1 juta ton mulai memberi tekanan terhadap harga gabah petani. Hal itu diketahui saat memasuki masa panen raya pertama tahun ini yang berlangsung sepanjang Maret-April 2021. ”Ini ada panen, berarti ada benturan produksi dalam negeri dengan impor. Ini baru diumumkan saja sekarang dampaknya di lapangan harga di petani sudah drop,” terang dia.
Impor beras ini, menurut Buwas, bakal jadi beban buat Perum Bulog. Pasalnya, Bulog juga masih menyimpan stok beras sisa impor lalu, bahkan kini kualitasnya semakin mengkawatirkan karena lama menumpuk di gudang.
Sementara Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi meyakini, kebijakan impor beras 1 juta ton di 2021 tidak bakal menghancur harga gabah di tingkat petani. Langkah ini dilakukan untuk menjaga stok beras nasional dan menstabilkan harga. (jpg)