Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merealisasikan misinya untuk meningkatkan nilai tambah hasil tambang. Empat perusahaan pelat merah tengah membentuk Holding Indonesia Battery, untuk menggarap cadangan nikel Indonesia yang disebutsebut terbesar di dunia.
Keempat perusahaan itu Holding BUMN Pertambangan MIND ID, Holding BUMN Migas PT Pertamina Persero, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero. Dan, PT Aneka Tambang (Antam) Tbk, anak usaha MIND ID. Antam akan dilibatkan secara langsung ke dalam Holding Indonesia Battery ini.
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak menjelaskan, pembentukan Holding Indonesia Battery merupakan inisiasi Menteri BUMN Erick Thohir pada Februari 2020, dengan menunjuk Komisaris Utama PT Inalum Agus Tjahjana Wirakusuma, sebagai ketua tim. “Tujuan pembentukan holding, untuk menjadikan Indonesia sebagai hub untuk kebutuhan produksi baterai kendaraan,” ungkap Orias di Jakarta secara virtual, akhir pekan lalu.
Dia mengungkapkan, holding di bentuk untuk mengelola industri baterai EV di Indonesia secara terintegrasi dari hulu hingga ke hilir. Pada bagian hulu, Nanti Antam yang akan menjadi pemasok bahan baku. Kemudian, di hilir akan digarap Pertamina dan PLN.
Menurutnya, pembentukan holding ditargetkan selesai dua bulan ke depan. “Sekarang kami sedang menyelesaikan persoalan legal formalnya saja. Kalau Pak Menteri (Erick Thohir) setuju, minggu ini bisa dipercepat pembentukannya,” terangnya.
Ia menuturkan, melalui holding ini, perusahaan pelat merah akan membangun pabrik pengolahan nikel dengan metode High Pressure Acid Leaching (HPAL), dan Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF).
Disebutkannya, ada tiga lokasi yang tengah dipertimbangkan untuk membangun pabrik yakni di Halmahera, Maluku Utara, atau Konawe Utara, Sulawesi Tenggara dan Papua.” Estimasi investasi pembangunan pabrik mencapai 3 miliar dolar AS (setara Rp 44 triliun). Kami perkirakan butuh dua atau tiga tahun pembangunan nya. Nanti tim yang memutuskan wilayahnya,” terangnya.
Secara keseluruhan kebutuhan investasi untuk proyek holding, lanjut Orias, diperkirakan mencapai 12 miliar dolar AS (setara Rp 177 triliun). Bahkan, bisa mencapai 20 miliar dolar AS (Rp 296 triliun).
Menurutnya, saat ini ada dua mitra yang telah menyatakan minatnya untuk investasi, yakni Contem porary Amperex technology Co. Ltd (CAtL) dari China dan LG Chem Ltd asal Korea Selatan.
Keduanya merupakan produsen baterai EV terbesar dunia. “Sekarang baru dua mitra yang pasti. Ada potensi (mitra) dari Jepang, tapi belum lah. Sumber pendanaan, gampang. Bisa kombinasi dari ekuitas, pinjaman bank, atau pasar modal. Biasanya, porsinya 40 persen ekuitas, 60 persen pinjaman, tergantung kebutuhan,” imbuhnya.
Ia menegaskan, pembangunan pabrik baterai dilakukan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik, tapi juga global. Indonesia bisa menjadi produsen besar sebab negeri ini memiliki cadangan nikel paling besar di dunia, yakni mencapai 21 juta ton.
Apalagi, MIND baru saja menyelesaikan proses akuisisi saham PT Vale Indonesia tbk (INCO) 20 persen. Sehingga, meningkatkan cadangan nikel perseroan. “Cadangan mineral nikel kita nomor satu dengan masuknya Vale di MIND ID. Sebanyak 30 persen dari cadangan nikel Indonesia ada di bawah MIND ID, Antam dan Vale,” ungkapnya.
Soal produk, Orias memastikan, tidak hanya untuk kebutuhan kendaraan listrik. Karena, pemanfaatan produksi baterai tersebut juga bisa digunakan untuk penyimpanan energi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di pulau-pulau kecil. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov mengapresiasi, pembentukan Holding Indonesia Battery.
Dia menyarankan, agar Holding Indonesia Battery tidak hanya fokus mengejar kebutuhan industri otomotif. “Sayang kalau difokuskan hanya untuk mobil listrik. Karena, segmentasi pasarnya belum banyak, (infrastrukturnya) tidak seperti di luar negeri,” kata Abra.
Sementara itu, Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM (Energi Sumber Daya Mineral) Wanhar mengaku, tengah menggenjot pembangunan tempat pengisian daya atau charging station untuk kendaraan listrik. Rencananya, tahun ini pemerintah melalui PT PLN akan membangun 180 charging station baru.
Dia menyebutkan, dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pada 2025 pemerintah menargetkan 2.200 unit mobil listrik, dan 2,13 juta unit motor listrik diproduksi. “Jumlah tersebut akan terus meningkat, menjadi 4,2 juta unit mobil listrik dan 13,3 juta unit motor listrik di 2050,” pungkasnya. (ima/jpg)