Kreatif Abis, Yayasan Rimba Indonesia Olah Sampah Plastik Jadi BBM

37
EDUKASI: Anak-anak di sekitar Sungai Pinang diedukasi pengolahan sampah plastik menjadi BBM guna menjaga lingkungan.(IST)

Sekelompok pemuda yang tergabung dalam Yayasan Rimba Indonesia berhasil menyulap sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM). Bahkan nelayan sekitar bisa
memanfaatkan BBM tersebut sebagai bahan bakar perahu untuk melaut. Seperti apa?

Limbah sampah plastik merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh hampir seluruh negara di dunia. Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi volume limbah plastik agar keberlangsungan ekosistem alam terjaga.

Salah satu cara unik dan inovasi dengan memanfaatkan limbah sampah plastik adalah dengan cara pengelohan menjadi barang atau produk yang berguna dan bernilai.

Inovasi tersebut bisa dilihat dan ditemui di Kawasan Sungai Pinang yang ada di perbatasan Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel). Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Yayasan Rimba Indonesia dan Cleanup Sumatera mengolah sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM).

Koordinator Yayasan Rimba Indonesia, Theo Putra kepada Padang Ekspres mengatakan, ide awal pengolahan sampah plastik menjadi BBM merupakan inisiatif dari Yayasan Rimba Indonesia yang prihatin melihat jumlah sampah plastik yang meningkat di lingkungan masyarakat.

Ia menambahkan, dirinya juga belum melihat pengolahan sampah plastik yang benar-benar tidak menghabiskan sampah plastik itu secara keseluruhan atau total. Selain itu, Yayasan Rimba Indonesia juga ingin memotivasi dan meningkatkan kepedulian terhadap alam dan manusia.

“Jadi selama ini yang kita temukan olahan atau daur ulang sampah plastik masih menjaga keutuhan sampah plastik tersebut, sehingga nantinya bila tak terpakai lagi maka akan menjadi limbah sampah lagi,” jelasnya.

Pria kelahiran 5 Mei 1992 itu melanjutkan, berangkat dari hal tersebut, maka muncul ide untuk mengolah sampah menjadi BBM tanpa menyisakan unsur plastik sedikitpun.

“Dulu dari sampah plastik kita bikin gelang, nah nanti gelangnya putus maka kembali menjadi sampah. Maka kami berpikir jika diolah menjadi bahan bakar, maka bahan bakar itu tidak ada unsur plastiknya,” ungkap Theo.

Theo mengatakan, pengolahan sampah plastik menjadi BBM menggunakan mesin pengolah sampah. Mesin tersebut dimiliki oleh Yayasan Rimba yang ditempatkan di Sungai Pinang.

Lebih lanjut Pria yang juga seorang guide itu mengungkapkan, dalam pengolahan sampah menjadi BBM, Yayasan Rimba Indonesia mengajak masyarakat sekitar untuk bersama-sama mengumpulkan sampah plastik di rumah mereka masing-masing.

“Cara kita ajak masyarakat itu dengan memperlihatkan mesin pengolah sampah dan BBM hasil olahan sampah itu kepada masyarakat, sehingga masyarakat penasaran dan tertarik mengumpulkan sampah plastik,” ujarnya.

Ia menambahkan, Yayasan Rimba Indonesia memberikan satu karung kepada masyarakat untuk wadah penampungan sampah plastik yang dikumpulkan oleh masyarakat tersebut.
Setelah karung tersebut terisi penuh, maka masyarakat bisa menyerahkan sampah tersebut kepada Yayasan Rimba Indonesia untuk diolah menjadi BBM.

Baca Juga:  Batang Arau Bersih, Perlu Kepedulian Masyarakat

“Masyarakat bebas kapan pun datang ke basecamp untuk menyerahkan sampah plastik. Jumlah dan beratnya pun tidak dipatok, karena berapapun jumlahnya pasti kami terima,” jelasnya.

Theo mengatakan, masyarakat yang notebenebenya kebanyakan nelayan diikutsertakan dalam pengolahan sampah plastik tersebut menjadi BBM. Tujuannya agar masyarakat bisa mengetahui bagaimana cara memproses menjadi BBM.

“Jadi BBM yang diolah oleh masyarakat diberikan kepada mereka untuk keperluan sehari-hari seperti bahan bakar untuk perahu pergi ke laut. Namun jika kami mengolah, maka BBM yang dihasilkan digunakan untuk keperluan operasional Yayasan Rimba Indonesia,” tukasnya.

Lebih lanjut Theo menyampaikan, pemilihan teknologi dalam pengolahan sampah menjadi BBM menggunakan teknologi yang tepat dengan juga menghitung dampak terkecil terhadap lingkungan sekitar.

“Kami di Yayasan Rimba Indonesia memilih alat dengan metode pirolis, dimana dengan metode ini, sampah plastik kami olah menjadi BBM,” jelasnya.

Untuk cara kerja mesin pengolah sendiri, yakni dimulai dari memasukkan sebanyak 10 kilogram sampah plastik ke dalam mesin. Di dalam mesin tersebut, sampah-sampah itu akan dipanaskan dan dibakar dengan menggunakan tabung gas selama lebih kurang 3 jam.

“Setelah dipanaskan selama 3 jam, maka sampah plastik akan berubah menjadi cairan BBM. 1 kilogram sampah plastik bisa menghasilkan 1 liter BBM,” jelasnya.

Pria yang hobi surfing itu mengatakan, hasil dari pengolahan sampah plastik tersebut akan mengandung 80 persen solar dan 20 persen bensin. BBM yang dihasilkan bisa dipergunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor.

“Kami juga pernah menggunakan bahan bakar hasil sampah plastik itu untuk kendaraan Vespa. Waktu itu kami melakukan perjalanan touring. Hasilnya sama saja dengan BBM pada normalnya,” tuturnya.

Namun Theo menyebutkan, BBM hasil olahan sampah plastik tersebut lebih ramah terhadap lingkungan dibandingkan dengan BBM pada umumnya. “Selain lebih ramah, BBM ini juga setidaknya mengurangi volume sampah plastik di lingkungan masyarakat,” ujarnya.

Sejak beroperasi 19 September 2019 lalu, dengan adanya mesin pengolahan sampah plastik menjadi BBM ini membuat masyarakat di sekitar Sungai Pinang mulai mengumpulkan dan memilah antara sampah plastik dengan sampah makanan.

“Jadi dampaknya sangat positif. Masyarakat semakin sadar bahwasanya sampah plastik tersebut dapat merusak lingkungan hidup manusia,” ujarnya.

Selain mengolah sampah menjadi BBM, Theo menyebutkan, Yayasan Rimba Indonesia juga memiliki kegiatan positif lainnya, seperti adanya Rumah Pendidikan Lingkungan, konservasi penyu, dan konservasi hutan.

Ke depan Theo berharap, Yayasan Rimba Indonesia bisa membeli satu unit mesin pengolah sampah agar bisa ditempatkan di daerah-daerah lainnya sehingga target untuk mengurangi sampah plastik bisa tercapai. (***)