Kisah Srirahayu Eka Yudaningsih, Bankir Wanita Penakluk Gunung Tertinggi

64
PETUALANG: Srirahayu Eka Yudaningsih sewaktu menaklukan Gunung Kerinci, Jambi.(IST)

Petualangan di alam bebas seperti mendaki gunung, selama ini identik dengan aktivitas maskulin terkhusus bagi mereka yang usia muda. Namun pendapat itu dipatahkan oleh seorang insan perbankan wanita setengah baya bernama Srirahayu Eka Yudaningsih, 51.

Selama 10 tahun terakhir ia berhasil menaklukan banyak gunung merapi. Senin pagi (15/11) lalu, wanita berperawakan mungil enerjik yang menjabat sebagai Regional Consumer & SME Banking Head BRI Regional Padang, Sumbar ini sukses menginjakkan kakinya di atap Pulau Sumatera, puncak Gunung Kerinci (3.805 mdpl) di Jambi, yang dikenal memiliki jalur pendakian berat.

Eka, panggilan akrab Srirahayu Eka Yudaningsih aktivis komunitas Bripala (BRI Pecinta Alam) yang juga ibu dari seorang putra ini berhasil menggapai pucuk Gunung Kerinci, puncak gunung berapi tertinggi di Indonesia, setelah seminggu sebelumnya juga berhasil mendaki puncak Gunung Marapi (2.891 m.dpl) di Sumbar.

Kegiatan pendakian gunung yang penuh dengan sensasi tantangan petualangan ini memang telah menjadi kegemaran wanita berhijab ini, sejak sekitar sepuluh tahun terakhir.

Hobi high risk ini diawali Eka ketika mencoba mendampingi putra semata wayangnya yang saat itu mulai duduk di bangku SMP dan berkeinginan mencoba kegiatan mendaki gunung.

“Sebenarnya saya sejak kuliah sudah kepingin sekali mendaki gunung. Tapi saat itu orangtua saya melarang,” ujar Eka mengisahkan kegemerannya yang terkesan agak tertunda.

Saat ini, di sela-sela kesibukannya sebagai pejabat eselon II lembaga keuangan BUMN BRI, Eka selalu menyempatkan diri menyalurkan hobi petualangan mendaki gunung gunung tinggi yang berada di seluruh pelosok tanah air.

“Kebetulan tugas saya selalu berpindah-pindah, jadi setiap ditugaskan di mana pun, saya selalu sempatkan diri untuk mendaki puncak-puncak gunung tertingginya,” terang Eka yang mengaku dalam setahun bisa mendaki gunung lebih dari dua kali.

Selama sekitar 10 tahun terakhir, sejumlah puncak gunung favorit para pendaki di Indonesia telah berhasil “diziarahi” Eka, wanita asal Yogyakarta yang baru 4 bulan bertugas Kanwil BRI Padang Sumbar ini.

Di antaranya, Gunung Merapi (Jogja/Jateng), Gunung Merbabu (Jateng), Gunung Lawu (Jateng/Jatim), Gunung Gede Pangrango (Jabar). Lalu, Gunung Semeru (Jatim), Gunung Rinjani dan Tambora (NTB).

Aktivitas pendakian gunung Kerinci kali ini, dilakukan Eka bersama tim kecil berjumlah tujuh orang, terdiri dari anggota komunitas pecinta alam dan pendaki gunung lokal Kabupaten Kerinci, Jambi, di mana Eka adalah satu-satunya wanita dalam tim pendakian tersebut.

“Alhamdulillah, setiap kali akan mendaki gunung saya selalu mendapat full support dari rekan-rekan sesama pecinta alam lokal. Mungkin kawan-kawan suka, atau penasaran ya, mendaki bareng emak-emak seperti saya ini,” kelakar wanita periang ini.

Pendakian Gunung Kerinci yang masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Sumatera kali ini dilakukan Eka dan tim selama 4 hari 3 malam. Pendakian dimulai dari pintu pendakian Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayuaro, Kabupaten Kerinci, Jambi, Sabtu (13/11).

Setelah menembus berat dan lebatnya hutan liar lereng Gunung Kerinci di hari pertama dan kedua pendakian, serta berkemah 2 malam di hutan lereng Kerinci, di pagi hari ketiga sekitar pukul 07.00, seluruh anggota tim berhasil menginjakan kaki di puncak Kerinci yang termasuk salah satu dari lima gunung berapi tertinggi di benua Asia tersebut.

“Meskipun menurut saya Kerinci tergolong pendakian berat, Alhamdulillah selama 4 hari pendakian, selalu diberkahi dengan cuaca cerah, sehingga secara khusus menambah energi dan semangat saya serta seluruh anggota tim,” ujar Eka yang juga menyukai olahraga bersepeda dan golf ini.

Untuk menghindari paparan asap belerang pekat beracun dari kawah aktif Gunung Kerinci yang biasa menyembur ke area puncak Kerinci mulai pukul 09.00, setelah beberapa saat menikmati view eksotis nan magis serta merayakan ‘summit party’ di atap pulau Sumatera, sekitar pukul 08.00 seluruh tim bergegas menuruni lereng kerucut puncak Kerinci.

Karena terjal dan labilnya formasi batuan vulkanis lereng puncak Kerinci yang berwarna khas merah bata, aktivitas menuruni puncak Kerinci harus dilakukan dengan amat sangat hati-hati.

Kegiatan turun gunung ini bahkan terkadang harus dilakukan dengan cara merangkak, untuk menghindari risiko fatal tergelincir ke dalam jurang sedalam ratusan meter.
Karena terjal dan beratnya track pendakian Kerinci, perjalanan menuruni Gunung Kerincipun membutuhkan konsentrasi dan energi ekstra.

Dibutuhkan waktu berkemah semalam lagi, sebelum akhirnya tim berhasil mencapai pintu gerbang pendakian Pintu Rimbo di Desa Kayuaro yang juga merupakan starting point pendakian Kerinci.

Bagi Eka, dalam setiap pendakian-pendakian gunung yang dilakukannya bukanlah sekadar kegiatan bersenang senang belaka. Eka mengaku selalu membawa misi dan turut berkampanye, agar setiap insan, apapun profesi dan jabatanya harus selalu turut berusaha menjaga kelestarian dan mencintai alam serta lingkungan.

Kegiatan mencintai alam, menurut Eka, tidak harus selalu dengan melakukan kegiatan di alam yang berat dan penuh risiko. “Mengurangi dampak polusi di sekitar tempat tinggal kita adalah bentuk nyata kecintaan kita kepada alam yang paling sederhana dan mudah dilakukan oleh siapa saja,” terang Eka.

Dalam setiap kali kegiatan pendakiannya, Eka mengaku selalu menerapkan prinsip-prinsip dasar kegiatan kepencitaalaman. Menurutnya, mendaki gunung bukan untuk menaklukan alam tetapi lebih untuk mendekatkan diri, mencintai, serta melestarikan alam.

Zero waste atau meminimalisir sampah, khususnya sampah anorganik, adalah salah satu prinsip yang selalu dilakukan Eka beserta timnya pada setiap kali pendakiannya.

Selain untuk membantu kampanye kelestarian alam, pendakian Gunung Kerinci kali ini, menurut Eka, juga didedikasikan bagi lembaga tempatnya meniti karir BRI yang bakal berulang tahun ke-126 pada tanggal 16 Desember 2021 nanti.

“Sesuai tema ulang tahun ke-126 BRI, yakni ‘Memberi Makna Indonesia’ secara pribadi sebagai bagian dari keluarga besar BRI, saya ingin memberikan makna bagi Indonesia dalam bidang kecintaan dan pelestarian alam,” papar Eka.

Lebih jauh Eka juga berharap bahwa kegiatan kegiatan petualangan, khususnya pendakian gunung, yang ia lakukan dapat memberikan inspirasi khususnya kepada para generasi muda, agar menyukai kegiatan-kegiatan di alam terbuka, untuk menumbuhkan semangat mencitai alam.

“Seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Begitu juga agar kita lebih mencintai alam dan lingkungan, kita harus kenal dan selalu dekat dan bersahabat dengan alam,” ujarnya. (***)