
Sekolah-sekolah berlatar belakang Islam memiliki kisah panjang di Sumatera Barat. Ada yang hadir jauh sebelum kemerdekaan Indonesia dan banyak juga yang datang kemudian.
Nah, untuk menyemarakkan Ramadhan tahun ini, sepak terjang beberapa diantaranya, Padang Ekspres hadirkan dalam rubrik EKSPEDISI. Salah satunya adalah Pondok Pesantren (Ponpes) Kauman Muhammadiyah Padangpanjang.
SEMPAT mengalami masa pasang surut, Ponpes Kauman Padangpanjang dengan cikal bakal Tabligh School yang bertransformasi menjadi Kulliyatul Muballighien terus melaju pesat beberapa tahun belakangan.
Dalam perjalanannya Kauman mengalami transformasi nilai-nilai pendidikan dan sosial kemasyarakatan yang luar biasa. Pembangunan gedung-gedung baru seiring jumlah santri yang terus meningkat serta prestasi yang gemilang, menjadikannya semakin diminati masyarakat dari dalam dan bahkan luar negeri.
Mudir (Direktur) Ponpes Kauman Padangpanjang, Derliana menyebut akibat tingginya peminat tersebut dirinya mulai 2015 hingga 2022 lalu telah melakukan pengembangan dengan membangun lokal dan asrama putra serta putri dengan total selama 7 tahun tersebut sebesar Rp 15 milliar.
Pembangunan berjalan melalui dana bantuan Kementerian Agama serta banyak pihak. Dilakukan bertahap seperti 2015, 2019, 2021 dan 2022.
“Minat santri yang masuk terus semakin meningkat setiap tahunnya. Hingga hari ini jumlah santri telah mencapai 550 santri dengan 99 tenaga pendidik dan kependidikan. Kini, santri yang belajar di Kauman berasal dari 13 provinsi yang ada di Indonesia. Bahkan sebelum Covid-19 melanda, santri kita ada yang berasal dari Thailand,” terang Derliana, beberapa waktu lalu.
Ponpes Kauman Padangpanjang juga memiliki sarana dan prasarana pendukung lainnya yang dapat memberikan pelayanan kepada santri. Selain lokal dan asrama yang permanen, sekolah ini juga memiliki unit usaha yang dapat membantu finansial ponpes. Seperti usaha laundry, depot air minum, kantin, tailor, barber shop, dan lainnya.
Sementara dalam membangun membangun santri yang multitalenta, di Kauman Muhammadiyah Padangpanjang para santri dipetakan sesuai kecenderungan tertentu. Tanpa kecuali. Kecerdasan otak kanan dan otak kiri, disusun program, diberikan pembimbingan, disediakan fasilitas dan pembiayaan.
Hal ini dikatakan agar setiap kecerdasan yang dimiliki santri dapat disalurkan dengan tepat untuk menghasilkan kecakapan yang sangat berguna dalam kehidupan.
“Jangan paksa ikan memanjat, karena monyetlah yang dapat melakukan itu. Sebaliknya jangan paksa monyet berenang, karena yang dapat melakukan itu adalah ikan. Begitulah yang selalu disampaikan pada warga ponpes, agar semua memiliki semangat untuk mengembang kompotensi masing-masing,” ungkapnya.
Selain itu Derliana juga menyebut pemilihan ekstra kurikuler (ekskul) yang ada di Kauman terbilang langka. Para santri dikatakannya tidak diberikan pilihan dari yang tersedia, namun diberikan kertas kosong untuk menuliskan ekskul yang diminati dan disukai.
“Santri dapat dengan bebas menentukan pilihan pengembangan bakat dan minatnya masing-masing. Tugas kami adalah menyediakan waktu, fasilitas, dan pelatih. Biasanya setiap tahun akan ada 30 pilihan ekskul bahkan lebih yang diminati santri. Maka ponpes menyediakan pelatih handal untuk mereka,” sebut Derliana.
Prestasi Multitalenta
Program pengembangan multikecerdasan yang ditawarkan ponpes terhadap santri direncanakan dengan baik dan dibimbing serta dievaluasi untuk mengukur tingkat ketercapaiannya.
Pemberian program dan pelatih yang tepat, serta pilihan eskul santri yang tepat mengantarkan Kauman Muhammadiyah Padangpanjang mampu bersaing dan memperoleh prestasi pada tingkat lokal, nasional hingga bersaing pada level internasional.
“Prestasi yang telah berhasil ditorehkan meliputi perseorangan, kelompok, lembaga dalam beragam kegiatan. Terbaru ini dari lembaga yakni ponpes unggul versi BI tingkat Sumbar dan tengah menunggu hasil tingkat wilayah. Kemudian juga ada sejumlah penghargaan pretasi guru serta siswa di bidang sains seperti juara nasional Biologi dan Fisika,” beber Derliana.
Prestasi pada berbagai macam lomba yang diraih Ponpes Kauman Muhammadiyah Padangpanjang ini membuktikan kemampuan mengembangkan multi kecakapan dalam berbagai bidang. Demikian juga halnya tamatanya, dapat masuk perguruan tinggi dalam dan luar negeri.
“Setidaknya anak-anak kita setelah lulus berhasil masuk di banyak perguruan tinggi dalam negeri dan pada 13 perguruan tinggi luar negeri seperi di Mesir, Yaman, Arab Saudi, Sudan, Libia, Turki, Malaysia dan Singapura. Selain itu juga berhasil di sekolah kedinasan, seperti Bintara TNI/Polri, Politeknik kelautan, perikanan dan pelayaran,” tutur Derliana.
Bermula dari Hotel Merapi
Kehilangan kantor di kediaman ayah Hamka pasca gempa 7,8 skala righter (SR) pada
1926, pimpinan Muhammadiyah Cabang Padangpanjang, Saalah Jusuf Sutan Mangkuto memutuskan mengontrak komplek bekas (eks) Hotel Merapi di kawasan Gugukmalintang. Terhitung Juni 1927, Muhammadiyah Padangpanjang membuka Hollandsch Indlandsche School (HIS) met de quran yang dipimpin Aziz Sutan Kenaikan selaku direktur.
Tujuannya adalah memusatkan seluruh sekolah dan gerak persyarikatan, sebagai awal dari lahirnya Komplek Kauman Padangpanjang. Derliana mengatakan setahun berjalan (1928), Saalah mendirikan Tabligh School dengan meminta Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) sebagai direktur.
Masa itu proses belajar masih sederhana tanpa kursi dan meja, dengan hanya mengandalkan empat guru. Seperti Haji Abdul Karim Amrullah (Haka), Hamka, AR Sutan Mansur dan Saalah Jusuf Sutan Mangkuto.
Pasca perhelatan akbar Kongres 19 Muhammadiyah di Fort de Kock, kini Bukittinggi, dan pembelian tanah di belakang tangsi (penjara) Padangpanjang, Tabligh School sempat “mati suri” selama tiga tahun sepeninggal Hamka yang menjalankan tugas Hoofbestuur Muhammadiyah ke Makassar.
“Namun secara umum sampai 1933, Muhammadiyah unggul dibanding sekolah-sekolah Islam modern dan berstatus mapan di kawasan Sumatra Westkust (SWK). Sebarannya mencapai 120 sekolah dengan total murid sekitar 5.800 lebih,” kata Derliana.
Februari 1936 merupakan titik hadirnya Khulliyatul Muballighien dengan direktur (sebutan kepala sekolah) Jacub Rasjid. Peminat sekolah ini langsung melesat, yang berasal dari sekolah Islam modernis seperti Sumatera Thawalib, Diniyah School dan Madrasah Irsyadunnas.
Dua tahun berjalan, giliran alumni perempuan muallimin menuntut hak yang sama dengan laki-laki berupa sekolah lanjutan sebagai awal berdirinya Kulliyatul Muballighat.
“Di tengah kisah sukses itu, dua peristiwa besar turut meluluhlantakkan Kulliyatul Muballighien. Kurun waktu 1947-1950 saat upaya mempertahankan kemerdekaan, proses pembelajaran dipindahkan ke Nagari Sumanik Tanahdatar. Kedua masa pergolakan daerah 1958-1961, aktivitas Kauman lumpuh total karena hampir sebagian besar guru, murid dan alumni terlibat dalam peristiwa Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI),” terangnya sembari menyebut butuh delapan tahun untuk Khulliyatul Muballighien bangkit dari reruntuhannya.
Namun pada 1950, aktivitas Kulliyatul Muballighien mulai normal setelah guru dan murid yang bersekolah darurat di Nagari Sumanik kembali lagi ke Kauman. Di akhir tahun itu, Kulliyatul Muballighien/Muballighat meluluskan 40 orang dan tahun 1951 meluluskan 45 orang. Jumlah tersebut jauh lebih sedikit dari keseluruhan murid yang belajar di Kauman sebelum 1947.
“Pada 1964, Kulliyatul Muballighien membangun kembali kepercayaan diri yang menyisakan luka pasca pergolakkan daerah. Tahun itu Kulliyatul Muballighien membuka dua kelas, dengan isi masing-masing Kelas 1 dengan tujuh orang dan Kelas 2 hanya 12 orang. Namun setiap tahun lulusan, menunjukkan grafik kenaikan jumlah siswa hingga pada 1969 mencapai 68 orang,” sebut Derliana.
Kini, seluruh sekolah di Kauman Padangpanjang yang berhimpun dalam Ponpes Kauman Muhammadiyah dan hampir berusia 1 abad itu, menegaskan eksistesinya dengan 520 orang santri (MTs 167 orang; MA 353 orang), yang berasal dari seluruh Indonesia. (***)