
Ibu mana yang bisa tenang, saat tahu anaknya dalam kesulitan? Ibu mana yang tak akan kepikiran, bila tahu anaknya kesusahan di negeri orang. Marneti salah satunya. ISAK tangis tak henti perempuan 70 itu. Dia sedang didera sedih berkepanjangan.
Putra bungsunya Rio Fernando, terkatung-katung di Myanmar. Diperkejakan secara paksa menjadi scammer. Disiksa dan dipukul jika target untuk menipu orang tak tercapai.
Saat ini hanya satu harapannya, putranya segera pulang dalam keadaan selamat. Hal tersebut diungkapkannya kepada Padang Ekspres, kemarin.
Sembari terus mengusap air mata yang tak kunjung berhenti, ibu empat anak ini menguatkan diri untuk menceritakan nasib buruk yang tengah dialami putranya tersebut.
Sebelum terjebak di Myanmar, Rio Fernando yang kini berusia 25 tahun, awalnya menyebut berangkat ke Thailand.
Dia akan bekerja di bidang administrasi perusahaan di Negeri Gajah Putih tersebut. Itu sekitar pertengahan Oktober tahun lalu. Layaknya perasaan seorang ibu kepada anak-anaknya, sebenarnya dia berat melepas Rio.
Sebab dia sudah tua dan sendiri di kampung. Yakni di Kampung Pili, Nagari Kudugantiang, Kecamatan V Koto Timur, Kabupaten Padangpariaman. Apalagi Marneti juga memiliki tiga toko yang berdiri berdampingan. Yakni toko menjual sembako, bahan bangunan, dan pangkalan gas elpiji 3 kilogram.
“Saya bilang ke Rio, ’tak usahlah jauh-jauh merantau nak. Di sini saja temani one (ibu, red). Kita jalani saja usaha yang ada,’” ceritanya.
Namun, sambung Marneti, Rio menyebut ingin mengaplikasikan ilmu yang ia dapat selama kuliah. Rio ini pintar berbahasa Inggris dan komputer. Adalah iming-iming gaji besar yang membuat Rio berkeras hati untuk tetap pergi. Informasi yang ia terima dari temannya, gaji di sana mencapai Rp 15 juta per bulan. Belum lagi kalau lembur bisa menerima Rp 18 juta per bulan.
Sebelum ke Thailand tersebut, kepada temannya itu Rio juga sudah melengkapi persyaratan untuk bekerja di sebuah perusahaan di Singapura. Waktui itu tahun 2020. Bahkan Rio telah menyetorkan uang sebesar Rp 25 juta sebagai salah satu persyaratan.
Namun karena ada pandemi Covid-19, itu Rio batal ke Singapura. Kemudian Rio meminta kembali uangnya. “Nah saat meminta uang itulah Rio ditawarkan temannya bekerja di Thailand. Ia tertarik karena gaji yang dijanjikan Rp 15 juta perbulan,” sambung Ronald, kakak kedua Rio yang saat ini tengah berjuang agar Rio bisa dipulangkan ke Indonesia.
Ronald sendiri mengaku tak tahu kalau Rio bekerja ke Thailand. Saat itu adiknya tersebut mengaku akan bekerja di Jakarta. Jadi yang tahu Rio berangkat ke Thailand hanya ibu dan kakak perempuannya saja.
Ternyata begitu sampai di Jakarta, Rio langsung dibawa ke Thailand. Dari sana mereka kembali menempuh perjalanan darat dengan dikawal pria bersenjata menuju Myawaddy, kota di Myanmar yang berada di daerah perbatasan dengan Thailand.
Hanya saja awal-awal bekerja Rio tak pernah mengeluh. Kepada kakaknya yang perempuan, ia menyebut kondisinya baik-baik saja. Namun, pada Januari lalu, Rio mulai bercerita kalau ia dipekerjakan paksa sebagai scammer dengan tujuan negara India. Termasuk sebagai operator judi online.
Ia bekerja 18 jam sehari mulai dari pukul 05.00. Jika tak berhasil mencapai target ia dipukul dan disiksa. Bahkan sampai saat ini ia belum menerima uang sepeser pun,” ujar Ronald dengan wajah yang sangat kalut.
Rio bercerita kalau mereka disekap di sebuah gedung yang di luarnya dikawal pria bersenjata. Mereka tak diperbolehkan keluar dari gedung tersebut. Gedung itu berlantai tiga dan memiliki banyak kamar.
Pekerja di tiap kamar jumlahnya beragam dan mereka tidak bisa berkomunikasi antara satu sama lain. Rio bersama satu kamar isinya 12 orang. Mereka kemudian secara sembunyi-sembunyi berhasil menghubungi keluarga kemudian membuat video permintaan untuk dibantu pulang ke Indonesia.
“Lewat telpon saya berkoordinasi dengan orangtua dari 12 korban lainnya yang sekamar dengan Rio. Kami bersama meminta pertolongan dan mengajukan surat ke Menkopolhukam termasuk ke Komnas HAM. Besar harapan kami, anggota keluarga kami bisa dipulangkan dengan keadaan selamat,” ujarnya.
Ronald yang bolak-balik ke Jakarta untuk berkoordinasi bersama anggota keluarga korban lainnya memohon kepada pemerintah membantu Rio dan teman-temannya. Apalagi setelah video yang dikirimkan Rio dan teman-temannya viral, Rio menjadi sulit dihubungi.
Diduga Rio dan kawan-kawannya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia disekap dan kembali disiksa. Ronald sangat berharap Pemerintah Indonesia, Pemerintah Provinsi Sumbar, membantu upaya kepulangan adiknya dari Myanmar. Apalagi beberapa bulan terakhir ibunya semakin sering sakit bahkan turun berat badan hingga 20 kilogram karena memikirkan Rio.
“Saya mohon sekali kepada pemerintah. Mohon bantu kami. Agar adik kami bisa kembali ke Indonesia. Kondisi mereka di sana sangat memprihatinkan. Ia berharap apa yang ia perjuangkan untuk adiknya ini mendapat dukungan dari pemerintah,” ujarnya.
Anak bagi seorang ibu, bak kata pepatah Minang ini. Anak kanduang sibiran tulang, ubek jariah palarai damam. Tapi palarai damam Marneti itu kini tak tahu rimbanya. Dan tak jelas pula seperti apa kondisinya. (Zikriniati ZN)