
Mengabdi sebagai pahlawan tanpa tanda jasa sebagaimana cita-cita sejak masih kecil, mendapatkan jalan yang mulus bagi Devika Englania. Sebab, berkat kemahirannya sebagai pelatih marching band sejak masih duduk di bangku SMAN 2 Painan tahun 2002-2005, menjadi awal bagi ibu dua anak ini mendapat tawaran sebagai honorer di SDN 08 Painan Selatan tahun 2006.
NAH, berkat semangat dan keseriusannya dalam melakukan pelatihan dan pembinaan kepada para siswa di SDN 08 itu, banyak prestasi yang berhasil diukir. Hingga menjadikan sekolah itu favorit di Kecamatan IV Jurai. Khususnya di Painan yang merupakan ibu kota Kabupaten Pesisir Selatan.
Ketika dikunjungi Padang Ekspres Selasa (15/11) pukul 09.00 WIB di SDN 08 Painan Selatan, Devika masih terlihat serius mengajar siswanya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Selain itu, antusias siswanya juga terlihat tinggi mendengarkan pelajaran yang disampaikan. Itu diselingi pula berbagai pertanyaan.
Ruang kelas yang rapi dengan penataan bangku menyamping dan juga saling berhadapan antara sesama siswa, membuat suasana belajar terasa hangat. Sehingga tidaklah mengherankan jika para siswa merasa betah dan nyaman saat mengikuti pelajaran yang disampaikan gurunya itu.
Padang Ekspres yang diberi kesempatan untuk masuk mengambil foto sebagai dokumentasi, bukan saja disambut ramah oleh sang guru. Tapi juga oleh para siswanya sendiri dengan senyuman dan anggukan, sambil tetap serius mengikuti pelajaran.
“Menjadi guru memang merupakan cita-cita saya dari sejak kecil. Sebab selain mendapatkan balasan amal dari ilmu yang dibagikan, melalui profesi ini saya juga bisa membentuk akhlak yang mulia dan mencerdaskan kehidupan anak bangsa,” katanya seusai mengajar.
Dia sudah mengabdi sebagai guru honorer memang sudah cukup lama di sekolah itu. Yakni sudah mencapai 16 tahun. Itu bermula saat menjadi pelatih drum band tahun 2005 ketika tamat dari SMAN 2 Painan.
“Karena tim marching band SDN 08 Painan Selatan yang saya latih berhasil menjadi juara di tingkat kabupaten sehingga menjadi utusan ke tingkat provinsi tahun 2006 dan sukses menjadi juara 2. Saya pun ditawarkan honor di bagian perpustakaan saat itu. Saya merasa senang walau ketika itu bukan sebagai guru karena baru mengantongi ijazah SMA,” katanya.
Diakuinya bahwa menjadi tenaga honorer itu ternyata menambah motivasinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi agar cita-citanya sebagai seorang tenaga pengajar atau guru itu bisa benar-benar terwujud nantinya.
“Karena telah diterima honor di sekolah tahun 2006, mulai tahun itu juga saya mulai pula kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) YPI Al Ikhlas Painan, dengan jurusan Pendidikan Guru Agama Islam (PGAI). Karena sudah kuliah di jurusan PGAI. sehingga saya diperbantukan pula mengajar PAI dan Pendidikan Al Quran (PQ) oleh kepala sekolah sejak saat itu,” ujar ibu dari Aldebaran Sabian Fifwanda, 6; dan Ashalina Malayeka Firwanda, 2, itu.
Dia memiliki bakat seni yang didapatkan secara otodidak sejak kecil. Walau demikian tidak menjadikan pendidikan seni sebagai pilihan untuk kuliah.
“Saya tidak memilih kuliah di perguruan tinggi seni, karena cita-cita ingin menjadi guru tadi. Walau demikian, saya tetap menekuni bakat seni itu hingga saat ini. Saya katakan demikian. Sebab selain lomba asmaul husna, melalui kegiatan ekstrakurikuler saya di sekolah ini juga mengajar tari (koreografer, red), nyanyi, dan juga cerita bergambar untuk dilombakan,” ucapnya.
Berkat upaya yang dia lakukan itu, sejak tahun 2010 hingga 2013, SDN 08 Painan Selatan selalu menjadi juara 1 di tingkat kabupaten melalui berbagai lomba yang diikuti. Pada akhirnya selalu menjadi utusan ke tingkat Sumbar. Prestasi juara itu juga didapatkan melalui lomba marching band di tahun 2006, 2008, tahun 2001, dan 2014.
Sayangnya, berbagai prestasi itu mengantarkan menjadi seorang PNS. Namun dia tetap bertahan dengan harapan suatu saat ini nasibnya bisa berubah. Jadi PNS. Istri Yogi Firwanda yang juga honorer di Pemkab Pessel itu mengakui bahwa kesedihan sebagai seorang honorer itu juga pernah dia rasakan. Mengingat terbatasnya imbalan yang dia dapatkan dari pengabdian itu.
“Sekarang honor yang saya dapatkan dari komite sekolah per bulan Rp 750 ribu. Dibanding awal-awal menjadi honorer di sini masih lumayan. Untuk menambah kekurangan, sepulang sekolah saya tetap aktif mengajar tari dan lainnya. Serta juga melatih siswa untuk bermain marching band,” aku anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Evi Zulfiar 57, dan Yunidarwati 57, itu.
Warga Nagari Painan Timur, Kecamatan IV Jurai, rasa sedih sebagai honorer itu juga pernah datang ketika melihat anak-anak yang jauh lebih muda darinya lolos sebagai PNS melalui jalur umum.
“Dari itu saya berharap kepada pemerintah pusat agar memberikan peluang kepada kami ini untuk bisa pula diangkat sebagai PNS. Kalaupun melalui tes, saya berharap peluang tes itu diberikan kepada kami yang sesama honorer pula. Harapan saya dengan telah dilakukannya pendataan honorer saat ini, saya bisa lolos sebagai guru PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja),” harap perempuan 35 tahun itu.
Kepala SDN 08 Painan Selatan Yulismi mengatakan, pihaknya memang terus memberikan motivasi dan dorongan kepada semua guru di sekolah itu untuk bisa menunjukkan talentanya demi kemajuan sekolah.
“Motivasi ini tidak saja saya diberikan kepada guru PNS, tapi juga bagi tenaga honorer. Peluang ini ternyata dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh Devika, sehingga dia mampu menghantarkan siswa mendapatkan prestasi baik di tingkat kabupaten, maupun di tingkat provinsi,” ujarnya.
Diakuinya, Devika merupakan salah satu tenaga pengajar yang memiliki banyak talenta di bidang seni. “Walau latar belakang pendidikannya guru Agama Islam, namun dia memiliki talenta di bidang seni yang bisa dibanggakan. Berkat talentanya itu, sekolah ini beberapa kali meraih juara di tingkat Sumbar, baik juara tari, nyayi, cerita bergambar, maupun juara marching band,” ungkapnya.
Dia berharap semangat dan motivasi Devika untuk terus memajukan sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkannya itu tidak pernah surut, dan berharap juga menambah semangat dan motivasi pula bagi sekolah lainnya untuk juga bisa. (Yono Syafrizal)