Bisnis Apa yang Digeluti Irmawati? Modal Rp2 Juta, Bisa Raup Rp50 Juta 

66

Bermodal awal Rp 2 juta, Ref Irnawati nekad membangun usaha Lintang Sprei. Usaha yang bergerak di bidang pembuatan sprei bantal dan kasur ini kini menghasilkan omzet Rp 50 juta per bulan. Seperti apa?

INDRA KURNIAWAN, Pauh

Siapa yang tak kenal dengan usaha Lintang Sprei. Usaha yang dikelola Ref Irmawati ini berlokasi di Kampung Koto Baru, Ulu Gadut, Kelurahan Limau Manih Selatan, Kecamatan Pauh, Kota Padang.

Berdiri sejak 2011 dengan modal awal Rp 2 juta, kini usaha ini menghasilkan omzet Rp 50 juta per bulan. Melalui usahanya, Bu Ref bahkan berhasil mempekerjakan 9 orang pekerja yang mayoritas anak yatim dan janda di sekitar tempat tinggalnya.

Bu Ref menceritakan, kisah suksesnya berawal dari menumpang menjahit di mesin jahit milik temannya pada 2011 lalu. Dia menumpang menjahit untuk mengerjakan jasa jahit baju dari warga setempat.

Merasa tidak enak lantaran menumpang menjahit terus menerus, wanita berusia 40 tahun ini lantas memikirkan bagaimana cara mempunyai mesin jahit sendiri yang nantinya bisa digunakan untuk usaha menjadi di rumahnya.

“Waktu itu, ada teman yang jadi nasabah BTPN Syariah mengajak untuk jadi nasabah BTPN Syariah agar bisa dapat pinjaman modal buat nambah beli mesin jahit,” kisahnya.

“Setelah itu, saat petugas BTPN Syariah datang ke sini, saya urus untuk bisa dapat pinjaman modal dan disetujui. Awalnya dapat pinjaman modal Rp 2 juta. Saya kredit satu mesin jahit,” sambung Bu Ref.

Bu Ref melanjutkan, dengan modal usaha Rp 2 juta itu, usahanya hingga kini kian berkembang. Dari awalnya hanya satu mesin jahit kini usahanya telah memiliki 10 mesin jahit.

Sementara anggota yang bekerja di tempat usahanya sebanyak 9 orang. Rata-rata anak yatim dan janda di sekitar tempat usahanya.

“Mereka diajari dulu menjahit. Setelah mahir, baru bergabung jadi anggota. Alhamdulillah sekarang mereka bisa dapat penghasilan Rp 800 ribu per minggu,” tuturnya.

Ibu dari tiga orang anak asal Padang ini menyampaikan, dalam satu hari, usahanya bisa menyelesaikan delapan set, bantal dan bed cover. Satu set dihargai Rp Rp 700 ribu.

“Tapi sekarang lebih banyak jasa, bahan dari pemesan, terus kita yang jahit. Kebanyakan permintaan datang selain dari Sumbar, juga banyak dari Bangko. Rencananya mau targetkan ke Pekanbaru,” ucapnya.

Lebih lanjut Bu Ref menuturkan, dari awalnya dapat pinjaman Rp 2 juta, kini dia mendapat pinjaman modal usaha Rp 10 juta dari BTPN Syariah. Dengan pinjaman itu, dia memperoleh omzet Rp 50 juta per bulan.

“Alhamdulillah rencana mau nambah mesin jahit empat unit lagi dan nambah rekrut anggota. Sekarang lebih banyak ke pengembangan usaha. Kalau ada modal, tambah mesin jahit dan anggota lagi,” ungkap Bu Ref.

Distribusian Head BTPN Syariah Wilayah Sumatera Firmansyah menyampaikan BTPN Syariah selalu melakukan empat pilar kepada nasabah inklusi. Empat pilar tersebut access to finance, access to knowledge, access to market, dan access to good.

“Jadi empat pilar itu yang kita lakukan kepada para nadabah inklusi agar usahanya terus berkembang,” jelas Firmansyah.

Business Development Head BTPN Syariah Ade Fauzan menambahkan, dalam accces to finance, BTPN Syariah memberi pembiayaan dan pendanaan dan dalam accces to knowledge memberi pengetahuan dan motivasi pada nasabah inklusi.

“Nah, access to market kita bantu cara pemasaran. Seperti saat sebelum pandemi, nasabah inklusi kita ikutsertakan dalam pameran. Terus access to good, kita bantu gimana usaha nasabah inklusi kita ini semakin berkembang,” tutup Ade. (***)