Junta Tabrak Demonstran Dengan Truk, Korbannya Anak Kecil

14
SADIS: Pengunjuk rasa melarikan diri dari truk yang melaju dengan kecepatan tinggi di belakang mereka.(IST)

Tindakan tentara Junta militer Myanmar dalam menghadapi demonstran makin sadis dan beringas. Mereka sengaja menabrak pengunjuk rasa dengan truk untuk membubarkan aksi demonstrasi tersebut.

Sedikitnya lima orang tewas setelah mobil yang ditumpangi anggota pasukan keamanan Myanmar menabrak kerumunan demonstran anti-kudeta di Yangon. Sebanyak 15 orang lainnya ditangkap terkait unjuk rasa itu.

Seperti dilaporkan media lokal, Myanmar Now dan dilansir Reuters, Senin (6/12), sejumlah saksi mata menuturkan kepada Reuters bahwa belasan orang mengalami luka-luka dalam insiden yang terjadi Minggu (5/12) pagi waktu setempat.

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) meminta junta Myanmar bertanggung jawab atas insiden penabrakan warga sipil dalam aksi demo antikudeta, Minggu (5/12). Usai demonstrasi, beredar foto dan rekaman yang menunjukkan sebuah truk dengan kecepatan tinggi merangsek ke arah kerumunan massa.

“Mereka yang bertanggung jawab atas penggunaan kekuatan yang berlebihan terhadap warga tak bersenjata harus dimintai pertanggungjawaban,” kata perwakilan Dana Kependudukan PBB (United Nations Population Fund (UNFPA) di Myanmar, Ramanathan Balakrishnan dikutip Reuters, Senin (6/12).

Ia berharap, Pemerintah junta tidak tutup mata atas insiden yang menelan korban jiwa itu. Junta harus menegakkan hukum dengan adil. Warga menggelar demonstrasi untuk memprotes Pemerintahan Junta Militer di negara itu. Dalam sebuah video di media sosial, truk militer itu menyasar gerombolan pendemo dengan cepat dari arah belakang.

“Mobil itu menuju ke sini. Tolong kami! Truk itu menabrak anak-anak kecil. Mati! Lari! Lari!,” berbagai pernyataan ini terdengar dalam video tersebut, dikutip dari Associated Press, Minggu (5/12).

Setelah melakukan aksi itu, dikabarkan ada tentara yang turun dari truk, lalu menembaki dan menangkap pendemo. “Mereka melepaskan tembakan dan juga menangkap remaja yang tertabrak oleh mobil itu. Setidaknya sepuluh orang ditangkap,” aku seorang saksi mata.

Aksi brutal aparat terhadap demonstran ini, terjadi di Kyimyindaing, Yangon. Aksi damai ini merupakan salah satu bagian dari tiga aksi lain yang diselenggarakan di wilayah itu. Sekitar 30 orang mengikuti aksi ini, menurut seorang anggota Pemogokan Rakyat Yangon, kelompok perlawanan lokal yang mengatur acara pawai.

Sementara itu, salah satu anggota tim penyelamatan mengatakan, pihaknya membawa dua pria dan satu wanita ke rumah sakit militer untuk mendapatkan perawatan. Mereka semua disebut berada dalam rentang umur 20-an dan memiliki luka yang serius.

Baca Juga:  Genius Umar Terima Gelar Profesor dari Jungwon University Goesan Korea Selatan

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Myanmar mengecam kejadian ini. Mereka menyampaikan pihaknya prihatin dengan laporan tersebut. “Kami mendukung hak rakyat Burma untuk melakukan protes secara damai,” tambah kedutaan Besar AS.

Penabrakan ini terjadi kala Myanmar tengah menunggu vonis pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi. Sang Iron Lady itu dijatuhi selusin dakwaan. Mulai dari tindakan penghasutan hingga melanggar protokol Covid-19. Suu Kyi membantah semua dakwaan itu.

PM Hun Sen Bela Junta

Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, berencana mengunjungi Myanmar untuk melakukan pembicaraan dengan penguasa Junta Militer. Dia menyatakan, para pejabat Junta Myanmar harus diundang ke berbagai pertemuan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

Posisi Myanmar sebagai anggota dari 10 negara ASEAN telah menjadi sorotan sejak peristiwa Kudeta 1 Februari lalu. Gembong kudeta yang juga pemimpin junta militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, bahkan tidak diundang ke pertemuan puncak tahunan para pemimpin ASEAN pada Oktober lalu, yang diselenggarakan Brunei Darussalam.

Hun Sen menyampaikan, ketika Kamboja menjadi tuan rumah ASEAN untuk tahun depan, semua perwakilan negara 10 anggota akan diundang ke dalam pertemuan organisasi regional itu, termasuk Myanmar.

“Myanmar ini adalah anggota keluarga ASEAN, mereka memiliki hak untuk menghadiri pertemuan,” kata Hun Sen di sela-sela upacara peresmian proyek konstruksi yang didanai China di Phnom Penh, Senin (6/12).

Menteri Luar Negeri Myanmar yang ditunjuk junta militer bakal mengunjungi Kamboja, Selasa (7/12). Hun Sen mengatakan, dia juga akan mengunjungi Myanmar dalam waktu dekat.

“Ada kemungkinan besar saya akan mengunjungi Naypyitaw (Ibu Kota Myanmar) untuk bertemu dengan Jenderal Min Aung Hlaing untuk bekerja sama dengannya. Jika saya tidak bekerja dengan dengan pimpinan (Myanmar), dengan siapa lagi saya bisa bekerja?” kata Hun Sen.

Hun Sen pun lantas menyinggung konvensi yang disepakati di ASEAN sejak lama, yaitu tentang sikap untuk tidak ikut campur dalam urusan internal negara anggota lain. “Di bawah Piagam ASEAN, tidak ada yang memiliki hak untuk mengusir anggota lain,” ujarnya. (day/jpg)