Korea Utara (Korut) tidak luput dari virus SARS-CoV-2. Akhir pekan lalu, negara tetangga Korea Selatan (Korsel) itu melaporkan kasus Covid-19 pertamanya. Pasiennya adalah pembelot yang masuk dari Korsel. Pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un pun langsung menutup Kaesong yang terletak di perbatasan dua negara.
”Saat ini, sepertinya virus sudah masuk. Karena itu, kami langsung memblokir akses ke Kaesong mulai Jumat lalu (24/7),” ungkap Jong-un sebagaimana dilansir KCNA (Korean Central News Agency), Minggu (26/7).
Pada rapat darurat politbiro Sabtu lalu (25/7), Jong-un memberlakukan status siaga wabah di seluruh negeri. Tidak ada seorang pun warga yang boleh masuk Kaesong. Sementara itu, penduduk di kota yang terletak di wilayah selatan Korut tersebut dikuntara.
Versi Pyongyang, si pembawa virus adalah pembelot yang kabur ke Korsel sekitar tiga tahun lalu. Pada 19 Juli lalu, si pembelot menyeberang kembali ke Korut lewat perbatasan Kaesong. Kini pembelot yang mengidap virus korona itu sudah diisolasi. Pemerintah juga melacak kontak pasien beberapa hari terakhir.
”Semua orang yang kontak dengan pasien tersebut atau sempat mengunjungi Kaesong dalam lima hari terakhir akan kami karantina,” tutur jubir pemerintah seperti dikutip KCNA.
Pemerintah juga melacak petugas keamanan yang berjaga saat pasien tersebut masuk Korut. Pyongyang ancang-ancang hendak menghukum petugas itu. Sebab, dia terbukti teledor dan membuat virus mematikan tersebut masuk Korut.
Perbatasan Kaesong merupakan salah satu titik yang dijaga paling ketat oleh militer dua negara. Ladang ranjau dan pos penjagaan di sana membuat pembelot enggan mendekat.
Namun, militer Korsel memang membenarkan laporan tentang pria 24 tahun yang masuk Kaesong dan menyeberang ke Korut. Pemuda tersebut diburu polisi Korsel atas tuduhan pemerkosaan.
Sementara itu, sejumlah pakar meragukan klaim Korut bahwa virus baru masuk pada musim panas ini. Mereka yakin aktivitas penyeberangan ilegal di perbatasan Korut-Tiongkok telah membuat virus masuk ke negara tersebut.
”Alasan kenapa mereka (pemerintah Korut, red) mengumumkan kasus ini adalah untuk melabeli pembelot sebagai individu yang berbahaya,” ujar Go Myong-hyun, pengamat dari Asan Institute for Policy Studies, kepada Agence France-Presse.
Dunia memang sedang resah menghadapi ancaman gelombang kedua pandemi Covid-19. Hal tersebut terbukti dari kasus baru selama Juli yang mencapai 5 juta jiwa. Sepertiga dari total kasus sejak wabah global itu muncul pada awal tahun.
Yang paling terdampak adalah Amerika Serikat (AS). Jumlah korban jiwa Covid-19 di sana dalam empat hari terakhir mencapai seribu pasien. Hal tersebut membuat total korban tewas menjadi 146 ribu.
Di Eropa momok gelombang kedua juga mulai membayang. Beberapa negara sudah mengumumkan larangan bepergian ke Spanyol. Salah satunya, pemerintah Inggris. Negeri Ratu Elizabeth II itu juga meminta warga Inggris yang baru datang dari Spanyol melakukan karantina mandiri.
Pekan lalu, kasus harian Covid-19 di Spanyol melonjak hingga 4 ribu kasus. Hal tersebut membuat banyak negara mulai mengimbau warganya agar tak mengunjung Negeri Matador tersebut. Kenaikan di beberapa negara lain membuat jumlah kasus baru Eropa mencapai 280 ribu dalam hanya dua hari. (bil/c20/hep/jpg)