
Sebanyak 35.324 anak balita yang tinggal di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, masuk dalam sasaran imunisasi dan suntik polio. Anak-anak itu menjadi target vaksin dan suntik polio, untuk mengantisipasi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio seperti yang sudah terjadi di Kabupaten Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam.
Berdasarkan data yang diperoleh wartawan dari Dinas Kesehatan (Diskes) Limapuluh Kota, anak yang masuk target vaksin dan suntik polio itu adalah anak baru lahir sampai anak berusia 4 tahun 9 bulan. Jumlah mereka di kedua daerah serumpun budaya ini terbilang cukup banyak.
“Di Limapuluh Kota, ada 26.392 anak usia 0 sampai 59 bulan yang menjadi target crash program pencegahan penularan virus polio,” kata Plt Kepala Diskes Limapuluh Kota Wilda Reflita.
Sedangkan di Payakumbuh, menurut Kadiskes setempat, Wawan Sofianto, anak yang masuk target crash program serupa ada sebanyak 8.932 orang. Sebelum anak-anak ini disuntik dan divaksin, Pemko Payakumbuh dan Pemkab Limapuluh Kota, menggelar acara pencanangan, Senin (6/3).
Di Payakumbuh, pencanangan digelar di Kelurahan Ompang Tanah Sirah, Payakumbuh Utara. Sedangkan di Limapuluh Kota dilaksanakan di Jorong Tampuangkodok, Nagari Balaipanjang, Lareh Sago Halaban.
Pj Wali Kota Payakumbuh Rida Ananda meminta dukungan Kemenag, Dinas Pendidikan, kecamatan, kelurahan, PKK, RT/RW, kader dan tokoh masyarakat, serta Organisasi profesi Kesehatan, untuk suksesnya Crash Program Polio ini. Mengingat, program ini akan dilakukan pada 201 Pos Pin yang ada di Payakumbuh.
“Kami harapkan juga sweeping sasaran, advokasi, edukasi kepada keluarga sasaran balita yang akan di imunisasi agar dilakukan se optimal mungkin. Agar Payakumbuh mendapatkan generasi yang sehat, cerdas, beriman,” kata Rida.
Sedangkan Bupati Limapuluh Kota Safaruddin Datuak Bandaro Rajo menargetkan 95 persen anak-anak daerah ini, mendapatkan imunisasi virus polio. Pemberian imunisasi ini diberikan dari 6 hingga 12 Maret 2023 di seluruh Posyandu.
“Langkah ini (imunisasi polio-red), perlu diambil Pemerintah sebagai upaya menutup kesenjangan imunitas polio. Sekaligus mengantisipasi melonjaknya kasus polio di Sumatera Barat. Sehingga tujuan pemerintah pusat mempertahankan status Indonesia bebas dari polio dapat tercapai,” ungkap Bupati Safaruddin. (frv)