
Masalah konsentrasi sering ditemui terjadi pada anak. Masalah konsentrasi ini kerap disertai gejala lain yaitu hiperaktif dan impulsif. Kondisi ini bisa mempengaruhi capaian akademik anak serta penerimaan terhadap anak di lingkungan sosialnya.
Jika anak mendapat masalah konsentrasi yang disertai dengan hiperaktif motorik serta perilaku yang impulsif, besar kemungkinan anak yang bersangkutan mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif (GPPH) atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa SPH, Dr dr Amel Yanis SpKJ (K) konsultan psikiatri anak dan remaja sebagai praktisi kesehatan mental anak dan remaja, mengatakan, anak dengan GPPH bisa dilihat saat anak belum umur 7 tahun, kemudian terjadinya paling sedikit 6 bulan, dan muncul pada berbagai situasi.
“Bila gejala ini muncul hanya pada situasi tertentu, lama terjadinya hanya beberapa minggu, misalnya 2 atau 3 minggu, maka belum bisa disebut sebagai gangguan (GPPH). Barangkali anak sehabis mengalami kejadian tertentu yang merupakan stresor sehingga mempengaruhi perasaan dan perilaku anak kala itu,” kata Dr Amel.
Ia mengatakan, anak yang mengalami GPPH sukar untuk bisa duduk diam dalam waktu cukup lama. Pada saat anak-anak lain duduk mengerjakan tugas di kelas, anak dengan GPPH tidak bisa duduk tenang.
“Perhatian mereka gampang teralih dengan bunyi/suara yang minimal sekalipun. Mereka berjalan-jalan di kelas, mengajak temannya ngobrol sehingga murid yang lain akan terganggu. Anak-anak ini tidak sabaran; menyelak pembicaraan, terburu-buru menyelesaikan tugas sehingga tugas tersebut tidak tuntas dikerjakan. Kalaupun mereka “duduk diam” di bangkunya, tangannya sibuk memainkan perlengkapan sekolahnya, misalnya memutar-mutar pensil, memainkan penggaris, membolak-balik halaman buku atau melipat-lipat kertas,” jelasnya. (*)