Cegah Anemia Lewat Program Aksi Bergizi dengan Konsumsi TTD

9
Ilustrasi.(NET)

Puskesmas Padangpasir menyebut minat masyarakat untuk mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD) masih rendah, khususnya kalangan remaja. Padahal usia remaja sangat rentan terhadap penyakit anemia.

Kepala Puskesmas Padangpasir Desy Susanti mengatakan, untuk mencegah penyakit anemia pada remaja dan masyarakat, pihaknya gencar melakukan aksi bergizi untuk masyarakat, khususnya remaja.

“Program Aksi Bergizi ini memang merupakan salah satu upaya kita mendorong dan mendukung Pemko Padang dalam mencegah penyakit anemia. Salah satunya melalui pendidikan gizi seimbang, pemberian suplementasi TTD,” jelasnya.

Ia menjelaskan, penyebab anemia pada remaja paling dominan adalah kurangnya kepatuhan remaja putri dalam mengonsumsi TTD. Selain itu, juga disebabkan karena masih ada remaja putri yang belum paham pentingnya pemberian TTD. Bahkan masih ada orangtua yang tidak mengizinkan anaknya meminum tablet tambah darah.

“Adapun kegiatan Aksi Bergizi ini diisi dengan giat senam bersama, sarapan pagi bersama, minum TTD, serta dilanjutkan dengan sesi edukasi. Kami imbau kepala sekolah di Kecamatan Padang Barat untuk melaksanakan kegitan Aksi Bergizi menjadi agenda rutin di sekolah,” ujarnya.

Desy menambahkan, gerakan Aksi Bergizi merupakan salah satu upaya strategis dalam meningkatkan kepatuhan konsumsi TTD pada remaja putri. Hal ini juga salah satu indikator layanan intervensi gizi spesifik dalam percepatan penurunan stunting.

“Jadi memang untuk aksi bergizi ini kita berkolaborasi dengan SMP dan SMA di Kecamatan Padang Barat. Dengan mengkonsumsi 1 tablet TTD per minggunya,” tambahnya.

Baca Juga:  Siswa Diajari Cuci Tangan yang Benar, lalu Diberi Susu dan Buah

Dia juga menjelaskan anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat dialami oleh semua kelompok umur mulai dari balita, remaja, ibu hamil sampai usia lanjut.

“Dimana berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan prevalensi anemia pada anak usia 5-14 tahun sebesar 26,8 persen dan pada usia 15-24 tahun sebesar 32 persen. Artinya, sekitar 3 dari 10 anak di Indonesia menderita anemia,” terangnya.

Ia berharap pemberian TTD ini dapat berjalan rutin setiap minggu sesuai kesepakatan dan kesediaan dari masing-masing sekolah. Maka dari itu, peran pimpinan sekolah, guru, orangtua, murid, dan seluruh warga di sekitar sekolah sangatlah penting.

“Sebelumnya Puskesmas Padanpasir pada tahun 2018 telah mendapat penghargaan Inovasi Layanan Publik TOP 40 SINOVIC dengan Kelas IMUD. Kelas ini sebagai wahana untuk pendampingan bagi ibu muda yang hamil dibawah usia 20 tahun,” sebutnya.

Kehamilan usia muda (IMUD) <20 tahun mampu beresiko anemia, perdarahan, trauma persalinan, BBLR dan kematian ibu dan bayi. Oleh sebab itu, kelas ibu muda (IMUD) diharapkan dapat membantu menurunkan angka kematian ibu, bayi dan penurunan stunting.

“Walaupun pemberian TTD pada remaja putri sudah dilakukan, dari data Nasional prevalensi anemia masih cukup tinggi. Untuk mendukung kegiatan ini Pemko Padang dalam proses menerbitkan perwako pemberian TTD bagi remaja putri,” tutupnya. (d)