
Kata literasi sudah tak asing lagi !. Bahkan ia menggaung hampir di tiap acara resmi atau pun nonresmi. Di mana-mana orang bincang tentang literasi, bernuklis baca dan tulis. Di sekolah diprogramkan Gerakan Literasi Sekolah atau GLS.
Lalu tujuannya apa? Ya, agar warga sekolah menjadi warga yang literat. Lingkungan tercipta sebagai taman belajar yang menyenangkan. Sehingga, sekolah mampu mengelola pengetahuan dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadai berbagai strategi membaca.
Lalu apa yang menjadi sorotan kita terhadap program GLS di UPTD SMPN 1 Kecamatan Payakumbuh? Jawabannya? Ternyata, sudah 2 tahun berturut-turut sekolah ini melahirkan buku karya siswa.
Di antaranya kumpulan puisi berjudul “Literasi Kita Bersama Alunan Rindu di Goresan Pena” tahun 2020. “Seutas Senyum Serangkai Kata” adalah judul kedua di tahun 2021 yang memuat kisah inspiratif siswa tentang belajar di era covid-19.
Kini pada tahun 2022, pendidik dan tenaga kependidikan merasa tersaingi di mana guru dengan bijak telah mengajak siswa untuk menulis.
Lalu bagaimana dengan guru itu sendiri? Mampukah si guru menuangkan ide dan inspirasi mereka untuk sebuah karya yang berbau tulisan? Terutama pada buku ber-ISBN? Diakui memang. Bahwa sudah banyak guru yang telah menulis yang di buku secara pribadi, namun yang diprogram kegiatan literasi sekolah masih langka.
Adalah sebuah gagasan gemilang ketika Padang Ekspres memberi lahan lapan bagi para insan pendidikan untuk menulis dan saling berkabar berita tentang kemajuan sekolah masing-masing. Salut untuk Laman Guru Padang Ekspres. Menulis di Padang Ekspres adalah sebuah “prestasi” di dunia kepenulisan para guru di ruang terkini.
Ayo, kita menulis !
Tabik. Bravo.
Salam literasi untuk Laman Guru Padang Ekspres yang total mendukung GLS.
Di sinilah cerita tentang geliat literasi di UPTD SMPN 1 Kecamatan Payakumbuh, bahwa di tahun ini 2022. Dua buah buku (buku 1 dan buku 2) yang berjudul “Serpihan Kenangan” telah meluncur di Sabtu silam.
Ini adalah buah karya pendidik dan tenaga kependidikan. Isinya tak lain adalah pernak-pernik aktivitas selama bertugas baik PNS mau pun honorer. Ada yang menyedihkan. Sehingga, pembaca bercucuran air mata. Juga ada yang lucu membuat pembaca tertawa terbahak-bahak.
Di samping merupakan program literasi yang dipadukan dengan program sekolah penggerak di bidang proyek, semua ini beranjak dari kisah unik kepala sekolah. Adalah Pak Ahmad Guntur, S.Pd ketika menggelar acara pertemuan singkat di Senin bulan Desember 2021 yang lalu.
Tentang narasi beliau mengingatkan siswa yang melanggar aturan sekolah, sungguh menarik. Akhirnya guru-guru terpancing untuk menceritakan kisah yang mereka lalui dalam menjalankan tugas secara lisan.
Akhirnya, kumpulan kisah lisan tersebut yang menjadi kenangan para guru, digagaslah oleh guru bahasa Indonesia yakni Ibu Sesmi Anggia, S.Pd menjadi sebuah buku yang sangat berarti, judulnya “Serpihan Kenangan”.
Pada bagian lembar pengantar kata, alhamdulillah, Ibu Hj. Indrawati, S.Pd, M.M.Pd Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Limapuluh Kota, ikut memberikan kekuatan yang sangat berarti bagi kita di dunia pendidikan.
Pada paragraf keenam tulisan beliau, berbunyi “Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” merupakan kata bijak Pramoedya Ananta Toer.
Tepat sekali, mungkin selama ini banyak orang yang pintar, namun kepintaran akan hanyut dan mungkin juga tenggelam tak meninggalkan bekas selama mereka tidak mencoba untuk menulis.
Di situlah jawaban yang dinampakkan di UPTD SMPN 1 Kecamatan Payakumbuh, atas geliat literasinya telah menggucang dunia pendidikan. Dari satu karya, akan lahir puluhan bahkan ratusan karya berikutnya.
Tidak cukup sampai di sini, keluarga besar sekolah pun telah merancang tulisan berikutnya. Kecanduan akan menuangkan ide dan inspirasi pada tulisan, bak air mengalir tanpa henti-hentinya.
Dengan demikian, rasa percaya diri serta kekuatan untuk menggerakkan kegiatan literasi sekolah tidak lagi terfokus pada membaca saja. Akan tetapi, meningkat menjadi menulis sehingga bahan bacaan yang dikemas oleh sekolah dapat dijadikan koleksi bacaaan, terutama di perpustakaan sekolah. Ini tentunya akan turun temurun pada generasi berikutnya.
Sekolah tidak lagi memikirkan harus memilih bahan bacaan dari dari penulis-penulis lainnya. Tentunya akan lebih bergengsi, jika pengarang buku koleksi perpustakaan sekolah dipusatkan kepada keluarga besar UPTD SMPN 1 Kecamatan Payakumbuh, yakni pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik dengan keanekaragaman tulisan yang bernilai positif.
Program ke depannya, kita dari keluarga besar UPTD SMPN 1 Kecamatan Payakumbuh akan mengisi ruang baca di perpustakaan daerah terutama Kabupaten Limapuluh Kota. Mudah-mudahan niat baik dapat dikabulkan Allah SWT. Aamiin Yarabbala’alamin (*)