Kurikulum Merdeka diluncurkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim. Kurikulum ini sudah dilaksanakan oleh banyak sekolah di Indonesia. Kurikulum merdeka ini lahir didasarkan bahwa pendidikan didapatkan oleh anak berdasarkan kepada bakat dan minatnya.
Jadi guru dalam mengajar tidak hanya fokus pada materi ajar saja, namun pelaksanaan pembelajaran di kelas disesuaikan dengan karakteristik peserta didiknya. Pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan bakat, minat, karakteristik peserta didiknya inilah yang disebut dengan pembelajaran berdiferensial.
Jika suatu sekolah sudah melaksanakan kurikulum merdeka, namun proses pelaksanaan pembelajarannya masih mengutamakan konten materi, tanpa mempertimbangkan karakteristik peserta didiknya, berarti hal yang ingin diterapkan dalam kurikulum merdeka tersebut belum terlaksana.
Di sini akan diulas lebih lanjut bagaimana pelaksanaan pembelajaran diferensial tersebut dalam kurikulum merdeka. Penerapan kurikulum merdeka memiliki tiga hal mendasar. Pembelajaran dan penilaian menjadi satu kesatuan. Guru berperan sebagai fasilitator dan melakukan asessment awal untuk mengetahui kemampuan peserta didik.
Ini penting untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mereka. Terdapat dua jenis asessment yakni asessment formatif sebelum dan selama pembelajaran, serta asessment sumatif setelahnya.
Perubahan pada pembelajaran mulai dari perangkat hingga proses pelaksanaannya. Tujuan pembelajaran didasarkan pada Capaian Pembelajaran (CP) yang diberikan pemerintah. CP menggabungkan kompetensi sikap spritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. CP berlaku di berbagai tingkatan, mulai dari RA hingga SLTA.
Terdapat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang penting dalam kurikulum merdeka. Ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai sikap kepada peserta didik. Setiap guru wajib melaksanakan kegiatan projek ini, yang merupakan petualangan investigasi dengan bimbingan guru.
Peserta didik akan mencari tahu tentang topik yang menarik minat mereka, dan diharapkan kegiatan ini dapat menginspirasi mereka untuk berkontribusi pada lingkungan sekitar.
Di mana posisinya pembelajran berdiferensiasi? Pembelajaran diferensiasi dilaksanakan ketika melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas.
Pembelajaran diferensiasi merupakan pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan keadaan/kondisi peserta didik, dengan tetap memberikan hak pendidikan yang sama, untuk semua peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan individu.
Pada hakikatnya prinsip pembelajaran adalah dirancang sesuai dengan karakteristik peserta didik, berorientasi pada masa depan, membangun pembelajar sepanjang hayat, mendukung pengembangan kompetensi dan karakter secara holistik, dirancang secara kontekstual dengan melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra dan yang lebih terpenting adalah berorientasi pada dimensi ukhrowi.
Pembelajaran difensiasi mencakup seluruh prinsip pembelajaran tersebut. Berdasarkan ini maka lahirlah merdeka belajar yang tertuang dalam kurikulum merdeka. Mendukung pengembangan kompetensi dan karakter secara holistik. Karakteristik peserta didik dapat dilihat dari gaya belajar peserta didik, minat belajar serta kesiapan belajar peserta didik tersebut.
Sedangkan pembelajaran berdiferensiasi mencakup elemen konten, proses, produk dan lingkungan belajar. Bagaimana praktek pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas? Dalam Kurikulum Merdeka, diferensiasi pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar siswa yang berbeda.
Antara lain, penyesuaian metode pembelajaran, pemberian tugas berbeda, penggunaan sumber belajar yang berbeda, dan kelompok belajar berbeda yang dilihat dari segi kharakteristik peserta didik. Setiap guru menyusun modul ajar berbasis diferensiasi.
Modul ajar berbasis diferensiasi pembelajaran Kurikulum Merdeka adalah suatu modul ajar yang dirancang untuk memberikan pembelajaran yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan potensi siswa secara individual. Namun walaupun pemberian perlakukan aktivitas dalam pembelajaran berbeda, namun tujuan pembelajarannya sama, dan sama-sama tercapai.
Hal ini bebrbeda dengan praktik pendidikan yang selama ini kita alami yaitu semua anak-anak harus menguasai materi yang disalurkan oleh guru. Anak dijadikan penampung-penampung materi, apapun materi yang diajarkan oleh guru harus dikuasai oleh anak.
Artinya menyamaratakan seluruh kurikulum kepada semua anak-anak tanpa melihat potensi dan kharakteristik anak. Kurikulum seperti ini jika diterapkan terus menerus maka menyebabkan potensi pada diri anak tidak akan berkembang dan bahkan mati.
Pembelajaran berdiferensiasi dalam kurikulum merdeka diharapkan dapat meningkatkan partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran, mengakomodasi perbedaan kemampuan dan kebutuhan peserta didik, mendorong kemajuan belajar yang optimal bagi setiap peserta didik dan dapat membangun suasana inklusif yang mendukung keberagaman peserta didik.
Terdapat tantangan dan kendala dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi pada kurikulum merdeka di sekolah. Terutama masih rendahnya tingkat pemahaman dan keterampilan guru dalam merancang pembelajaran berdiferensiasi. Perlu beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh guru dalam memulai melaksanakan kurikulum merdeka yaitu mengumpulkan data dan informasi awal tentang peserta didik.
Ini dapat dilakukan dengan mengadakan asessmen awal minimal seminggu sebelum pembelajaran dilaksanakan, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang akan dicapai. Selain itu, guru juga bisa bekerjasama dengan guru BK melaksanakan tes gaya belajar peserta didik
Merancang pembelajaran yang responsif terhadap perbedaan individu peserta didik.
Contohnya pengelompokan peserta didik berdasarkan gaya belajar dimana peserta didik yang auditori dikelompokan jadi satu, begitu juga yang visual dan kinestetik dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Menggunakan beragam metode dan tagihan produk pembelajaran sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Contoh peserta didik dengan gaya belajar yang visual tagihan produk pembelajarannya dapat berupa gambar, atau peta konsep dan lain-lain. Peserta didik yang gaya belajarnya kinestetik tagihan produknya adalah memperagakan sedangkankan yang Auditori tagihan produknya adalah mengkomunikasikan.
Melakukan evaluasi yang berkelanjutan, di mana asessmen di awal pembelajaran sebagai informasi awal bagi guru tentang karakteristik peserta didik. Asessmen selama proses pembelajaran sebagai perbaikan dan refleksi bagi peserta didik sampai di mana tingkat pemahamannya dan bagi guru refleksi, tentang apakah metode pembelajaran sudah sesuai dan asessmen sumatif dilakukan setiap akhir tujuan pembelajaran tercapai.
Jika semua guru sebagai aktor utama dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas sudah melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi pada kurikulum merdeka, peningkatan mutu pendidikan Indonesia mampu bersaing dalam menghadapi tantangan perubahan zaman.
Pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi ini akan mampu mengakomodasi seluruh tingkat potensi pelajar. Jadi proses pembelajaran akan terlaksana sesuai dengan kebutuhan dari peserta didik itu sendiri sehingga akan dihasilkan sumber daya manusia yang berpotensi dan andal.(Azizah Rahmy, GURU MTSN 1 TANAHDATAR)