Bicara soal dunia pendidikan, tentunya tidak terlepas dari aktifitas membaca. Membaca mempunyai banyak sekali manfaat, di antaranya selain mendapatkan informasi, juga memperluas wawasan. Sayangnya, minat membaca siswa hari ini sangat memprihatinkan.
Dalam satu satuan pendidikan saja, persentase belumlah signifikan. Kondisi ini bukan hanya dialami oleh siswa, namun para guru pun banyak yang tidak memiliki minat baca. Meski aktifitas kesehariannya juga bersentuhan dengan buku.
Jika pun membaca dilakukan, maka hanya pada varian bacaan buku teks atau buku panduan mata pelajarannya saja. Maka terlihat bahwa selain minat yang minim, ternyata juga genre bacaan pun minim.
Banyak factor yang menjadi penyebab kondisi demikian. Di antaranya berkaitan dengan motivasi, dan lingkungan pendukung untuk tumbuhnya minat baca. Oleh karena itu, perlu adanya upaya membangun motivasi agar bertumbuh minat baca bagi semua kalangan di satuan pendidikan.
Selaku pendidik tentunya memotivasi para siswa untuk gemar membaca adalah ranah kita. Upaya yang dapat dilakukan tentunya memberikan suasana dan prasaran yang menghidupkan motivasi dimaksud.
Karena yang dapat dibaca adalah buku, maka tentunya buku musti tersedia dengan berbagai genre, yang sesuai dengan tingkat usia dan jenjang pendidikan siswa. Buku haruslah selalu dekat dan mudah dijangkau oleh siswa setiap saat, diluar buku teks pelajaran yang telah mereka miliki.
Inilah yang penulis maksud dengan prasarana yang mudah dijangkau. Selain buku prasarana berikutnya adalah perpustakaan yang juga harus mudah diakses oleh semua warga sekolah. Bukan sekadar mudah diakses, namun ketersediaan tenaga pelayan perpustakaan juga menjadi terwujud tidaknya motivasi membaca.
Kondisi perpustakaan yang sulit diakses setiap jam sekolah, hari ini dapat diatasi dengan membuat pojok baca atau pojok literasi diruang-ruang kelas. Tentunya akan dibutuhkan sinergi antara wali kelas dan petugas perpustakaan sekolah, khususnya mengadministrasikan buku-buku yang dipinjam oleh setiap kelas yang menyediakan sudut baca.
Bahkan kondisi ini dapat juga memanfaatkan berbagai organisasi yang memberikan peluang untuk berpartisipasi memberikan donasinya ke sudut baca kelas. Sehingga genre bacaan di sudut baca kelas menjadi sangat variatif.
Donasi juga dapat dilakukan oleh para alumni sekolah, sehingga perhatian para alumni tidak melulu diarahkan untuk memberikan donasi bangunan fisik sekolah. Dukungan yang terkait dengan motivasi yang terpenting adalah tentunya peran guru harus menjadi teladan, karena fungsinya adalah memotivasi.
Guru harus terlihat oleh siswa memiliki minat baca atau memiliki komunitas pembaca di sekolah. Konsep yang sejalan dengan “tut wuri handayani”. Karena kegemaran membaca pada awalnya adalah perilaku yang dilihat, dicontoh, selajutnya dilatihkan dan kemudian menjadi pembiasaan.
Sejak kurikulum 2013 hingga di berlakukannya implementasi kurikulum merdeka, kegiatan menumbuhkan minat baca dan tulis untuk membangun berfikir ktitis semakin menguat. Setiap guru mata pelajaran masih up to date, jika masih mau melakukan pembiasaan membaca literatur diluar buku teks pelajarannya.
Kegiatan ini dapat dilakukan selama 15 menit saja. Tanpa harus membebani siswa menyelesaikan satu buku dalam sekejap. Kegiatan yang disebut membaca bersama ini, tentunya harus di iringi dengan kegiatan membuat simpulan bacaan. Kegiatan resensi buku juga dilatihkan sekaligus pada kegiatan ini.
Sehingga diakhir kegiatan menguasai satu buku bacaan, siswa memiliki berbagai catatan resume dari setiap buku yang dibacanya. Aktifitas demikian tidak harus saat para guru ada diruang kelas. Motivasi siswa untuk menyelesaikan buku yang dibaca dengan memanfaatkan jam-jam kosong pelajaran atau di saat mereka istirahat.
Peran guru berikutnya, dapat memberikan siswa tugas yang bersumber bukan dari materi utama pembelajaran. Kondisi ini akan mengarahkan siswa untuk mencari buku – buku yang tersedia di perpustakan atau pojok baca kelas.
Tentunya guru harus telah memberikan judul buku apa yang akan mereka temukan. Situasi ini akan meningkatkan kemauan siswa membaca buku-buku yang ada di perpustakaan dan pojok baca kelas. Guru juga dapat memberikan motivasi membaca dengan melakukan kegiatan diskusi tentang sebuah buku atau bedah buku.
Kegiatan yang rasanya bagi kalangan diluar dunia pendidikan terkesan eksklusif dan tak mungkin dapat dilakukan oleh siswa di usia SMP. Jika para guru belum pernah mendesain kegiatan demikian tentunya hal ini dirasakan berat.Namun apabila dilakukan berkolaborasi dengan lintas mata pelajaran hal ini sangat mungkin dilakukan.
Peran sekolah dalam meningkatkan minat baca ini juga sangat di harapkan. Perpustakan sekolah diarahkan pada upaya menyediakan buku-buku digital dan dapat diakses oleh seluruh warga sekolah dengan mudah adalah hal yang penting untuk saat ini.
Seiring dengan perkembangan teknologi digital, maka perpustakaan digital adalah upaya yang sangat cerdas yang dapat dilakukan oleh sekolah, untuk membangun minat baca dan tulis diera digital. (Yeni Marnis, S.Pd, GURU UPT SMPN 3 BATUSANGKAR)