Di era digital seperti sekarang ini, guru memang dituntut harus lebih kreatif untuk menciptakan pembaharuan dalam Proses Belajar Mengajar (PBM). Karena jika guru melakukan PBM secara monoton tentu akan membuat siswa cepat bosan.
Guru tidak boleh menyamakan kondisi dan kemauan belajar antara anak-anak sekarang dengan kondisi dan kemauan guru pada saat mereka menjadi siswa. Zaman semakin canggih dan banyak hal yang mempengaruhi perubahan keadaan tersebut.
Kreatif dan inovatif adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Guru menciptakan pembaharuan dalam proses belajar mengajar bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang memiliki hubungan timbal balik antara guru dan siswa.
Guru tidak hanya melakukan pembelajaran dengan metode ceramah yang mungkin bisa membosankan siswa sebagai pendengar. Diharapkan saat proses belajar berlangsung, ada ketertarikan siswa terhadap materi yang mereka pelajari sehingga muncul pertanyaan-pertanyaan dan siswa mampu memberikan contoh dengan kalimat sendiri.
Siswa juga mampu menganalisa informasi tersirat dalam materi yang dipelajari. Jika pembelajaran sudah mampu menggali potensi siswa berarti guru sudah berhasil menciptakan suasana belajar yang memiliki hubungan timbal balik (good interaction) yang baik antara guru dan siswa.
Menyikapi fenomena seperti itu, SMP IT Insan Kamil Batusangkar mencoba melakukan pembelajaran berdiferensiasi melalui mata pelajaran Bahasa Inggris. Pada semester 1 (ganjil) TP. 2022/2023, kelas IX Darul Ulum melakukan praktek membuat sup buah (How to Make Fruit Soup) dalam materi procedure text.
Siswa sangat antusias sekali dalam menyiapkan bahan-bahan serta mempresentasikan bagaimana cara membuat sup buah dalam Bahasa Inggris. Mereka dibagi ke dalam 3 kelompok besar dengan kemampuan yang berbeda dalam satu kelompok sesuai dengan hasil tes diagnostik yang dibagikan guru BK.
Setiap kelompok akan mempresentasikan cara membuat sup buah dengan gaya mereka masing-masing. Kegiatan dimulai dengan memperkenalkan diri dan anggota kelompok, memberitahukan apa yang akan dipresentasikan (goal), memperkenalkan alat dan bahan (tools and ingredients), dan langkah-langkah mengerjakannya (steps).
Setelah melakukan presentasi, diadakan sesi tanya jawab antar kelompok untuk lebih memantapkan pemahaman siswa mengenai materi yang sedang dipelajari. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang mengamati siswa dan memberikan saran membangun untuk membantu siswa meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam melakukan presentasi.
Meskipun berkelompok, seluruh siswa dapat giliran untuk berbicara mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka. Jadi seluruh siswa merasa sama dan setara, mereka akan memiliki asumsi bahwa mereka mempunyai kesempatan yang sama untuk tampil di depan kelas.
Jika pemahaman seperti ini sudah dipupuk, maka siswa akan berusaha bertanggung jawab terhadap apa yang telah di amanahkan kepada mereka. Mereka akan berusaha tampil sebaik mungkin karena secara teori mereka sudah memahami.
Secara praktekpun mereka merasa diri mereka mempunyai kompetensi untuk melakukannya karena saran membangun yang diberikan oleh guru. Setelah rangkaian presentasi selesai, siswa dan guru menikmati sup buah bersama-sama sambil merefleksi dan menyimpulkan pembelajaran pada saat itu.
Kegiatan diakhiri dengan memberikan gambaran secara umum materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Mengimbangi antara teori dan praktek tentu akan membuat siswa lebih bersemangat mengikuti proses belajar mengajar, daripada hanya menjelaskan materi panjang lebar di depan kelas.
Dengan pembelajaran seperti ini, siswa lebih mudah paham akan materi yang diajarkan. Karena mereka langsung mempraktekkan sesuai kemampuan mereka yang beragam. Suasana belajar yang menyenangkan seperti ini akan dirindukan oleh siswa sehingga mereka akan menanti-nantikan jam pelajaran Bahasa Inggris berikutnya.
Mereka akan menerka-nerka kejutan apa yang akan mereka pelajari selanjutnya. Jika siswa sudah masuk pada tahap ini, berarti kita sebagai guru telah sukses mengajarkan kepada mereka teori dan praktek.
Tak kalah pentingnya adalah kita mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan bagi siswa sehingga timbul kerinduan akan pelajaran Bahasa Inggris di hati mereka.
Karena dalam beberapa kasus, Bahasa Inggris termasuk mata pelajaran yang paling ditakuti dan tidak disukai oleh siswa karena kesulitan dan keterbatasan siswa untuk memahami bahasa asing.
Jadi sebagai guru, kita harus bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan ketakutan dan ketidakpahaman siswa tersebut melalui metode- metode pembelajaran yang menyenangkan. Salam Literasi.(Mutiara, S.Pd, GURU SMP IT INSAN KAMIL BATUSANGKAR)