UPTD SMP Negeri 1 Kecamatan Luak, Revitalisasi Sastra Lisan Sijobang Via DKT

4
KOMPAK : Para guru UPTD SMPN 1 Luak usai pelaksanaan DKT.(IST)

Saat ini tidak dapat kita mungkiri bahwa salah satu dampak dari globalisasi adalah masuknya budaya luar ke negara kita. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempercepat proses tersebut.

Rendahnya kemampuan dalam melakukan filterisasi terhadap budaya asing dan lemahnya proses pewarisan nilai budaya daerah, menyebabkan terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya asli daerah kita.

Kita patut memikirkan strategi yang tepat agar dapat mewariskan nilai-nilai budaya kepada generasi muda. Transformasi nilai-nilai budaya antar generasi perlu dilakukan.
Generasi muda perlu mengenal dan mempelajari nilai-nilai budaya asli daerahnya.

Disamping itu revitalisasi terhadap budaya daerah perlu segera dilakukan. Revitalisasi budaya merupakan upaya penggalakan kembali budaya tradisi yang hampir punah di tengah-tengah masyarakat.

Dalam menyikapi hal ini, Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat telah menyikapinya dengan mengadakan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) pada Senin, 5 Maret 2023. Kegiatan ini terlaksana bekerjasama dengan Pembina sastra lisan sijobang Lima Puluh Kota.

Kegiatan yang diadakan di SDN 11 Guguak VIII Koto tersebut dihadiri oleh Camat Guguak, Kepala Dinas DPMD Lima Puluh Kota, Wali Nagari Guguak, Tokoh masyarakat, unsur dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Limapuluh Kota dan beberapa orang kepala sekolah.

Tak kalah menariknya, dalam diskusi tersebut juga menghadirkan Maestro Sijobang Limapuluh Kota yaitu Asrul Dt, Kodo. Acara diskusi yang dibuka secara resmi oleh Camat Guguak, Muftil Wahyudi itu berjalan dengan lancar.

Dalam paparannya Hendra Nazar, sebagai Kepala Dinas DPMD Limapuluh Kota menyatakan bahwa, sebenarnya pemerintah daerah telah berperan dalam melestarikan budaya asli daerah.

Berbagai program kegiatan yang dilaksanakan selaras dengan visi dan misi kepala daerah yaitu “Mewujudkan Limapuluh Kota yang madani, beradat dan berbudaya dalam kerangka adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”. Peran pemerintah juga terletak di nagari, pemangku adat, bundo kanduang dan sebagainya.

Menurutnya, salah satu budaya daerah yang patut dilestarikan adalah Sijobang. Sijobang merupakan sastra, lisan yang berisi nasihat, dan disampaikan melalui cerita dengan diiringi alat musik. Diharapkan melalui cerita yang disampaikan lewat basijobang, genersai muda kita dapat mengambil maknanya dan nilai-nilai baik untuk dipakai dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, Eva Krisna selaku Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat, juga sangat mengapresiasi terlaksananya acara ini. Menurutnya, ini sudah merupakan kepedulian bersama dalam upaya melakukan revitalisasi budaya.

Sebab kolaborasi antar berbagai instansi terkait, tokoh adat dan pemangku kepentingan lainnya sangat dibutuhkan saat ini. Apalagi mengingat maraknya budaya luar, yang ikut menggerus pewarisan budaya kepada generasi muda.

“Kita harus bergerak, supaya tidak ada lagi daerah atau negara lain yang mengklaim budaya asli kita sebagai milik mereka,” ucap Eva Krisna dengan penuh semangat.

Ia juga menyampaikan bahwa sastra lisan sijobang ini juga telah pernah diklaim sebelumnya oleh daerah luar, padahal aslinya adalah miliki Limapuluh Kota. Menurut Eva, sijobang di daerah lain, adalah bentuk pengembangan saja.

Baca Juga:  UPTD SMP Negeri 1 Kecamatan Payakumbuh, Mengapa Kurikulum Perlu Berubah?

Ia juga menyampaikan bahwa tugas dari Balai Bahasa ada tiga yaitu, Utamakan Bahasa Indonesia, lestarikan Bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing. Maka melestraikan tradisi Sijobang termasuk tugas melestarikan bahasa daerah.

Selanjutnya Putri asli Subarang Air Kecamatan Lareh Sago Halaban, itu menjelaskan bahwa generasi muda perlu diperkenalkan dengan tradisi Sijobang. Revitalisasi perlu segera dilakukan, sebab saat ini kita harus bersama-sama dalam “Mambaliakan pinang ka gagangnyo, mambalikan siriah ka tampuaknyo”.

Oleh sebab itu, ia menyarankan agar generasi muda perlu dilatih dan diberi pembekalan. Jika perlu melibatkan siswa. Demikian pesannya di akhir kata. Pada sesi terakhir, Indrawati Munir, selaku Pembina sastra Sijobang Limapuluh Kota juga menyampaikan rasa bangganya atas kepedulian berbagai pihak saat ini terhadap sastra lisan sijobang.

“Kita patut berbangga, sebab saat ini Sijobang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oyang di-SK-kan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Tekonologi Republik Indonesia. Tinggal lagi upaya kita bersama untuk berperan agar sastra lisan sijobang ini dapat dilestarikan dan diwariskan kepada generasi muda agar tidak punah,” ujar Indrawati Munir dalam paparannya.

Mantan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Limapuluh Kota yang juga merupakan anak kandung dari Munir yang dikenal sebagai pemilik sastra sijobang. Ia menjelaskan bagaimana dulunya, sang Bapak aktif dalam memperkanalkan sijobang di tengah-tengah masyarakat.

Dalam paparannya, ia juga menjelaskan bahwa dalam cerita sijobang tentang “Anggun Nan Tongga” terkandung nilai heroik dan nasionalisme yang patut ditiru oleh generasi muda. Ia juga menyampaikan, bahwa tak banyak tukang Sijobang yang betul-betul paham dan pandai memainkannya.

Ada beberapa nama yang disebutnya sebagi tukang sijobang antara lain, Munin, Buyuang, Nurman, Juran, dan Asrul Dt. Kodo. Itupun hanya beberapa orang saja yang amsih hidup saat ini,yaitu angtaranya Asrul Dt. Kodo.

“Alangkah sia-sia jika sastra lisan sijobang ini tidak dilakukan revitaliasinya. Perlu pendokumentasian seni tradisi ini agar tidak hilang begitu saja,” ujar Indrawati penuh harap.

Diakhir penyampaiannya, Indrawati Munir menyatakan bahwa ada Sembilan episode cerita Anggun Nan Tongga antara lain, Ka Lauik, Ka Koto Bintawai, Maala Kopa Nan Tujuah, Ka Tanau, Ka Ruhun, Ka Tiku, ka Gunuang Ledang, Maala Kopa Kopa Nan tujuah, Ka Galanggang Nan Kodo Baha.

Menurutnya, banyak pesan dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap cerita tersebut
Pada akhir kegiatan diadakan tanya jawab dengan seluruh peserta yang hadir. Namun sebelumnya ditampilkan Basijobang yang dimainkan oleh sang Maestro, Asrul Dt.Kodo, membuat peserta yang hadir terpukau. Mudah-mudahan revitalisasi tradisi dan budaya daerah dapat segera dilakukan. Semoga.(Harnieti, S.Pd, M.Pd, KEPALA UPTD SMPN 1 LUAK)