Jangan pikirkan apa yang akan ditulis, tetapi tulislah apa yang ada Dalam pikiran! (Anis Matta). Kalimat di atas memang benar adanya. Jika kita berpikir apa ya yang akan kita tulis maka kita akan selalu berpikir saja tanpa mau mulai menulis.
Tapi menulislah dan kita akan keluarkan semua yang ada dalam pikiran. Tulislah terus sampai apa yang ada dalam kepala semua habis dan sampai buntu. Jika sudah habis ide atau mentok, bacalah lagi tulisan dari awal sehingga kita akan kembali menemukan ide baru yang muncul secara ajaib dan tiba-tiba dalam pikiran.
Yah, bagi penulis pemula, menulis memanglah suatu hal yang sangat menakutkan dan sangat sulit jika dipikirkan. Maka tidak salah resep dari para penulis besar, menulis bukanlah dipikir, tapi dimulai. Mulailah menulis dan menulis.
Tulis saja apa yang ada dalam pikiran Anda. Sampai semua ide tertumpah ruah dalam tulisan. Nanti baru dibaca dan diedit lagi. Tulis, tulis, tulis, dan tulislah! Maka Anda akan terus bisa berkarya dan menulis dengan baik.
Menulis ibaratkan kita belajar naik sepeda. Tidak ada orang yang belajar naik sepeda langsung bisa mengayuh sepedanya dengan lancar dan lincah. Pastilah semua mereka pernah jatuh dan rebah dengan sepeda-sepedanya.
Lecet dan luka bukanlah hal yang aneh lagi jika belajar naik sepeda. Namun karena keinginan yang kuat dan motivasi yang hebat, kita biasanya tidak akan peduli. Akan tetap belajar dan belajar sampai kaki lancar mengayuh dan bisa meluncur dengan mulus.
Benarkan itu? Tidak bisa disangkal lagi, itulah proses menulis tersebut. Sama dengan orang yang belajar naik sepeda. Dengan gigih terus belejar dan belajar. Ketika sudah bisa dan terbiasa, bahkan mereka lupa dengan proses belajarnya. Lupa dengan kaki lecet dan luka yang menganga ketika belajar bersepeda. Hehehe…
Sangat banyak manfaat dari menulis yang sudah dikemukakan oleh para pakar. Sekarang tergantung kepada kita saja, kapan akan memulai menulis. Saya sendiri sudah berita-cita ingin dan pandai menulis sejak di bangku kuliah.
Namun, bisa terealisasi setelah belasan tahun kemudian. Itupun tidak semulus yang kita pikirkan. Tetapi ketika tulisan kita bisa terbit dan dibaca oleh orang lain, itu adalah sesuatu kebahagiaan yang luar biasa.
Apa saja manfaat menulis yang bisa kita ambil? Di antaranya: kredit poin bagi guru. Karena untuk kenaikan pangkat guru PNS harus ada publikasi ilmiah. Jika tulisan kita sudah terpublikasi, maka kredit poin kita akan dihitung untuk kenaikan pangkat.
Selain kredit poin, kita juga akan mendapatkan kredit koin. Yaitu masuknya SMS banking dalam rekening kita jika artikel dan tulisan diterbitkan oleh sebuah media. Selain itu popularitas kita sebagai penulis yang kreatif dan inspiratif akan selalu dikenang.
Seorang penulis tidak akan mudah pikun, kenapa? Karena saraf otak kita akan selalu bekerja dan aktif. Karena sering diajak untuk berpikir dan selalu bergerak aktif. Sementara orang pikun adalah orang yang tidak aktif lagi urat sarafnya untuk berfikir.
Terlepas dari semua itu, dengan menulis maka kita sedang menebar ladang amal dan selama hidup bahkan sampai kita matipun kita aka tuai amal dari tulisan yang kita tulis, selagi tulisan kita itu bermanfaat bagi orang banyak.
Maka jadilah seorang penulis yang hebat dan mulailah meulis dengan apa yang ada dalam pikiran kita masing-masing. Dan hal yang paling menunjang dalam menulis adalah kita harus banyak-banyak membaca.
Ibaratkan sebuah teko. Kepala kita adalah teko itu, isilah dengan bcaaan-bacaan yang berkualitas, maka ketika teko itu sudah penuh, maka ide akan keluar dengan lancar dan sendirinya ibarat teko yang mengisi cangkir-cangkir kosong.
Mulailah menulis dan tulislah apa yang ada dalam pikiran. Jangan pikirkan apa yang akan ditulis, namun tulislah semua yang di dalam pikiran. Jangan menulis dengan menjadi seorang editor secara langsung.
Tuliskan saja semua yang ada di dalam pikiran, dan biarkan tulisan itu mengendap beberapa saat, beberapa hari, minggu bahkan bulan. Setelah itu baru dibaca dan lakukan proses editing. Jadilah editor untuk tulisan kita sendiri.
Lakukan self editing yang berulang, maka percayalah, kalau ternyata kita mampu untuk menulis. Seperti orang yang mahir membawa sepeda, mereka bahkan lupa proses belajarnya, lupa bagaimana sakitnya jatuh, lecat dan sakit ketika belajar membawa sepeda.
Itulah menulis, tulis, tulis dan tulis. Soriā¦Menulis itu tak ada teori-teori. Jangan teori ke teori saja, menulisnya kapan ?Tulisā¦tulis dan tulis ! Selamat menulis. (*)