Pemerintah telah mencanangkan gerakan literasi nasional dengan cara memperkuat sinergi dan menghimpun semua potensi serta memperluas keterlibatan publik dalam menumbuhkan kembangkan dan membudayakan literasi di Indonesia.
Oleh sebab itu, selaku warga negara yang baik sudah sepatutnya kita ikut menyukseskan program tersebut. Selain itu, rendahnya kompetensi membaca di kalangan siswa perlu menjadi perhatian kita bersama.
Berdasarkan data PISA (Programme for International Student Asessment) kompetensi membaca Indonesia berada pada peringkat 72 dari 78 negara. Hal ini harus menjadi pemikiran kita semua, bagaimana meningkatkan minat membaca di kalangan siswa.
Walaupun sebenarnya literasi tidak hanya sekadar kemampuan membaca, tetapi dengan gemar membaca akan dapat meningkatkan kompetensi lainnya. Bukankah kita sepakat bahwa buku adalah jendela ilmu. Melalui membaca siswa akan memeroleh berbagai jenis pengetahuan.
Setiap anak perlu dibekali kecintaan terhadap aktivitas literasi sejak dini. Maka peran keluarga sangat diharapkan dalam hal ini. Sebab keluarga adalah madrasah pertama bagi seorang anak.
Seorang anak mengenal pendidikan pertama dan utama adalah dalam lingkungan keluarganya. Oleh sebab itu, terkait dengan literasi, maka orangtuapun dapat melakukan berbagai bentuk kegiatan yang memfasilitasi anak untuk berliterasi.
Pada tahap awal, orangtua perlu menumbuhkan minat membaca seorang anak. Berilah pola kegiatan yang menyenangkan terlebih dahulu, agar timbul minat baca pada anak.
Hal yang dapat dilakukan orangtua antara lain membuat sudut baca di rumah, melengkapi buku-buku yang menarik dan diminati anak sesuai tumbuh kembangnya.
Selain itu, kami juga mengimbau agar orangtua dapat memberikan pendampingan terhadap kegiatan literasi anak di rumah. Jika orangtua peka terhadap kebutuhan belajar anak, maka anak semakin terarah. Selain itu, orangtua harus dapat menjadi teladan bagi anaknya.
Orangtua diharapkan dapat memberikan contoh bagaimana berliterasi yang baik. Tidak akan mungkin anak gemar membaca buku, jika orangtuanya suka bermain handphone. Orangtua pun harus menunjukkan terlebih dahulu bahwa ia gemar membaca buku.
Jika perlu di rumah, kita dapat membuat perpustakaan mini dan melengkapinya dengan buku-buku yang dibutuhkan anak. Keluarga juga dapat membuat program literasi sederhana. Misalnya diadakan lomba menulis intisari buku yang dibaca oleh anak.
Anak-anak dapat diberikan reward atau hadiah atas prestasinya dalam berliterasi. Hal ini tentu saja sesuai dengan usia dan tingkatan pendidikan mereka. Melalui pola pendampingan literasi yang diberikan orangtua dalam keluarga, maka akan lahir anak-anak yang gemar membaca dan menulis.
Selanjutnya kami juga mengajak sekolah untuk kembali mengaktifkan gerakan literasi di sekolah. Gerakan literasi sekolah, sebagai upaya dalam mendukung gerakan literasi nasional dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Sekolah diharapkan memiliki program literasi yang mampu memfasilitasi siswa untuk melakukan aktivitas literasi. Tujuannya adalah dalam rangka menumbuhkembangkan budi pekerti sisiwa melalui ekosistem literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Untuk itu, sekolah diharapkan menciptakan lingkungan yang dapat memicu tumbuhnya aktivitas literasi tersebut. Lengkapilah sarana-sarana yang dapat dimanfaatkan siswa untuk berliterasi, seperti perpustakaan sekolah, buku-buku yang menarik minat baca siswa dan lain sebagainya.
Selain itu, sekolah juga dapat membuat pojok baca atau sudut baca yang menarik, agar memotivasi siswa untuk membaca. Sekolah juga dapat membuat program literasi yang menunjang minat siswa untuk gemar membaca dan menulis.
Program tersebut antara lain mengadakan pemilihan duta baca sekolah, memberikan reward bagi pengunjung perpustakaan terbanyak, mengadakan lomba membaca atau menulis dan lain sebagainya. Tentu saja dengan tidak menghilangkan program pembiasaan membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.
Selanjutnya kami juga mengajak masyarakat untuk ikut menggerakan literasi. Setiap nagari dapat mengajak masyarakatnya untuk berliterasi. Kami mengimbau kepada pemerintah nagari agar mendirikan Taman Baca Masyarakat (TBM).
Taman Baca Masyarakat (TBM) merupakan sarana yang dapat dijadikan sebagai wadah pembudayaan kegemaran membaca bagi masyarakat. Satu nagari diharapkan memiliki satu Taman Baca Masayarakat (TBM).
Pembuatan Taman Baca Masyarakat (TBM) juga dapat disejalankan dengan Program Bupati Limapuluh Kota tentang Satu Nagari Satu Rumah Tahfiz. Nah, jika sudah ada rumah tahfiznya, maka salah satu sudutnya atau ruangan yang ada dapat dimanfaatkan sebagai Taman Baca Masyarakat (TBM).
Tinggal dibuatkan rak yang dilengkapi dengan buku-bukunya. Di Taman Baca Masyarakat (TBM) inilah masyarakat dapat memanfaatkan waktu luangnya untuk meningkatkan wawasannya. Tidak semua masyarakat memiliki kemampuan untuk membeli buku.
Padahal mungkin mereka ingin mengisi waktu luangnya dengan membaca buku. Untuk itu, Taman Baca Masyarakat (TBM) diharapkan dapat menjadi solusi dalam hal ini. Taman Baca Masyarakat (TBM) dapat menyediakan bahan bacaan berupa buku, majalah, komik, buku cerita dan lain sebagainya.
Dalam pembentukkan dan pengelolaan Taman Baca Masyarakat (TBM), pemerintah nagari dapat berkerjasama dengan instansi terkait seperti Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat atau pegiat literasi.
Lakukan penataan Taman Baca Masyarakat (TBM) semenarik mungkin agar menumbuhkan minat masyarakat untuk berkunjung. Taman Baca Masyarakat (TBM) juga dapat menyusun berbagai program yang melibatkan masyarakat.
Perlu adanya inovasi sesuai kondisi terkini, agar Taman Baca Masyarakat (TBM) menjadi tempat tujuan singgah yang menyenangkan bagi masyarakat. Apabila semua kita telah berperan dalam menyukseskan gerakan literasi ini, maka kami yakin kompetensi literasi kita dapat menjadi lebih baik.
Anak-anak kita akan lebih gemar membaca dan menulis dari pada bermain games lewat androidnya. Kita akan mampu mewujudkan siswa dan masyarakat yang literat di Limapuluh Kota ini. Kuncinya adalah kerjasama dan upaya kita bersama.(***)