Program vaksinasi untuk anak usia 6–11 tahun dimulai secara resmi pada hari ini. Di Jakarta, sasaran perdana adalah siswa SDN 03 Cempaka Putih. Secara keseluruhan, vaksinasi kali ini memiliki target cakupan hingga 26,5 juta anak. Untuk Sumbar, perdana di Kota Sawahlunto.
Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu menyatakan, pihaknya sudah mempersiapkan kickoff pelaksanaan vaksinasi untuk anak usia 6 sampai 11 tahun.
”Kickoff akan dilakukan di beberapa daerah,” kata dia. Selanjutnya, secara bertahap vaksinasi dilaksanakan di seluruh wilayah se-Indonesia.
Pelaksanaan vaksinasi ini sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo. Selain itu, Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) telah mengeluarkan rekomendasi.
”Ini dilakukan betul-betul karena kita ingin mempercepat vaksinasi semua penduduk di Indonesia dan mencegah penularan Covid-19,” ucap Maxi.
Vaksinasi anak akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dilaksanakan di provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki cakupan vaksinasi dosis kesatu di atas 70 persen. Syarat lainnya, cakupan vaksinasi lansia di atas 60 persen. Sampai kemarin, sebanyak 8,8 juta jiwa dari 106 kabupaten/kota di 11 provinsi sudah memenuhi kriteria tersebut.
Maxi menjabarkan, provinsi-provinsi itu antara lain adalah Banten, DIJ, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Selain itu Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, dan Bali.
Vaksin yang akan disuntikkan untuk sementara ini adalah buatan Sinovac. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah mengeluarkan emergency use authorization (EUA, izin pemakaian darurat). Sebanyak 6,4 juta dosis vaksin Sinovac akan digunakan hingga akhir Desember ini.
”Kemudian, Januari 2022 akan ada tambahan vaksin Sinovac dari Ditjen Farmalkes dan sudah datang. Sehingga ini (vaksinasi untuk anak, red) tidak akan putus,” terang dia.
Mulai tahun depan, lanjut Maxi, vaksin Sinovac hanya akan digunakan untuk dosis anak. Dengan demikian, vaksin selain Sinovac akan diprioritaskan untuk sasaran selain anak usia 6 sampai 11 tahun. Sedangkan vaksinasi booster atau dosis ketiga akan menggunakan jenis lain. Namun, hingga kemarin ITAGI masih mengkajinya.
Vaksinasi untuk anak dilakukan dengan penyuntikan intramuskular atau injeksi ke dalam otot tubuh di bagian lengan atas. Dosisnya 0,5 mililiter. Vaksinasi diberikan sebanyak dua kali dengan interval minimal 28 hari.
Sama dengan pemberian vaksin untuk dewasa, sebelum pelaksanaan vaksinasi harus dilakukan skrining dengan menggunakan format standar oleh petugas vaksinasi. Pelaksanaan vaksinasi bisa dilakukan di puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas pelayanan kesehatan lain.
”Termasuk yang kami harapkan pos pelayanan vaksinasi di sekolah atau satuan pendidikan lainnya. Atau lembaga kesejahteraan sosial anak seperti panti asuhan,” kata Maxi.
Ketua ITAGI Sri Rezeki Hadinegoro menyatakan, anak usia 6–11 tahun juga bisa tertular Covid-19. Karena itu, vaksinasi ini sangat penting. Meski demikian, jelas dia, kasus Covid-19 pada anak cenderung lebih ringan daripada orang dewasa.
”Para pakar menyatakan, kalau ingin bebas Covid-19, setiap orang harus divaksin. Termasuk anak-anak,” ungkapnya.
Jika anak mendapatkan vaksin, kemungkinan memperoleh herd immunity bisa tercapai dengan segera. Pemberian vaksin kepada anak ini tidak hanya melindungi diri sendiri. Tetapi juga orang dewasa di sekitarnya.
Namun, Sri menegaskan bahwa anak-anak harus mendapat vaksin yang aman. Karena itu, pemberian vaksin kepada anak baru dilakukan saat ini. Sebab, ada serangkaian uji klinis yang harus dilalui.
Sementara itu, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan, secara umum kondisi pandemi di Indonesia saat ini memasuki periode perataan (flattening). Sebab, sudah lebih dari 150 hari kasus Covid-19 di Indonesia melandai.
Meski begitu, dia belum mau menyebut Indonesia sudah memasuki fase endemi. Hal itu, menurut Luhut, baru bisa terjawab pada awal 2022.
Sebelumnya Ketua Terpilih Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) M. Adib Khumaidi menyebutkan bahwa Indonesia sudah keluar dari kondisi kritis. Namun, Luhut belum bisa memastikan hal itu.
”Ya, kita belum berani mengatakan itu. Tapi, memang sudah 150 hari lebih kita bisa flattening dan apakah ini sudah masuk endemi? Kita tunggu saja,” ujarnya.
Namun, ungkap Luhut, Indonesia mendapatkan apresiasi karena berhasil mengendalikan kasus Covid-19. Dengan pengendalian tersebut, Indonesia bisa menggelar iven akbar presidensi G20. Dia juga turut membandingkan kondisi Indonesia dengan Jepang yang urung menggelar konferensi tingkat tinggi (KTT).
”Saya sempat singgung tadi, sebagai contoh kita bangga bubble kita jalan dalam rangka G20 dan diapresiasi. Untuk pengetahuan saja, hari ini (kemarin, red) pertemuan tingkat tinggi di Jepang batal karena mereka tak mampu mengendalikan bubble,” urai Luhut.
Meski begitu, Luhut mengingatkan agar Indonesia tak perlu bersikap jemawa dan berpuas diri. Sebab, kelengahan dan kelalaian dapat mengakibatkan kasus Covid-19 meningkat lagi.
”Saya imbau masyarakat untuk mawas diri. Pandemi Covid-19 belum usai. Kita tidak pernah tahu. Hanya (gara-gara, red) kesalahan kecil, kita bisa mengulangi masa kelam seperti beberapa bulan lalu,” tuturnya. (lyn/dee/c9/oni/jpg)