Koleksi Hasil Repatriasi Dari Belanda Dipastikan Aman

DIDUKA AKIBAT KORSLETING: Petugas pemadam kebakaran menjinakkan api yang membakar Museum Nasional di Jakarta, Sabtu (16/9). Api membakar Gedung A Museum Nasional sekitar pukul 20.00 WIB. (SALMAN TOYIBI/JAWA POS)

Situasi Museum Nasional Indonesia (MNI) terkendali usai dilahap si jago merah pada Sabtu (16/9) malam. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memastikan, api membakar bagian belakang Gedung A. Beruntungnya, api tak meluas ke Gedung B dan C.

Untuk diketahui, ada tiga bangunan utama di MNI. Yakni, Gedung A yang digunakan sebagai gedung pameran dan wahana Imersifa; Gedung B atau Gedung Arca yang terdiri dari ruang pameran, ruang kantor, ruang konferensi, laboratorium, ruang pameran temporer, area komersil, dan perpustakaan; serta Gedung C yang berisi ruang indoor untuk pemutaran film, pertunjukan drama, konser musik, seminar, kuliah umum, sosialisasi dan kegiatan seni lainnya. Lalu, ada pula dengan gedung penyimpanan atau storage untuk menyimpan benda-benda budaya.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim memastikan, tak ada korban jiwa dalam kebakaran yang terjadi. Saat ini, upaya perlindungan terhadap artefak dan benda-benda sejarah yang ada di dalam MNI jadi prioritas utamanya. Pendataan terhadap koleksi, baik yang terdampak maupun yang telah diamankan tengah berjalan.

Meski demikian, pihaknya tidak akan tinggal diam mengenai penyebab kebakaran yang terjadi. “Tim investigasi internal akan dikerahkan untuk menentukan penyebab pasti kebakaran,” tegasnya usai meninjau kebakaran di MNI, Sabtu (16/9) malam.

Kemendikbudristek juga akan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk memastikan bahwa penyelidikan berjalan dengan transparan. Lebih lanjut, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU MCB) Ahmad Mahendra menjelaskan, ada 6 ruangan di Gedung A yang terdampak.

Namun sisanya, 15 ruangan lainnya, di gedung A aman. Begitu pula dengan ruangan pameran gedung B dan C. Akibat kebakaran di enam ruangan tersebut, sebagian koleksi replika jadi terdampak. Seperti di bagian prasejarah. Berapa jumlah replika yang terdampak belum dapat terinfo lantaran masih dalam tahap investigasi.

“Sisanya dipastikan dalam keadaan aman. Kami secara intensif terus melakukan pengukuran dampak dan rencana tindak lanjut,” jelasnya dihubungi, kemarin (17/9).

Terkait koleksi hasil repatriasi dari Belanda, Mahendra pun menjamin koleksi tersebut tidak terdampak. Sebab, empat arca peninggalan Kerajaan Singasari hasil repatriasi dari Belanda tersebut disimpan jauh dari pusat kebakaran.

Seperti diketahui, Arca Durga, Mahakala, Nandishvara, dan Ganesha telah tiba di Jakarta pada Selasa (22/8) lalu. “Adapun untuk arca hasil repatriasi berada di gedung B dan sama sekali tidak terdampak,” tegasnya.

Sebagai langkah lanjutan, kata dia, saat ini pihaknya fokus untuk mengidentifikasi dan memperbaiki ruangan museum yang terdampak. Termasuk, memastikan keamanan benda sejarah di dalamnya.

Telah dibentuk tim khusus yang bertanggung jawab merawat dan mengamankan benda-benda sejarah dan budaya yang terdampak kebakaran. Investigasi terkait penyebab kebakaran pun kini tengah dilakukan.

Selain itu, akan ada upaya perbaikan dan restorasi koleksi-koleksi yang rusak. “Sehingga untuk mengetahui dampak lainnya dari kebakaran terhadap benda bersejarah masih dalam tahap investigasi,” katanya.

Sebagai tambahan upaya pencegahan, MNI akan sementara ditutup sampai ada pemberitahuan lebih lanjut. Dia berharap, masyarakat dapat memahami kondisi force major yang terjadi. Keputusan ini pun diambil guna memastikan keselamatan dan keamanan pengunjung.

Mengenai tiket yang telah dibeli masyarakat, pihak MNI akan mengembalikan dana pembelian. Detail pengembalian akan disampaikan menyusul. “Karena keadaan kahar ini, tiket yang telah dibeli akan dikembalikan,” ungkapnya.

Baca Juga:  Hajar Adik Kelas, Lima Siswa SMP Diperiksa Polisi

Merujuk pada laman resmi MNI, hingga saat ini koleksi yang dikelola MNI berjumlah 140.000-an benda bersejarah yang dikategorikan menjadi tujuh jenis. Yakni, arkeologi, etnografi, geografi, keramik, numesmatik dan heladrik, serta prasejarah.

Telah Periksa 14 Saksi

Sementara Kapolres Jakarta Pusat Kombespol Komarudin menuturkan, saat ini Laboratorium Forensik (Labfor) masih melakukan analisa terkait penyebab kebakaran. Akan dilihat apakah penyebabnya benar-benar korsleting seperti banyak pihak yang menyebut. “Belum tau kapan hasil labfor keluar,” ujarnya.

Penyidik juga masih terus memeriksa saksi. Untuk bisa memperjelas penyebab kebakaran. Saat ini jumlah saksi yang telah diperiksa mencapai 14 orang. Terdiri dari sekuriti hingga pekerja bangunan. “Masih terus memeriksa,” paparnya.

Kalau sesuai penuturan saksi terkait kronologi peristiwa kebakaran, sekitar pukul 20.00 terdengar suara teriakan bahwa ada api. Sekuriti mencoba memadamkan dengan alat pemadam ringan (APAR) tidak mampu mengatasi. “Itu penuturan saksi yang melihat,” tuturnya.

Dia memastikan bahwa saat ditemukan adanya unsur pidana, Polres Jakarta Pusat tentu akan segera memprosesnya. “Kami siap proses kalau ternyata pidana,” terangnya dihubungi Jawa Pos (grup Padang Ekspres) kemarin.

Menurutnya, untuk luas kebakaran diprediksi mencapai 10 persen hingga 20 persen dari keseluruhan Gedung A. Gedung lainnya baik B dan C tidak terbakar sama sekali. “Yang terbakar ruang pameran artefak,” urainya.

Dia mengatakan, saat ini diputuskan museum ditutup sampai waktu yang ditentukan. Sebab, banyak barang bersejarah di museum tersebut, perlu diamankan terlebih dahulu. “Belum tahu sampai kapan,” jelasnya.

Terapkan SOP Menyeluruh

Peneliti koleksi kolonial museum Belanda Andrian Perkasa mengatakan, SOP mengenai keamanan museum di Indonesia sebenarnya ada. Namun, aturan tersebut belum dijelaskan secara detail. Misalnya terkait kondisi bencana yang terjadi akibat faktor internal. Seperti kasus kebarakan di MNI akibat kelalaian pekerja.

“Yang ada diatur soal bencana eksternal misal gempa dan banjir,” tuturnya. Padahal, SOP pekerja, dalam hal perbaikan dan renovasi gedung harusnya juga diatur. Sebab, kelalian seperti ini justru juga berakibat fatal.

Kedua, soal keamanan koleksi. Di Belanda, beberapa museum bekerja sama untuk menyewa storage khusus. Yang menyimpang koleksi museum. Terutama yang bernilai sangat penting. Biasanya koleksi ini disimpan di ruang bawah tanah dengan keamanan tinggi. Hal yang harusnya juga dilakukan di museum-museum di Indonesia.

Andrian menyebut, di Indonesia seringkali penanganan koleksi museum juga tidak dipisahkan. Antara koleksi asli dengan duplikasi. Harusnya penanganannya dibedakan. Tentu koleksi asli harus mendapatkan penanganan khusus dari segi perawatan maupun keamanannya.

Dia juga mengkritik soal benda repatriasi dari Belanda yang dipusatkan di MNI saja. Menurutnya, benda-benda yang dikembalikan oleh Belanda itu diberikan dan ditempatkan di museum-museum daerah. Tentu dengan catatan, pengembaliannya disesuaikan dengan lokasi penemuan artefak pertama kali, sebelum diangkut oleh Belanda.

“Kasus kebakaran di museum nasional ini sebenarnya jadi bukti, klaim pusat bahwa daerah dikhawatirkan tidak bisa melindungi warisan berharga toh nyatanya pusat pun juga melakukan hal yang sama,” ucap dosen sejarah Universitas Airlangga (Unair) itu.

Maka, yang terpenting sebenarnya saat ini adalah menerapkan SOP keamanan secara menyeluruh ke seluruh museum-museum di Indonesia. (mia/idr/elo/jpg)