Penerbitan Visa Lambat, Imbas Sistem Baru: Jamaah Sakit dan Wafat Bertambah

Ilustrasi.(Dok.JawaPos.com)

Memasuki pekan kedua pemberangkatan jamaah haji, persoalan visa sempat mencuat. Dikabarkan sebanyak 80 orang jamaah belum mendapatkan visa haji, hingga menjelang keberangkatan ke Madinah. Kemenag memastikan visa tersebut sudah selesai diterbitkan, meskipun mepet dengan pemberangkatan.

Kasus visa tak kunjung tersebit tersebut, dialami sebagian jamaah dari Kloter 14 dan 15 embarkasi Solo (SOC). Kemenag tidak banyak berkomentar soal keterlambatan penerbitan visa tersebut. “Sudah teratasi,” kata Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Kemenag Saiful Mujab kemarin (29/5).

Saiful mengatakan berdasarkan data di Siskohat Kemenag, untuk Kloter 14 dan Kloter 15 SOC sudah tidak ada lagi masalah terkait penerbitan visa. Informasi yang dia terima untuk kloter 14 SOC sudah tervisa 353 orang dan tinggal dua orang lagi yang masih menunggu visa keluar. Kemudian untuk kloter 15 sebanyak 355 orang sudah terbit semua visanya.

Dia mengatakan tahun ini Arab Saudi mengeluarkan prosedur baru dalam penerbitan visa haji. Yaitu dimulai dengan input data biometrik jamaah terlebih dahulu. Data biometrik yang sukses diinput, menjadi dasar untuk penerbitan visa. “Karena sistem Arab Saudi dengan bio visa ini, gak bisa dimonitor,” tuturnya.

Saiful menuturkan tim di Kemenag tidak bisa melihat secara detail jamaah yang belum komplit data biometrik pengajuan visanya. Kemenag hanya mendapatkan informasi angka saja. “(Sistem baru) Ini yang kadang agak merepotkan,” tutur Saiful.

Sebab ketika pada proses request visa, baru muncul informasi ternyata data biometrik jamaah yang bersangkutan belum berhasil. Sehingga harus dibongkar pasang kembali pengaturan kloternya. Tapi secara umum Saiful mengatakan proses penerbitan visa hingga pemberangkatan jamaah berjalan dengan lancar.

Sementara itu data jumlah jamaah yang sakit dan meninggal di Madinah terus bertambah. Juru Bicara Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Pusat Kemenag Akhmad Fauzin mengatakan jumlah jamaah wafat bertambah dua orang. “Sehingga sampai hari ini (kemarin siang) total jamaah yang wafat berjumlah 4 orang,” katanya.

Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah, setiap jamaah yang wafat di Madinah, disalatkan di Masjid Nabawi. Kemudian dimakamkan di pemakaman Baqi, tidak jauh dari Masjid Nabawi.

Sementara itu jumlah jamaah yang sakit mencapai 84 orang. Perinciannya adalah 63 orang jamaah dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah. Kemudian ada 21 orang dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) Madinah. Secara keseluruhan jamaah yang sudah mendarat di Madinah hingga kemarin siang sebanyak 30.542 orang dari 80 kloter.

Fauzin mengingatkan di Madinah ada aturan larangan merokok di kawasan Masjid Nabawi. Jika kedapatan ada jamaah yang melanggar, dikenai denda 200 riyal atau sekitar Rp 800 ribu. Menurut dia nominal denda tersebut sangat besar. Otoritas pengelola Masjid Nabawi sudah menempel papan pengumuman, untuk dipatuhi seluruh jamaah.

Baca Juga:  Politisi PKS Ingatkan Ketersediaan Elpiji 3 Kg saat RDP dengan Pertamina

Gencarkan Promotif dan Preventif

Sekretaris Jenderal Kemenkes Kunta Wibawa Dasa Nugraha mengatakan Kemenkes tidak hanya menyiapkan pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif bagi jamaah haji. Tim Promosi Kesehatan (Promkes) juga gencarkan upaya promotif dan preventif kepada jemaah haji. “”Pastinya lebih baik mencegah daripada mengobati,” tutur Kunta.

Kemenkes menurunkan tim promosi kesehatan (Promkes) untuk menggencarkan upaya promotif dan preventif. Upaya ini penting agar jamaah mampu menjaga dan meningkatkan kesehatannya. Harapannya jamaah dapat melaksanakan prosesi ibadah haji secara sempurna.

Di sana, tim promkes akan melakukan promosi kesehatan, deteksi dini, dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan dilakukan berupa penyuluhan dan konsultasi secara perorangan (konseling) dan maupun penyuluhan massal.

Menurut Kunta, Tim Promkes akan mendatangi lokasi hotel tempat jamaah haji menginap. Lalu memberikan penyuluhan langsung dan konseling kepada jamaah haji. “Penyuluhan ini bertujuan agar jamaah haji mendapatkan informasi berupa pesan kesehatan, sehingga jamaah haji menjadi tahu, mau dan mampu berperilaku hidup sehat dan tetap menjaga kesehatan selama di Arab Saudi,” ujarnya.

Selain penyuluhan, tim promkes memberikan perlindungan spesifik kepada jamaah haji seperti pembagian masker, alas kaki, dan kurma. Tidak hanya di hotel, penyuluhan dan perlindungan spesifik bisa dilaksanakan juga di sekitar tempat peribadatan seperti di pelataran Masjid Nabawi.

“Tim Promkes juga melakukan diagnosis dini seperti pengukuran tekanan darah dan cek gula darah sewaktu, serta pemberian oralit kepada jemaah haji untuk mencegah dehidrasi,” bebernya.

Strategi selanjutnya, Tim Promkes akan melakukan advokasi kepada stakeholder yang terlibat. Ini untuk penyuluhan terkait pembatasan aktivitas fisik dan pembatasan ibadah terutama kepada 50 orang jamaah haji yang termasuk golongan paling memiliki risiko tinggi (risti).

Sasaran dari penyuluhan ini ketua sektor, ketua rombongan (Karom) Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Umrah (KBIHU) dan ketua regu (Karu). “Penyuluhan ini juga merupakan sarana koordinasi terkait upaya promotif dan preventif dimana melibatkan pimpinan daerah kerja dan penanggung jawab bidang kesehatan terkait,” kata Kunta.

Diharapkan ketua kloter, pembimbing ibadah, Karom, dan Karu menjadi duta promosi kesehatan, yang tidak hanya fokus pada ibadah haji namun juga menyampaikan pentingnya menjaga kesehatan.

“Dengan promotif dan preventif yang masif, harapannya para jamaah haji tau, mau, dan mampu menjaga kesehatannya. Jika badan sehat maka ibadah pun menjadi lebih sempurna,” ungkap Kunta. (wan/lyn/gih/jpg)