
Tidak ada wakil Indonesia pada final Swiss Open 2021 Minggu malam (7/3). Perempat final menjadi capaian tertinggi skuat Merah Putih. Yakni, tunggal putra lewat Shesar Hiren Rhustavito dan ganda putra Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin.
Di antara semua sektor yang dibawa (kecuali ganda putri), hanya ganda putra yang tampil sesuai dengan target. Memang, ganda putra hanya mengirimkan pemain pelapis.
Mereka tidak dibebani untuk sampai ke babak tertentu. Hanya, mereka harus mengumpulkan poin secara maksimal agar ranking bisa naik.
Nah, Leo/Daniel takluk di delapan besar oleh Aaron Chia/Soh Wooi Yik. Pasangan Malaysia itu menduduki unggulan pertama sekaligus peringkat kesembilan dunia. Dalam pertandingan di St Jakobshalle, Basel, pada Jumat (5/3) itu, Leo/Daniel kalah rubber game 18-21, 21-9, 16-21.
Pelatih ganda putra pelatnas Herry Iman Pierngadi mengatakan, penampilan Leo/Daniel kali ini lebih baik daripada saat Thailand Open II pada Januari lalu. Menurut dia, permainan juara dunia junior 2019 meningkat saat melawan ganda putra nomor satu Malaysia itu.
“Bisa dilihat dari poinnya. Di Thailand lalu, selisihnya jauh. Kalau di Swiss ini, lumayan ketat sejak awal. Game kedua memang Malaysia melepas. Game ketiga cukup bisa bersaing,” kata Herry I.P., sapaan Herry Iman Pierngadi. Menurut dia, Leo/Daniel memang ditargetkan masuk delapan besar di Swiss ini.
Dilihat dari hasil itu, Herry I.P. menjelaskan bahwa ada beberapa evaluasi yang dilakukan. “Yang paling kurang adalah cara bertahan Leo/Daniel. Itu kelihatan saat game ketiga. Itu yang mesti diperbaiki lagi,” ujarnya kepada Jawa Pos (grup Padang Ekspres).
Dilansir laman resmi PBSI, asisten pelatih ganda putra, Aryono Miranat menilai bahwa fokus dan ketenangan dalam bertanding Leo/Daniel perlu perbaiki. Selain itu, jam terbang juga perlu ditambah untuk menambah pengalaman bertanding.
“Leo/Daniel hasilnya cukup baik. Di babak kedua, mereka menang atas pasangan unggulan kedelapan asal Inggris, Ben Lane/Sean Vendy, 21-19, 21-15. Sayang di perempatfinal kalah dari unggulan pertama, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, 18-21, 21-9, 16-21,” ucap Aryono.
“Secara permainan juga cukup ketat. Hanya saja dari segi ketenangan dan fokusnya harus diperbaiki. Perlu juga ditambah jam terbang lagi untuk menambah pengalaman mereka dalam bertanding,” kata Aryono. “Selain itu, mereka juga harus bisa mengontrol emosi dan permainannya,” tambahnya.
Pasangan ganda putra Indonesia lainnya, Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana di babak pertama kalah rubber game dari pasangan Denmark, Jeppe Bay/Lasse Mølhede, 10-21, 21-19, 21-13. Sedangkan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, di babak kedua dikalahkan unggulan kedua asal India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty, 17-21, 22-20, 17-21.
“Bagas/Fikri kalah di babak pertama, memang tidak masuk target karena kalah dari pemain yang bukan unggulan. Permainannya sudah baik, hanya saja konsistensi permanan harus diperbaiki. Semangat tidak mau kalah dan faktor nonteknisnya harus ditingkatkan lagi,” jelas Aryono.
Kalau untuk Pramudya/Yeremia, secara hasil dinilai cukup baik. Kalah di babak kedua dari pemain unggulan, babak pertama menang lawan pasangan Kanada yang dulu di Finlandia Terbuka 2019 juga mengalahkan Pramudya/Yeremia.
“Secara permainan lawan India sudah cukup baik, bisa memberikan perlawanan yang ketat. Hanya saja harus lebih fokus saat lawan mengubah pola permainan, harus fokus saat poin ketat, harus lebih tenang,” kata Aryono.
“Kalau melihat hasil secara keseluruhan, ya kurang puas. Maunya kan lebih dari hasil sekarang. Memang perlu waktu buat tiga pasangan muda ini. Semakin banyak bertanding, jam terbang mereka akan semakin menambah pengalaman juga,” tutup Aryono.
Sementara itu, Vito –sapaan Shesar Hiren Rhustavito– ditargetkan mencapai semifinal. Namun, dia tidak bisa melewati unggulan pertama Viktor Axelsen. Vito kalah straight game 17-21, 12-21.
“Untuk hasil, saya tidak puas. Namun, secara permainan cukup puas. Banyak pelajaran yang saya ambil. Mana yang harus ditambah dan diperbaiki lagi,” ucap Vito. (gil/c19/dra/jpg/cip)