Desak Hapuskan Lanjutan Liga, Soal Rugi Dianggap Risiko

21
Angger Bondan/Jawa Pos MERIAH: Suasana pembukaan Liga 1 2020 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya. Namun anggota PSSI kini beramai-ramai menyuarakan penolakan lanjutan Liga 1 2020. (JawaPos.com)

Ditundanya Piala Dunia U-20 di Indonesia tahun depan tak hanya berdampak pada persiapan timnas U-19 Indonesia dan segala renovasi stadion yang sudah berjalan. Tapi, juga berdampak pada sepakbola Indonesia secara keseluruhan.

Menyikapi hal tersebut, anggota-anggota PSSI lantang bersuara. Di antaranya, terkait lanjutan kompetisi yang rencananya dihelat pada Februari tahun depan. Mereka meminta rencana itu dibatalkan saja.

Salah satu yang paling lantang adalah PSMS Medan. Melalui Sekertaris Umum Julius Raja, Ayam Kinantan menegaskan PSSI dan PT LIB sudah tidak punya alasan lagi untuk melanjutkan kompetisi musim 2020.

“Dulu alasannya kan karena Piala Dunia. Jadi, harus ada kompetisi. Sekarang FIFA sudah membatalkan. Jadi, batalkan saja lanjutan kompetisi. Fokus ke musim baru,” cetusnya.
Dia pun mengajak seluruh kontestan Liga 2 untuk sama-sama menentukan sikap menolak melanjutkan kompetisi.

“PSSI dan LIB sekarang tidak punya beban. Harusnya tidak memutar kompetisi terburu-buru. Masih cukup banyak waktu untuk mempersiapkan kompetisi baru. Klub juga bisa melepas pemain, tidak perlu pusing menggaji bulanan,” ungkapnya.

Nah, Kongres Tahuan PSSI yang akan dilaksanakan pada 26 Februari tahun depan harusnya jadi ajang untuk membahas kompetisi baru. Tak perlu memaksakan melanjutkan kompetisi yang sampai saat ini belum mendapat izin dari pihak kepolisian.

“Kalau rugi ya risiko. Kami klub juga rugi kalau tidak pasti seperti ini. PSMS sudah habis Rp 7,5 miliar. Baru satu kali tanding. LIB kalau alasan uang sponsor sudah masuk ya kembalikan, itu risiko. Baru sekarang berpikir musim baru seperti apa. Panjang waktunya. Habis Ramadan bisa diputar daripada melanjutkan,” ungkapnya.

Hal senada dikatakan Direktur Tim Madura United Haruna Soemitro. Pihaknya bahkan sudah mengirimkan surat resmi terkait pembubaran tim kepada pelatih, pemain, dan ofisialnya. “Kami sudah sampaikan secara perinci apa saja yang akan berdampak pada tim melalui surat itu,” ungkapnya.

Haruna mengatakan, yang pasti manajemen sampai saat ini hanya mampu membayar gaji pemain sesuai dengan SK PSSI terakhir sampai Desember ini. Nanti, pemain sudah tidak mendapat gaji lagi dari Madura United pada Januari mendatang dan seterusnya. “Kami juga memberikan kesempatan kepada pemain untuk mencari klub lain,” paparnya.

Hal tersebut berlangsung sampai nanti PSSI ataupun LIB berhasil mendapatkan surat izin keramaian dari kepolisian. Artinya, sudah pasti akan ada kejelasan kapan kompetisi akan digelar. “Di situ nanti kami memanggil pemain lagi sesuai dengan kebutuhan tim,” terangnya.

Dari perwakilan Asprov PSSI, Sekretaris Asprov PSSI Jawa Timur Amir Burhannudin juga tak ketinggalan ikut angkat bicara. Menurut dia, saat ini sudah tidak relevan lagi PSSI dan LIB terus berbicara soal optimisme melanjutkan kompetisi. Apalagi dalam waktu dekat, sudah ada kongres tahunan PSSI.

“PSSI fokus saja pada pertanggungjawaban kegiatan di tahun 2020. Termasuk kompetisi. Jangan berwacana yang aneh-aneh lagi. Kompetisi tidak boleh diputuskan sepihak oleh PSSI apalagi oleh LIB. Kompetisi itu keputusan kongres,” tegasnya.

Karena itu, dia meminta Direktur Utama LIB Akhmad Hadian Lukita untuk membaca statuta PSSI sebelum berkomentar soal melanjutkan kompetisi. Sebab, voters saat ini punya hak untuk mengajukan pembahasan soal kompetisi dalam kongres tahunan PSSI.

“Jadi, hal semacam kompetisi ini pasti akan dibahas dalam kongres sehingga tidak ada gunanya kalau PSSI, apalagi LIB, terus-menerus mewacanakan lanjutan kompetisi 2020 pada Februari 2021. Tahun 2020 itu sudah tutup buku,” jelasnya. (rid/c13/ali/jpg)