Elfindri
Direktur SDGs Unand
Lama kami ingin temukan jawaban bagaimana anak-anak berasal dari Minang berkompetisi masuk PNS dengan anak berasal dari tempat lain. Salah satu indikator mutu pendidikan dan proses belajar mengajar di PT Sumbar bukanlah dari produk karya dan publikasi dosen. Akan tetapi seberapa banyak hasil yang diwisuda bisa mandiri atau berkompetisi masuk ke pasar kerja, setidaknya menjadi PNS.
Karena MenPAN-RB sekarang sudah membuat proses seleksi ketat. Sehingga, skreening sebelum diterima mungkin sebagian besar sudah fair alias tidak terlihat indikasi di mana masuk menjadi pegawai negeri lewat nepotisme atau sejenisnya. Suasana yang kita rasakan sejak Orde Baru sampai kira-kira lima tahun sebelum ini.
Untung ada webinar pendidikan. Di mana, kami sebagai salah satu pengisinya. Acara dibuka oleh Gubernur Buya Mahyeldi, dan Dr Iwan Syahril PhD dirjen Guru dan Tenaga Pendidikan. Selain dari Prof Ismet Fanani, juga ada Dr Khairil Abdini, Dr Dewi Utama Faiza, Dr (HC) Nurhayati Subakat Apt, Dr Suharmen, Lendo Novo.
Series 1 FGD yang dikoordinir oleh Minang Diaspora siarajkan Prof Fasli Jalal, bertujuan untuk ingin memberi masukan untuk RPJM Sumbar 2021-2026. Tema pertama ini lebih menitikberatkan pada masalah pendidikan. Salah seorang pembicara Dr Suharman, Deputi Sistem Informasi, MenPAN-RB cukup menarik untuk ditulis.
Kenapa? Salah satu topik yang beliau bahas adalah bagaimana posisi alumni PT yang berasal dari Minang (Unand, UNP, UIN, dan PTN/PTS lainnya), masuk menjadi PNS baik di Sumbar maupun di luar daerah yang dikelola melalui Kementerian PAN-RB. Data tahun terakhir memperlihatkan bahwa hanya 3,8 persen pelamar diterima PNS. Angka ini lebih rendah dibandingkan alumni asal PT dari provinsi lain.
Mereka yang diterima di Sumbar memang berasal dari Padang, Agam/Bukittinggi dan Solok. Yang menunjukan proses pendidikan di ketiga daerah ini relatif baik dibanding dengan daerah lain di Sumbar. Secara nasional juga alumni asal Minang sekolah di Sumbar kemudian diterima bekerja di daerah luar Sumbar, juga relatif rendah dibandingkan tamat Jawa Barat, DKI atau Sumatera Utara.
Lantas apa yang membuat para pelamar asal Minang ini tersandung? Selain pengetahuan umum rendah, interaksi sosial rendah, juga wawasan kebangsaan termasuk rendah. Ketiganya tentu masuk pada karakter pribadi. Sementara kegigihan dan penguasaan kompetensi dasar termasuk oke.
Hasil kajian dan data ini tentu memberikan makna kepada kita, begitu timpangnya mutu penyiapan SDM di Sumbar. Begitu kurangnya kelenturan peserta didik untuk wawasannya terbangun, serta kehidupan sosialnya.
Hal hal demikian kelihatan semakin kurang terprogram dalam suasana sekolah dan kampus, termasuk kehidupan di lingkungan tempat tinggal dan rumah tangga. Oleh ibu Nurhayati Subakat, pendiri usaha komestik Wardah sejak tahun 1985 menemukan kesan cukup konsisten dengan data di atas.
Pengalaman beliau mengungkap beberapa komponen ”karakter” yang diperlukan dan diperbaki justru pada sikap anak yang berasal dari Minang. Di antaranya, kejujuran, kepedulian, kerendahan hati (humility) dan ketangguhan (grit). Hampir semua yang membuat daya saing adalah karakter, walau masalah bahasa asing daya saing juga perlu diperhitungkan.
Inilah celah dan tabir masalah sebagian dari wajah proses belajar mengajar anak anak kita. Rasanya mereka sudah juara, namun ketika dipasangkan dengan daya saing nasional, ternyata masih banyak yang perlu ditingkatkan san disiapkan.
Seminar series pertama dengan melihat beberapa hasil masukan bagaimana memperbaiki mutu pendidikan, sangat jelas data memperlihatkan pembenahan dari semua tahapan pendidikan. Pendidikan PAUD kita masih jauh dari harapan. Mutu capaian kognitif apalagi.
Dari hasil evaluasi anak-anak aktif 50 persen menentukan mutu, 30 persennya ada peranan guru, sisanya peranan kepala sekolah, peranan orangtua di rumah. Terungkap juga anak-anak yang orangtua mau mendidik anak untuk membantu pekerjaan rumah dan membiasakannya, menjadi modal multy skills anak ke depan.
Kebiasaan membaca perlu didorong termasuk mau membiayai anak-anak membeli buku dan membaca. Jadi peranan orangtua penting, tetapi pendampingan guru yang benar sejak jenjang pendidikan rendah menjadi mutlak diperlukan. Akankah kita mau me-reform pendidikan semasa gubernur baru? Mari kita dukung dan dorong terus agar daya saing anak Minang meningkat ke depannya. (*)