Waspadai MIS-C Pada Anak

59
Indra Ihsan Dokter Spesialis Anak RSUP M Djamil

Sejak infeksi ”Virus Sar-Cov-2” menyebabkan Covid-19 pertama kali dilaporkan di Wuhan akhir tahun 2019 lalu, sejak itu dunia berubah total termasuk dunia kedokteran. Penyakit Covid-19 menyebabkan tingginya kesakitan dan kematian berakibat dampak kesehatan jangka panjang.

Pada mulanya, Covid-19 pada anak dianggap tidak berat dan jarang menimbulkan kematian. Data terakhir menunjukkan anak justru mengalami gejala berat paska infeksi Covid-19 akibat respons peradangan berlebihan.

Kondisi ini dikenal dengan multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) yang dapat memicu kerusakan organ tubuh, menyebabkan kecacatan hingga kematian.
MIS-C suatu kumpulan gejala yang muncul pada anak setelah terinfeksi Covid-19.

Gejala muncul akibat respons imun berlebihan terhadap infeksi Covid-19 memicu peradangan berbagai organ tubuh seperti sistem syaraf, jantung, otak, paru-paru, pembuluh darah dan sistem pencernaan. MIS-C sering terjadi pada memiliki anak dengan status kesehatan yang baik dan juga pada obesitas.

Meskipun insiden MIS-C tergolong rendah, namun kita tetap harus mewaspadai gejala yang muncul mengingat komplikasi yang ditimbulkan cukup berat dan fatal.

Data yang penulis kumpulkan sejak April 2020 sampai saat ini tercatat 42 anak yang dirawat di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUP dr M Djamil Padang karena MIS-C dengan gejala berat, dan 5 di antaranya meninggal karena datang sudah dalam kondisi berat.

Apa saja gejala MIS-C yang harus diwaspadai orangtua? MIS-C terjadi 2-6 minggu setelah anak terinfeksi Covid-19 dengan puncaknya pada 4 minggu. MIS-C dapat terjadi pada anak saat terinfeksi Covid-19 tidak bergejala (asimptomatis) atau hanya memiliki gejala ringan.

MIS-C dapat juga terjadi pada anak dengan penyakit komorbid seperti kanker, gangguan ginjal ataupun obesitas. Munculan gejalanya tidak spesifik, sering awalnya diduga orangtua sebagai penyakit demam berdarah, penyakit alergi kulit atau campak atau diare biasa.

Sebagian besar anak dengan MIS-C, mengalami demam terus menerus selama > 24 jam, dan dapat berlangsung beberapa hari. Anak dapat bergejala pusing sampai pingsan atau tangan dingin yang mungkin penanda tekanan darah turun.

Seringkali juga disertai mata merah mengenai ke-2 mata dan tidak bersekret, juga bibir pecah-pecah dan mengelupas. Gejala sesak napas tidak jarang membawa pasien datang ke IGD

Munculnya ruam kemerahan pada kulit yang beraneka ragam dan tidak spesifik penanda yang harus diwaspadai, karena sekitar 50-60% anak MIS-C menunjukkan gejala ruam. Ruam ini terkadang sering disalahartikan orangtua sebagai penyakit campak ataupun menyerupai penyakit Kawasaki.

Bentuk ruam MIS-C dapat berupa bercak-bercak merah di seluruh tubuh, biduran, ruam bulat-bulat seperti koin, atau seperti biang keringat. Ruam ini terkadang dirasakan gatal sehingga juga sering diduga sebagai alergi.

Ruam MIS-C dapat dijumpai pada tangan, kaki, telapak tangan ataupun telapak kaki, serta badan. Anak yang menderita MIS-C juga bisa mengalami gangguan pencernaan seperti nyeri perut, muntah ataupun diare. Anak juga merasa kelelahan atau anak cenderung menjadi lebih rewel.

Intinya, semua gejala di atas muncul karena anak pernah terpapar dengan virus Covid-19 sekitar 2-6 minggu sebelum muncul gejala. Penting dilakukan pemeriksaan antibodi di darah, rapid ataupun swab PCR atau investigasi tentang memiliki kontak erat terutama kontak serumah dengan orang-orang yang positif Covid-19.

Tingkat keparahan MIS-C ini juga bervariasi, mulai dari ringan, sedang sampai berat. MIS-C dengan gejala ringan tidak membutuhkan rawat inap dan dapat dirawat di rumah sambil dilakukan pemantauan.

Baca Juga:  Pemilu dan Tanggung Jawab Politik Korporasi

MIS-C dengan gejala sedang sampai berat disetai gejala sesak napas harus dirawat untuk pengobatan dan pemeriksaan lebih lanjut dan hampir sebagian besar MIS-C derajat sedang dan berat membutuhkan perawatan PICU (ICU anak).

Apa Bahaya MIS-C?

MIS-C dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh karena proses peradangan yang berlebihan dan dapat berujung kematian. Efek MIS-C yang ditakuti apabila mengenai organ jantung, yang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan jantung memompa darah keseluruh tubuh (penurunan fungsi), pelebaran pembuluh darah koroner, serta kelainan irama jantung, yang dapat meninggalkan gejala sisa sampai dewasa.

Kematian akibat MIS-C biasanya karena keterlambatan mengenali gejala sehingga saat datang ke rumah sakit sudah terjadi kerusakan organ yang luas.

Apakah MIS-C Dapat Dicegah?
MIS-C tidak dapat dicegah, apabila anak bapak ibu terinfeksi Covid-19, maka anak akan berisiko mengalami MIS-C. Apabila anak sudah terinfeksi covid, maka orangtua tetap harus mewaspadai anak mengalami MIS-C dalam 2-6 minggu sejak anak terinfeksi.

Jadi orang tua tetap harus memantau anak selama 6 minggu sejak terinfeksi covid walaupun test PCR sudah negatif. Orang tua diharapkan dapat mengenali tanda dan gejala MIS-C dan apabila dijumpai, segera konsultasikan anak ke dokter.

Pengenalan awal adanya gejala oleh orangtua, sangat penting supaya anak segera mendapatkan pengobatan. Pemberian pengobatan yang cepat dapat mencegah anak jatuh ke kondisi MIS-C berat sehingga komplikasi dan kematian dapat dicegah.

Perlindungan terhadap MIS-C terbaik adalah dengan pencegahan supaya anak tidak terinfeksi Covid-19. Tentu saja hal ini dicapai dengan menerapkan protokol kesehatan yang baik dan benar: jaga jarak, gunakan masker, cuci tangan secara rutin dan hindari kerumunan.

Anak sebaiknya tidak dibawa ke tempat-tempat umum, terutama bayi dan balita. Anak usia sekolah dan remaja, harus diedukasi dengan baik tentang protokol kesehatan selama mereka sekolah tatap muka di luar rumah.

Vaksinasi Covid-19 adalah bagian terpenting dari perlindungan terhadap anak agar tidak terinfeksi Covid-19, ataupun kalau tertular, hanya memiliki gejala ringan. Tentu saja, kondisi ini akan melindungi anak kita dari kondisi berat paska Covid-19 seperti MIS-C.

Saat ini vaksinasi COVID-19 anak remaja usia 12 sd 18 tahun di Sumbar sudah hampir mencapai 90% untuk dosis vaksin pertama dan 63% untuk dosis vaksin ke 2. Sejak awal Desember vaksin Covid-19 terhadap anak berusia diatas 6-11 tahun juga sudah diberi izin oleh BPOM Kemenkes.

Kabupaten Sawahlunto yang terpilih dari tingkat pusat menjadi pelaksana pertama vaksin anak 6-11 tahun di Sumatera Barat, saat ini sedang giatnya melakukan vaksinasi.

Status pandemi saat ini belum dicabut, artinya kita harus tetap waspada terhadap virus ini, apalagi ancaman varian Omicron masih mengintai, karena itu lindungi anak kita dari Covid-19 melalui pelaksanaan protokol kesehatan yang baik dan pemberian vaksin lengkap 2 kali, terutama pada anak usia 6 tahun ke atas.

Pelaksanaan prokes dan vaksinasi adalah 2 upaya konkrit untuk menekan infeksi Covid-19, dan sekaligus usaha untuk mencegah komplikasi paska infeksi Covid terutama MIS-C. (*)