Bambang Dwiyanto
GM PLN Unit Induk Wilayah Sumbar
Kita manusia modern tidak lepas dari ketergantungan terhadap energi. Sejak bangun tidur hingga tidur lagi energi selalu menemani kita. Bahkan saat tidur pun kita masih tergantung pada energi untuk mengatur suhu ruangan agar kita nyaman beristirahat. Apalagi masyarakat perkotaan yang sangat aktif dan butuh serba praktis.
Dari urusan kamar tidur, urusan sumur, urusan dapur, urusan rumah dan transportasi semua butuh energi. Selama ini kita biasa menggunakan bermacam jenis energi untuk memudahkan urusan kita. Energi digunakan untuk mengoperasikan teknologi.
Ada energi yang ramah lingkungan dan ada pula yang tidak. Untuk urusan dapur yang utama biasanya kita memiliki kompor berbahan bakar elpiji (LPG) untuk memasak. Kemudian ada blender, mixer, microwave dan lain-lain sesuai kebutuhan dan selera. Untuk urusan transportasi kita biasanya memiliki kendaraan bermotor (motor, mobil) berbahan bakar minyak.
Kita seolah sudah dimanjakan oleh teknologi tersebut. Namun sayangnya beberapa alat tersebut masih berbahan bakar fosil dan tidak ramah lingkungan. Selain itu juga tidak efisien alias boros. Pemerintah ternyata juga mengeluarkan dana tidak kecil untuk impor dan subsidi energi demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada tahun 2019 subsidi BBM dan LPG yang dikeluarkan Pemerintah mencapai Rp 100,7 triliun.
Dunia di masa depan menuntut penggunaan energi yang ramah lingkungan dan sekaligus efisien. Energi yang bersifat fosil dan energi yang mahal lambat laun akan tersisih digantikan energi hijau yang ramah lingkungan dan yang efisien. Itulah perlunya kita bersiap untuk shifting atau beralih dari penggunaan energi lain ke energi listrik untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. Kita akan memasuki era electrifying life style atau gaya hidup yang ramah lingkungan dengan listrik.
Sebagai contoh kendaraan berbahan bakar minyak dan kompor gas. Kendaraan berbahan bakar minyak ke depan akan digantikan kendaraan listrik. Motor dan mobil listrik kini telah banyak bersliweran di jalan-jalan. Memang dibanding kendaraan konvensional berbahan bakar minyak, populasi kendaraan listrik relatif masih sedikit. Namun seiring dengan teknologi baterai yang semakin maju, harga yang semakin murah maka diyakini kendaraan listrik adalah kendaraan masa depan yang siap mengguncang dunia.
Apalagi pemerintah juga sudah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 tahun 2019 Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. PP ini mengatur tentang percepatan pengembangan industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai di dalam negeri, pemberian insentif, penyediaan infrastruktur pengisian listrik dan pengaturan tarifnya, ketentuan teknis kendaraan dan perlindungan terhadap lingkungan hidup. Dengan PP ini, maka penyiapan era kendaraan listrik akan dilakukan percepatan.
Di Padang saat ini sudah banyak motor listrik dan dealer penyalurpun sudah ada. Motor listrik sangat efisien hingga 70% dibanding motor minyak. Dengan motor listrik maka satu kWh (kilo Watt hour) listrik bisa untuk berkendara sejauh 30 kilo meter. Harga per kWh Rp 1.467. jadi untuk berjalan sekitar 60 km maka motor listrik hanya perlu biaya sekitar Rp 3.000.
Bandingkan dengan motor minyak yang perlu bahan bakar sekitar satu setengah liter atau seharga sekitar Rp 11.000. Hal ini belum temasuk efisiensi biaya perawatan, servis, oli dimana motor listrik tidak memerlukan semua itu. Selain bisa diisi ulang di SPLU (stasiun pengisian listrik umum) yang sudah banyak tersebar (ada 210 SPLU di Sumbar), motor dan juga mobil listrik bisa diisi ulang di rumah. Praktis dan ekonomis.
Begitu pula dengan kompor listrik atau kompor induksi. Kompor induksi sangat aman, praktis dan hemat energi. Dengan estimasi kebutuhan per kepala keluarga per bulan 9 kg LPG maka perlu anggaran biaya gas sekitar Rp 100.000. Dengan kompor induksi estimasi kebutuhan per bulan per kepala keluarga adalah 45 kWh atau sekitar Rp 66.000 atau hemat sekitar 30%.
Manfaat lain, kompor induksi tidak ada api yang menyala, sehingga menghindari risiko bahaya kebakaran, tidak ada tabung sehingga menghindari resiko meledak, praktis dan portable sehingga dapat memasak di manapun. Kompor induksi bukan sumber panas. Panas dihasilkan langsung di alat masak melalui proses induksi medan magnet sehingga proses pemanasan lebih cepat.
Bagi pemerintah hal ini akan mengurangi beban subsidi energi khususnya BBM dan LPG. Bagi pemakai akan mendapatkan efisiensi hemat energi dan benefit lainnya. Bagi masyarakat juga diuntungkan karena udara lebih bersih dan polusi dari asap kendaraan bermotor berkurang signifikan.
Tantangan penggunaan kendaraan dan kompor listrik adalah ketersediaan energi listrik yang handal di wilayah itu. Jika kondisi pelayanan listrik masih tidak handal, sering byar pet, kurang daya atau tegangan tidak stabil tentu mengganggu kegiatan memasak dengan kompor induksi dan mengisi baterai kendaraan listrik.
Namun syukur alhamdulillah ketahanan energi listrik di Sumbar sangat bagus. Ketersediaan energi listrik sangat cukup. Tidak ada lagi pemadaman bergilir karena kurang daya. Byar pet sudah menjadi masa lalu. Beban puncak di Sumbar sekitar 570 Mega Watt (MW). Daya mampu pembangkit yang ada sekitar 740 MW sehingga terdapat cadangan daya sekitar 23%. Belum lagi jika dihitung suplai daya dari Sumatera Bagian Selatan melalui sistem interkoneksi Sumatera, maka cadangan daya sangat fleksibel sehingga berapapun permintaan listrik masyarakat, bisnis, industri daya sangat cukup.
Apalagi ditambah cukup banyak pusat pembangkit di Sumbar berbasis energi terbarukan. Sebutlah Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) Singkarak 175 MW, PLTA Maninjau 70 MW, PLTA Batang Agam 10 MW, Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muaralaboh 85 MW dan banyak pembangkit mini hidro. Sekitar 50% daya yang ada di Sumbar dihasilkan dari pusat pembangkit energi terbarukan. Tentu peralihan ke penggunaan energi listrik untuk mendukung kegiatan sehari-hari akan sangat signifikan berkontribusi pada peningkatan kualitas udara bersih. Jadi tunggu apalagi. Mari bersiap hadapi era electrifying life style. Atau kita akan ketinggalan. (*)