Kami pribadi tidak keberatan naik Petralite jadi Rp. 10 ribu sekitar 30 persen kenaikan, tefmasuk jenis Premium dan Solar. Kenapa? Karena kita sudah menjadi net importir Minayak.
Nrgara negara yang sama telah menempatkan harga jenis Petramax sskutar Rp 24 ribu, seperti Turkey dan UK. Bahkan UK membebankan pajak pembelian kepada konsumen.
Jadi beban subsidi APBN sebaiknya dialihkan ke penggunaan pencapaian program pembangunan manusia, dan program penguatan usaha.
Saya tidak setuju hanya BLT model sekarang menjadi pilihan. Ketika harga BBM naik, maka masyarakat miskin diberi uang sebesar Rp 600 ribu. Kenapa?
Saya memantau di lapangan BLT sudah menjadi candu bagi banyak masyarakat. Mereka menunggu uang sebesar itu, tapi tidak berkaitan dengan upaya meningkatkan usaha.
Subsidi BBM memang lebih banyak dinikmati oleh kelompok rumah tangga 40 persen ka atas. Silahkan lihat secara mudah siapa yang antri di pangkalan jual minyak BBM.
Selain mobil pribadi dan kendaraan, juga subsidi tidak mudah dikendalikan. Pasar penjualan Solar misalnya akan menjadi infomal. Sehingga distribusi Solar aka diganggu oleh pedagang solar di desa desa.
Apalagi himbauan untuk masyarakat yg nemiliki merk tinggi dan cc tinggi itu tidak selalu akan efective. Kata James Duesemberry, merubah pola konsumsi tidak mudah. Garis konsumsi BBM setelah dinaikan akan tetap pada jenis ketersediaan BBM.
Masyarakat kaya akan memilih BBM yang mereka perlukan ketika tidak antrian. Jika tidak antri pasti mereka pakai BBM yang ada dan paling murah.
Jika kenaikan harga BBM 30 persenan, maka akan bertambah inflasi nantinya..paling naiknya sekitar 1 persen poin, sehingga kenaikan harga akan menaikan inflasi tahunan sekitar 4 sampai 5 persen.
Kompensasi bersyarat bagus didorong walau tidak semudah kompensasi langsung. Ini berupa dorongan akan aktifitas usaha rumah tangga untuk bekerja lebih dibandingkan sebelumnya.
Misalnya dibayarkan bilamana mereka memiliki usaha yang sudah mulai dijalankan.
Jika ibunya hamil, wajib untuk datang ke posyandu, jika ada anggota rt sakit, tbc dll. Maka mau berobat. Jika ada anak, anaknya mau masuk sekolah.
Selain kompensasi bersyarat, juga dijaga agar penggunaan kendaraan dihematkan, digunakan untuk yg produktif.
Anggota RT juga jangan tidak rasional, biaha hobbies, seperti berburu babi, merokok, dan alokasi yang tidak rasional harus diperbaiki.
Semoga kompensasi berayarat semakin jelas dilaksanakan, dan ini menerlukan proses desentralisasi. Kesadaran akan penghematan “consumption thrift” menjadi kenyataan.