Oleh: Hj Yurnelis MPd, Guru SMPN 12 Padang
Pantun merupakan anugerah kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Kini pantun telah terdaftar sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda pada Organisasi Pendidikan Keilmuan dan Kebudayaan PBB Unesco. Penetapan itu dilakukan pada 17 Desember 2020 di Kantor PBB, Paris Perancis. Keputusan ini dipublikasikan di laman dan akun media sosial resmi Unesco. Menurut Unesco, eksistensi pantun sangat penting di tengah kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu pantun harus dilestarikan, dan dikembangkan untuk memperkuat karakter bangsa.
Dalam pengembangan dan pelestarian pantun, ada seorang penggagas penulisan dan membukukan pantun di Indonesia. Ia seorang seniman dan budayawan yang kreatif; Asrizal Nur. Ia memiliki sebuah rumah seni yang dijuluki “Perruas”, memiliki motto, “Maju Bersama”. Ide genius pimpinan Perruas (Perkumpulan Rumah Seni Asnur), Asrizal Nur ini adalah menulis dan membukukan pantun.
Ide brillian tersebut, kini sudah membuahkan hasil. Perjuangan panjang sejak November 2018 dalam merekrut peserta penulis pantun, mulai tahap 1, 2, setelah 6 bulan berlangsung baru mencapai 500 orang. Maka dibuka tahap 3 dari November 2019 sampai Februari 2020, hingga waktu yang ditetapkan baru bertambah 200 orang. Masih diharapkan 300 peserta lagi, untuk itu panitia membuka tahap susulan dalam rentang waktu Maret sampai Mei 2020, baru mencapai target 1.000 penulis. Hal itu sesuai dengan judul buku “Kumpulan Pantun 1.000 Guru ASEAN”. Bahkan penulis pantun meledak mencapai 1.250 orang penulis.
Sesuai dengan namanya penulis pantun ini terdiri atas 4 negara di Asean, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Khusus Indonesia, kegiatan ini diikuti oleh hampir semua provinsi, antara lain: Nangroe Aceh Darussalam 16 penulis, Sumatera Utara 29 penulis, Sumatera Barat 126 penulis, Riau 188 penulis, Kepulauan Riau 40 penulis, Jambi 15 orang, Samatera Selatan 43 penulis, Maluku 2 orang, Papua 3 penulis, NTT 3 orang, Kalimantan Utara 2 penulis. Provinsi Jawa Timur merupakan peserta terbanyak, sementara Sumatera Barat berada pada urutan 4 penulis terbanyak di seluruh Indonesia. Selain peserta dari Indonesia, Malaysia 178 penulis, Singapura 2 penulis, dan Brunei Darussalam tercatat 14 penulis. Di samping itu ada pemantun tamu sebanyak 18 penulis.
Penulis pantun berjumlah lebih dari 1000 orang ini berasal dari berbagai kalangan, mulai dari guru SD, SMP, SMA, Dosen, Sastrawan, Budayawan, Polisi, dll. Semua peserta disatukan oleh pimpinan Perruas dalam satu misi yang sangat mulia, terwujudnya sebuah buku kumpulan pantun nasihat, yang berisi nasihat yang bersumber dari lebih dari 1000 pemikir dari 4 negara, di Asean.
Buku ini juga bertujuan untuk menunjang pembelajaran di sekolah sebagai salah satu usaha mendukung literasi yang sedang digalakkan oleh pemerintah. Pantun merupakan bagian karya sastra yang dapat digunakan sebagai penyampai pesan dengan menggunakan kosa kata secara halus dan lembut, sehingga pembaca atau pendengar menjadi senang.
Proses panjang sampai lahirnya buku spektakuler “Kumpulan Pantun 1000 Guru Asean” ini memakan waktu lebih 18 bulan. Proses pembelajaran dan penulisan pantun menyesuaikan dengan masa pandemi. Metode yang digunakan pembelajaran secara online jarak jauh menggunakan media sosial, Whats App.
Setelah mendaftar peserta bergabung di grup belajar pantun. Dalam kegiatan pembelajaran penulis mendapatkan materi yang dibeberkan langsung oleh Guru Besar kami, dengan panggilan akrab di kalangan pemantun “Bang Asnur”. Beliau begitu jelimet dan teliti dalam memberikan pembimbingan.
Namun karena banyaknya peserta yang harus beliau layani, maka Bang Asnur menunjuk beberapa peserta yang beliau percaya untuk menjadi pendamping yang sudah beliau bekali dengan ilmu menulis pantun. Pelatih yang ditunjuk mendampingi antara lain; Aning Sabariah dari Nangro Aceh Adarussalam, Hj Yurnelis dari Sumatera Barat, Ely Puspita Ningrum dari Jawa Timur, Rina Susanti dari Riau, Kusnan dari Menado, Kensriana dari Provinsi Jawa Timur, Nurhabibah Riau, Retno Indarsih Jakarta, RD Kedum dari Sumatera Selatan, Ibu Comel dari Sulawesi Barat. Adanya para pendamping tersebut, proses penulisan pantun menuju lolos pantun bisa lebih cepat, sehingga nama-nama yang sudah lolos, masuk ke grup lolos pantun.
Selanjutnya masuk pada proses pencetakan buku, yang membutuhkan banyak tenaga dan waktu ekstra hingga berbulan-bulan. Setelah melewati waktu yang cukup panjang, terwujutlah cita-cita pimpinan Rumah Seni Asnur, dan semua penulis dengan lahirnya sebuah buku spektakuler dengan ukuran melebihi tebal kamus KBBI. Dengan semangat dan kesungguhan hati panitia dengan motornya Bang Asrizal Nur mengusahakan agar Buku yang spektakuler ini masuk Rekor MURI. Hasilnya tidak sia-sia, buku “Kumpulan Pantun Nasihat 1000 Guru ASEAN”, bukan hanya mencatat rekor untuk Indonesia, akan tetapi juga rekor dunia ‘Penulis Pantun Terbanyak Dunia’. (***)