Solusi Tawuran

229
Elfindri Direktur SDGs Center Unand.(IST)

Tawuran sepertinya sebuah pemandangan yang semakin sering di Kota Padang khususnya. Bisa tauran antar-pelajar maupun warga. Tawuran yang juga sering terjadi di kota metropolitan Jakarta, kemudian juga ditiru oleh anak muda milenial di banyak tempat.

Kejadian tawuran bukan saja saat ini. Sejak penulis tinggal di Padang tahun 1981 juga sudah ada tawuran antar-pelajar bahkan antar-mahasiswa. Namun, intesitasnya sekarang meningkat. Seiring dengan meningkatnya frekuensi ngebut-ngebutan, dan tukang palak bangunan.

Di Jalan raya pada larut malam, sering balapan liar. Yang membuat riuh dan tidak menyenangkan. Saya teringat kejadian serupa pada tahun tahun 1970 an dan 1980-an di daerahnya Bronx, kelahiran Mike Tyson, di New York. Termasuk, angka kejahatan yang tertinggi juga di New Jersey USA.

Anak-anak muda memiliki gang, karena terpengaruh peredaran obat bius dan narkoba. Mereka berebut lahan. Sekarang daerah Bronx angka kejahatan turun tajam, sementara daerah New Jersey masih sulit diturunkan.

Akar Masalah

Masalah tawuran antar-kelompok tidak datang begitu saja. Akar masalah utama banyak dan kompleks. Anak anak yang tidak mendapatkan kasih sayang semasa kecil tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang tidak baik. Orangtua bisa saja tidak terdidik, kasar dan memperlakukan anak tidak tepat. Sekolah tidak menjamin perbaikan akhlak.

Di daerah anak tinggal tidak memiliki fasilitas bermain yang memadai, akibat dari tekanan sempitnya tempat bermain. Tempat menyalurkan bakat dan hobi juga tidak cukup. Lokasi lapangan olahraga semakin hilang, bahkan anak-anak komplek bermain di jalan raya sesukanya. Tiada yang peduli.

Di wilayah Bronx seperti yang dilaporkan dalam American Economic Review (AER) pertengahan tahun 2015-an, polisi membuat cara khusus untuk tangani daerah itu. Dengan pakai mobil patroli, kemudian mobil patroli dengan mengunjungi secara reguler daerah yang dianggap banyak kelompok gang.

Baca Juga:  Kendaraan Listrik Masih Sebatas Lifestyle

Kajian eksperimental menemukan bahwa mobil patroli dan dilanjutkan mengunjungi daerah Bronx dan inspeksi terjadwal telah menurunkan angka kejahatan. Kajian Sriyono tahun 2000-an juga menemukan jika tempat penjualan minuman keras ada pada wilayah tertentu, maka ada kecenderungan terjadinya kejahatan berulang.

Oleh karenanya, Pemko Padang melalui dinas ketertiban umum segera mengkaji dan membuat strategi guna mengatasi perkelahian kelompok yang memalukan ini. Termasuk, mengurangi tukang palak jika orang ingin membangun perumahan atau bangunan.

Beberapa Solusi

Pertama, segera identifikasi oleh dinas Kamtibmas di mana daerah yang banyak penghuni anak muda tawuran dan brutal. Kedua, mulai identifikasi ketersediaan ruangan untuk bermain dan olahraga termasuk seni.

Dan mulai benahi. Ketiga, rintis dan buat klub pembinaan olahraga dan seni. Kalau ada sasana, bisa dihimpun keperluan melalui yayasan sport. Silat, tinju dan UFC, serta olahraga bisa diinisiasi. Model yang sering berjalan baik di UK.

Keempat, beberapa olahraga keras seperti tinju dan UFC dihasilkan dari sasana-sasana swasta. Termasuk klub olahraga level kecamatan didorong untuk aktif. Kelima, begitu juga untuk yang suka ngebut-ngebutan. Dibuatkan lapangan motorcross benaran.

Lantas bagi yang melanggar di jalanan memang diproses segera karena mengganggu kamtibmas. Keenam, inspeksi ”mobile” petugas Satpol PP diperlukan pada daerah daerah yang dianggap rawan.

Ketujuh, pemda tidak membiarkan tukang palak, ngebut-ngebutan maupun tawuran. Setiap kejadian pastikan dilakukan berbagai upaya hukum agar kejahatan yang meresahkan bisa dikontrol. (*)