Bonus dan Bisnis Hasil Proyeksi Penduduk Sumatera

Elfindri Direktur SDGs Center Unand

BPS telah menghitung proyeksi penduduk serta komponennya dari tahun 2020 hingga 2035. Hasil proyeksi penduduk akan berguna sebagai sinyal kebijakan Pembangunan. Antisipasi apa yang mesti disiapkan dalam menyongsong perubahan dunia dari pertumbuhan penduduk ini?

Komponen utama proyeksi telah menghasilkan bagaimana perkiraan penurunan angka kelahiran, proyeksi jumlah penduduk berdasarkan kategori usia, dan tentunya distribusi penduduk antar wilayah.

Secara umum penduduk masa depan akan bertambah jumlahnya, pergeseran tidak terlalu banyak jika kita lihat perbandingan Sumatera, Jawa, Kalimantan dan pulau utama lainnya.
Untuk komponen proyeksi kelahiran, tiga daerah yang relatif perlu prioritas, mengingat hasil proyeksi kelahirannya masih jauh dari capaian nasional.

Apalagi capaian daerah Jawa yang sudah berada pada kisaran 2 anak per wanita kawin. Daerah seperti Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat capaiannya masih mendominasi angka kelahiran pada kisaran 2.4-2.6 per wanita.

Dua implikasi penting. Pertama adalah fokus pada pengendalian angka kelahiran usia muda, 15-19 tahun masih perlu kerja keras, selain inklusivitas rumah tangga dan daerah secara tematik mesti menjadi fokus jangkauan kebijakan.

Kedua, agenda tersembunyi selain itu adalah penurunan angka kehamilan pra nikah yang tidak diinginkan di usia muda. Angka kehamilan pra nikah untuk usia SMP bisa mencapai 5 persen. Lantas apa hal yang baru dari hasil proyeksi?

Pertama adalah fase jumlah penduduk produktif dibanding yang tidak produktif berbeda antar daerah. Fase Bonus kuantitas demografi berakhir tahun 2030, dan setelah itu cendrung konstant. Artinya dalam lima tahun ke depan masalah serius kualitas manusia jauh lebih penting dibandingkan masalah kuantitas untuk disiapkan.

Kedua adalah pergeseran fase penduduk tua. Jika patokan 7 persen lebih penduduk berusia di atas 60 tahun berarti daerah akan menuju penduduk tua. Provinsi yang dekat dengan Jawa, seperti Lampung, dan daerah pantai timur Selatan akan mengalami penduduk tua lebih cepat dibandingkan pantai timur utara Sumatera, seperti Jambi, Riau, Sumatra Utara dan Aceh.
Hal yang tersembunyi dalam hasil proyeksi adalah bahwa daerah pantai timur, dimana lebih

Baca Juga:  Pengembangan Kapasitas Kepemudaan melalui Workshop Branding & Digital Marketing

banyak SDA terolah seperti Riau, dan Jambi jauh meningalkan daerah barat, Bengkulu dan Sumatera Barat. Lampung di sisi lain, telah menghadapi masalah second generation. Wilayah transmigran dari Jawa akan semakin maju sebagaimana daerah transmigrasi Jambi.

Pembangunan jalan tol lintas Timur diperkirakan akan membuat tekanan arus migrasi orang dan barang akan semakin berat di wilayah itu. Dan masalah beban infrastruktur terberat akan tetap ditanggung oleh Provinsi Lampung.

Dinamika kota-kota akan terlihat berbeda. Kota wilayah timur, Pakanbaru, Batam, Jambi dan Palembang diperkirakan akan jauh lebih cepat pertumbuhannya. Sementara wilayah barat, Padang, Bengkulu dan Sibolga serta Aceh akan lamban.

Namun sebaliknya wilayah timur masalah yang berkaitan dengan lingkungan, kebakaran hutan dan konflik lahan merupakan fenomena di belakang hasil perkiraan penduduk.
Implikasi Bisnis Demografi

Perkiraan penduduk ini sebagai dasar untuk memetakan secara makro keperluan fasilitas infrastruktur manusia, air minum dan sanitasi, perumahan, jalan dan perkembangan penataan wilayah. Bagaimanapun hasil proyeksi penduduk ini bisa dijadikan sinyal bisnis apa yang menarik dengan dinamika kependudukan.

Jelas jumlah penduduk akan mendorong pertumbuhan permintaan. Apalagi dengan lahirnya berbagai segmen baru penduduk diantaranya berpenghasilan menengah dan anak muda, semakin mengecilnya rata-rata rumah tangga dan keluarga, berubahnya selera konsumsi, inovasi teknologi dan disrupsi.

Generasi pasca babby boomers Z memang banyak yang tercengang nantinya, termasuk implikasi bisnis baru yang ditimbulkan. Kecendrungan private services, mulai berbelanja, pendidikan, kesehatan, akan mengemuka dan data single kependudukan berdasarkan usia tunggal akan semakin terpakai untuk ambil keputusan.

Analisis lanjutan proyeksi masih diperlukan untuk terus dilakukan. Apalagi perhitungan lanjutan yang bisa diperlihatkan pada level administrative lebih rendah. (Elfindri, Direktur SDGs Center Unand)