MENARIK diskusi pagi tadi sama pemilik usaha Toserba Hoki di Bukittinggi. Beliau pak Edi dan istrinya bu Ir Nelyati MS. Usaha Toserba Hoki berjalan bak angin limbubu perkembangannya.
Salah satu kata kunci adalah berorientasi kepada pelanggan, memberikan layanan lebih kepada pelanggan, sejak parkir sampai membawa barang belanjaan masuk kembali ke dalam mobil.
Usaha Toserba Hoki ini berjalan baik, merupakan akumulasi pengalaman dalam mengelola bisnis jatuh bangun. Dimulai buat pabrik tahu dan tempe, penyediaan sarana wisata, perumahan, penjualan kilit kayu madang bahan baku obat nyamuk, sampai juga restoran yang umurnya sangat singkat.
Kali ini, beliau juga melanjutkan usaha, selain membangun real estate, membuka bengkel sepeda motor. Bengkel sepeda motor berkembang pesat, dari suatu tempat ke tempat lain. Namun perkembangannya memang masih lamban untuk banyak tempat.
Bayangkan 6 juta pertambahan sepeda motor per tahun, mesti usaha yang ditimbulkan di belakangnya banyak. Diantara yang pasti adalah service pengisian oli, dan berbagai suku cadang yang haus akibat dipakai.
Idenya sederhana saja, bukan model yang lazim dilakukan oleh mereka yang membuka bengkel sepeda motor. Idenya adalah mencari titik lemah pengelolaan bengkel selama ini.
Diantaranya adalah ketepatan waktu pengerjaan, tempat menunggu selama sepeda motor waktu diperbaiki, penjemputan/pengembalian sepeda motor yang dilayani sendiri jemput antar setelah services, dan kelengkapan suku cadang serta alat yang tersedia di bengkel, termasuk pencucian pasca selesainya sepeda motor. Semuanya disediakan dan menonjol.
Dengan kata lain unsur yang dikembangkan dalam layanan services sepeda motor adalah mengutamakan kepuasan pelanggan serta mempertahankan komunikasi yang baik dalam pelayanan. Ternyata rahasia ini tentunya berasal dari pengalaman mengelola Toserba Hoki.
Bahwa imej terhadap layanan adalah paling utama, sementara ketepatan waktu dan harga yang semakin baik, juga akan mendatangkan loyalitas pelanggan. Kebanyakan pebengkel selama ini tidak menaruh arti terhadap pelayanan dan berbagai komponen lainnya yang dilihat perlu pembaharuan.
Sekalipun pak Edi bukanlah seorang sarjana, apalagi tidak ahli otomotif perbengkelan, beliau menyatakan bahwa dalam mengelola bisnis memerlukan pengetahuan dan pengalaman. Itu perlu digali dan dipelajari secara sungguh sungguh.
Mengelola bisnis juga perlu berorientasi sosial. Rejeki dibagi penuh perhitungan, banyak orang miskin yang dapat kecipratan dari hasil usaha, berupa zakat, infak dan sedekah.
Sedikit ketepatan dalam menentukan strategi bisnis, maka sepertinya bisnis akan berpihak kepada kita. Selamat Pak Edi dan Buk Ir Nelyati MS atas karyanya, semoga berkembang usaha seterusnya dan banyak membuka lapangan kerja. (*)