Keterampilan Berbahasa, Menumbuhkan Benih Profesi dan Karakter

64
Zakiah SS, Guru MTsN 03 Limapuluh Kota

Zakiah, S.S., Guru MTsN 3 Limapuluh Kota

Seorang pemuda sedang menjelaskan tentang program  Bank Tabungan Pensiun National (BTPN) yang dihadiri sejumlah guru dan pegawai Kemenag. Dia menjelaskan semua program yang didahului dengan mengenalkan diri. 

“Saya alumni MTsN Bapak dan Ibu. Saya bicara di depan ini berkat latihan dan pengalaman saya selama di MTsN dari  pelajaran pidato dan program muhadarah yang rutin diadakan setiap selesai salat zuhur dan hari Jumat pagi. Kalau bukan karena latihan dari pelajaran dan program tersebut belum tentu saya berani  berbicara di depan Bapak dan Ibu semua. Dengan kemampuan berbicara itu jugalah saya diterima bekerja di BTPN ini,” katanya bersemangat. 

Sebagai salah seorang guru Bahasa Indonesia di madrasah tentu saya bersyukur dan bangga mendengarkan apa yang disampaikan alumni madrasah tadi. Apa yang dia lakukan dan dapatkan selama belajar di madrasah berbuah manis dan hal itu diakuinya secara jujur tanpa diminta sesuai dengan yang dia alami dan rasakan. 

Pembelajaran Bahasa Indonesia di madrasah mencakup 4 ranah kompetensi yaitu keterampilan mendengarkan,  berbicara, membaca dan  menulis. Apalagi pada kurikulum 2013, pembelajaran keempat ranah tersebut terasah dengan mempelajari berbagai jenis teks. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada akhirnya menuju pada terasahnya keempat ranah kompetensi tadi dan akhirnya bisa menjadi sebuah profesi atau mendukung pada sebuah profesi. Seperti contoh di atas, yang terasah adalah kemampuan berbicara.  

Di sebuah acara pernikahan terlihat pembawa acara menuntun calon pengantin untuk memohon doa restu kedua orangtua. Acara dirancang dengan syahdu diiringi kata-kata ibarat sebuah muhasabah. Semua hadirin ikut terharu dan larut dengan suasana yang dibawakan MC, tak terasa ikut mengeluarkan air mata. Semua terkesan dengan kemampuan MC membawakan acara.

Kemampuan  MC membawakan acara terasah sejak dia sekolah di MTs. Sering membawakan acara di kegiatan sekolah sampai kuliah membuat dia mahir menjadi MC. Iven-iven penting menjadi pembelajaran baginya dalam mengasah, melatih kemampuan dan kepercayaan diri dalam membawakan acara. Sampai saat sekarang sering diminta menjadi MC untuk pernikahan dan akhirnya menjadi profesi menghasilkan pundi-pundi tak terduga. Inilah bentuk keterampilan berbicara yang terasah dan akhirnya menjadi profesi.

Keterampilan berbahasa itu memang perlu diasah, masa sekolah lah waktunya. Peran orangtua di rumah juga sangat penting. Setelah kemudian menjadi profesi baru kita menyadari bahwa semua itu diperoleh dan didapatkan pada kegiatan sekolah. Ajang lomba yang dibarengi dengan latihan ekstra secara tidak langsung menjadi pembelajaran bermakna yang akhirnya melahirkan keterampilan yang luar biasa dan menuai prestasi dan profesi. 

Baca Juga:  Maklumat Dua Tahun Mahyeldi-Audy

Lain lagi ceritanya dengan seorang novelis yang tinggal di Pekanbaru. Kesukaan membaca dan sering mengikuti lomba mengarang dan menulis sejak SD menjadi awal yang baik baginya untuk menekuni dunia menulis terutama novel. Hobi membaca dan melahap semua majalah, novel dan buku berbuah manis. Ketika maraknya media sosial dengan grup menulis di facebook, sang novelis mencoba menggulirkan kisah dalam bentuk kisah bersambung. Ternyata banyak respons positif sehingga dia termotivasi kuat untuk terus melanjutkan kisahnya. 

Akhirnya bakat menulis yang selama ini terpendam, bersinar perlahan-lahan sampai kemudian terbit novel yang ke-lima. Benar bahwa kesempatan lomba yang diadakan di sekolah memberikan warna tersendiri saat menekuni dunia menulis, akhirnya keterampilan menulis menjadikan dia sebagai novelis yang terkenal dan banyak diminati penggemarnya. Karyanya selalu ditunggu dan best seller.  

Selain menumbuhkan benih profesi, pembelajaran Bahasa Indonesia sangat potensial dan terbuka untuk pembentukan karakter. Bacaan dengan tema yang sarat makna dan dalam bingkai islami, tanpa terasa sebagai sarana pembentuk watak dan karakter. 

Pembelajaran bahasa tak bisa dilepaskan dari teks bacaan. Setiap bacaan yang dipilih dalam bingkai agama dan islami sangat potensial membentuk opini dan pemahaman siswa tentang nilai-nilai kebaikan yang pada akhirnya akan membentuk karakter mereka. Pidato dengan tema islami, cerpen,novel, drama, puisi dan bacaan. 

Begitu juga dengan teks diskusi, temanyapun dipilih yang berhubungan dengan tema remaja dan persoalan seputar mereka. Dengan demikian kita semakin menyadari bahwa pelajaran apapun yang diberikan kepada siswa tetap mempunyai peran dan andil dalam pembentukan nilai-nilai kepribadian dan karakter, termasuk pembelajaran Bahasa Indonesia. 

Pembelajaran Bahasa Indonesia ternyata melahirkan profesi dan karakter. Kadang baru disadari saat kita sudah dewasa. Oleh sebab itu kita sebagai guru dan orangtua jangan pernah ragu untuk melatih, mengasah dan menfasilitasi siswa dan anak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Menyediakan buku bacaan yang bergizi dan menarik bagi anak. Mengadakan lomba dan iven-iven penting untuk merangsang anak untuk berkarya. Seperti kata orang bijak “Usaha tak mengkhianati hasil.” Jika ingin anak punya keterampilan berbahasa yang bermanfaat kelak maka lakukanlah mulai dari sekarang. (***)