Kekecewaan ketika Menggantungkan Hidup pada Manusia

59

Aqua Dwipayana
Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional

Dari waktu ke waktu setiap saya melaksanakan silaturahim, ada saja orang yang menyampaikan pernyataan senada  kepada saya. Isinya kekecewaan kepada sesama manusia karena tidak menepati janjinya.

Kekecewaan itu disampaikan mulai dari orang biasa hingga jenderal. Nadanya serupa. Ada yang berjanji namun tidak menepatinya.

Janji tinggal janji. Saat menyampaikannya seperti “angin surga”. Namun menguap begitu saja. Mereka yang mengucapkannya merasa tidak ada beban. Bahkan kesannya ngga pernah menjanjikan itu.

Saya terus menyimak semua yang disampaikan teman-teman. Makin kelihatan karakter asli nama-nama yang mereka sebutkan.

Sebagian dari nama itu ada yang saya kenal. Sekaligus saya mengingat saat berkomunikasi dengan orang-orang yang mereka sebut nama-namanya.

Saya membiarkan teman-teman itu menyampaikan curahan hati (curhat)nya hingga puas. Sengaja itu saya lakukan untuk mengurangi beban hati dan pikiran yang selama ini mereka simpan.

Saya berusaha menjadi penyimak yang baik. Karena saya tahu mereka butuh teman untuk menyimak. Sekaligus buat mengeluarkan “sampah-sampah” yang ada dalam hati dan pikiran mereka.

Pelajaran dan Pengalaman Berharga
Setelah semua unek-uneknya keluar dan tersalurkan, saya perhatikan mereka lega. Sudah tidak ada lagi ganjalan dalam hati dan pikiran mereka.

Sesudah itu baru saya memberi tanggapan. Pertama, saya menyampaikan berterima kasihlah kepada Tuhan karena memberikan pelajaran dan pengalaman berharga tersebut.

Tidak semua orang merasakannya. Itu hanya diberikan pada orang-orang pilihan. Tuhan memilih mereka. Untuk itu perlu disyukuri.

Carilah hikmah di balik kejadian itu. Pasti ada dan manfaatnya besar sekali. Paling tidak agar ke depan lebih hati-hati, waspada, dan mawas diri.

Baca Juga:  Bingung dengan Sanksi atau Ketetapan Pajak?

Kedua, langsung maafkan mereka yang pernah janji dan mengingkarinya. Memaafkan itu sangat mulia dan semua orang bisa melakukannya.

Dengan memaafkan mereka sama dengan membuang “sampah-sampah” dalam diri. Tidak ada beban hati dan pikiran. Jadi plong.

Hal itu membuat hidup lebih nyaman. Makan lebih enak dan tidurnya makin nyenyak, karena sudah tidak ada “sampah-sampah” dalam diri.

Dibina atau Dibinasakan
Ketiga, dengan khusyuk dan ikhlas doakan mereka agar segera menyadari kesalahannya. Kemudian bertobat dan tidak mengulangi lagi janji-janji yang tidak pernah ditepati.

Mendoakan mereka adalah yang terbaik. Tuhan sebagai pencipta semua makhluk di bumi ini termasuk manusia, tahu persis menangani umatnya.

Pilihannya ada dua. Dibina untuk kembali ke jalan yang lurus dengan tidak mengulangi kesalahannya. Atau dibinasakan sehingga selesai hidupnya dan harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan semasa hidupnya kepada Sang Pencipta.

Keempat, belajar dari pengalaman, jangan pernah menggantungkan hidup pada manusia. Apapun jabatan dan pangkatnya.

Hal itu sangat penting menjadi perhatian dan konsisten melaksanakannya agar kejadian yang sama tidak terulang kembali. Cukuplah sekali saja kecewa dan merasakan orang yang ingkar janji.

Menggantungkan hidup pada Tuhan adalah yang terbaik. Apalagi sekali pun Tuhan tidak pernah ingkar janji. Bahkan sering memberikan kejutan yang sangat menyenangkan dan mengesankan sekali.

Belajar dari pengalaman banyak orang termasuk jenderal-jenderal yang kecewa karena ada yang ingkar janji pada mereka, mulai saat ini jangan lagi menggantungkan hidup pada manusia. Serahkan sepenuhnya pada Tuhan. Aamiin ya robbal aalamiin.(*)