Tak selamanya harta membuat seseorang bahagia. Seperti dialami oleh Jelita (bukan nama sebenarnya) yang hidup penuh dengan bergelimang harta, namun merasa kurang mendapatkan kebahagiaan di dunia. Seperti apa ceritanya?
Jelita, 56, boleh dikatakan adalah orang yang beruntung. Betapa tidak, sejak kecil hingga dewasa, apa pun keinginannya selalu tak pernah terbendung. Ini karena kedua orangtuanya adalah pejabat tinggi di salah satu Badan Usaha Milik Negera (BUMN) di Indonesia.
Bahkan, hingga menapaki jejang perkawinan pun, ekonominya terus meningkat lebih baik lagi. Buktinya, baru lima tahun menikah, dia sudah memiliki rumah gedung bertingkat dengan halaman yang luas. Kebahagian itu tidak hanya dilengkapi oleh isi rumah yang serba berkecukupan, namun juga ada satu unit mobil Mitsubishi Pajero.
Selain itu, juga ada dua unit motor matic yang terdiri dari satu unit motor Yamaha N-Max dan satu unit Motor Vario. Tak hanya itu, dia juga memiliki simpanan sejumlah emas batangan dan juga tabungan yang cukup banyak di bank.
Dengan harta yang dimiliki itu, agaknya cukuplah untuk membahagiakan mereka berdua. Apalagi, Arya(bukan nama sebenarnya) juga seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) eselon II di salah satu instansi pemerintahan tempat dia tinggal.
Tapi, ada satu hal yang membuat dia merasa sangat sedih. Terutama ketika melihat orangtua yang sedang menggendong anak. Ini karena, meski hidup bergelimang harta, namun dia tidak dianugerahi keturunan oleh sang Khalik.
Bahkan pernah suatu ketika dia hamil, namun sayangnya tidak membuahkan hasil. Karena kesibukannya sebagai guru di salah satu SD di tempat dia tinggal, membuat dia tidak bisa bersantai. Mengingat banyaknya pekerjaan sebagai seorang tenaga pendidik yang harus dikerjakan.
Tak ayal deraian air mata selalu menghiasi pipinya yang merah ketika bertemu dengan orangtua yang sedang bermain dengan anaknya. Ini karena, sudah 20 tahun menikah, sejak berusia 26 tahun lalu, dia masih belum mendapatkan kepercayaan untuk mengasuh anak.
Bahkan secara batin pun, dia juga sudah pernah menjalani saran dari teman-teman seprofesinya untuk berobat ke pengobatan alternatif dan juga rumah sakit. Tapi tetap saja belum membuahkan hasil. Hingga dia berencana untuk mengadobsi anak dan juga ikut program bayi tabung.
Namun dia merasa itu bukan jalan yang terbaik. Karena mereka tahu, secara batin, keduanya memang tidak siap untuk menerima opsi tersebut. Hingga akhirnya mereka pun mengurungkan niat mereka untuk menjalani pilihan alternatif tersebut.
Tapi sayangnya, Tuhan berkehendak lain. Satu tahun sejak keinginan itu, dia ditimpa musibah yang teramat berat. Orang yang selama 21 tahun menemaninya mengalami kecelakaan. Hingga Arya meninggal dunia.
Hidupnya terus dilanda kegundahan. Karena orang yang dia sayang selama ini, telah meninggalkannya seorang diri. Meski memiliki harta yang cukup banyak, namun batinnya tidak merasa tenang, karena tidak ada orang yang akan mewariskan harta keluarga.
Ditambah lagi dengan keterbatasan Jelita yang tidak bisa mengemudi meski memiliki kendaraan. Jangankan untuk mengemudi, untuk mengendarai motor pun dia juga tidak berani. Karena trauma masih menghiasi ingatannya empat tahun silam. Di mana dia, terjatuh dari motor ketika belajar mengendarai motor.
Satu hikmah yang bisa kita petik dari pelajaran tersebut adalah, meski kita memiliki harta yang cukup, namun tidak memiliki keturunan, sama saja dengan ibarat makan nasi tanpa sambal. Tapi begitu lah kehidupan.
Karena Allah SWT tidak akan pernah mencitakan manusia yang sempurna di atas dunia ini. Setiap manusia sudah sangat sesuai dengan kodratnya dan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. (Zulkarnaini)