Jodoh adalah rahasia Allah SWT. Tidak ada siapapun yang tahu dengan siapa kita berjodoh. Jika Allah SWT sudah merencanakan, manusia hanya bisa menerima dan menjalani. Begitulah yang dialami Reni dan Dodi (bukan nama sebenarnya). Berawal dari candaan di media sosial, Reni dan Dodi akhirnya mengikat janji setia dan menikah. Bagaimana kisahnya?
Pagi itu, Dodi tak masuk kerja. Badannya lemas karena begadang. Ia harus menyiapkan laporan untuk bahan rapat atasannya. Di kantor, Dodi merupakan salah satu orang kepercayaan atasannya. Setiap ada rapat, pertemuan atau kegiatan kantor, Dodi selalu setia menemani bosnya.
Dodi bekerja di sebuah perusahaan properti. Jabatannya sebagai Sales Manager. Ia baru 1,5 tahun mengemban jabatan itu. Setiap hari, Dodi disibukkan dengan pekerjaannya, sehingga tak ada waktu untuk berleha-leha, apalagi untuk urusan percintaan.
Namun, pagi itu Dodi tak kuat ke kantor. Badannya benar-benar letih. Ia memutuskan untuk tidak bekerja sehari atau dua hari sampai badannya pulih. Ia pun mengirim pesan kepada pimpinannya. Meminta izin tak masuk kerja. Pesan itu disampaikan lewat WhatsApp. Tak berapa lama, pesan itu dibalas. Ia diperbolehkan untuk beristirahat.
Setelah pesan dibaca, Dodi lalu beralih ke Facebook. Satu per satu status yang ada di Facebook itu dibacanya. Sampai akhirnya ia berhenti di beranda seorang wanita. Ia tergelitik membaca status wanita itu. “Lagi mencari jodoh. Tidak neko-neko, sudah bekerja dan penyayang.” Begitulah bunyi status wanita itu.
Entah kenapa atau karena dorongan perasaan, ia mencoba menjawab pesan itu. Maklum saat ini, umur Dodi sudah menginjak 29 tahun. Ia punya target sebelum umur 30, ia sudah menikah. “Assalamualaikum. Perkenalkan, nama saya Dodi. Saya juga sedang mencari jodoh,” begitu tulis Dodi untuk wanita yang tak dikenalnya itu.
Dodi bukan satu-satunya pria yang membalas status wanita itu. Ternyata sudah puluhan orang yang ikut nimbrung di status itu. Namun kebanyakan isinya berisi candaan, sedikit yang serius. Setelah puas membaca semua pesan di status wanita itu, Dodi lalu menutup HP-nya.
Tapi ia tak bisa tidur. Ia dihantui rasa penasaran. Apakah pesannya berbalas atau tidak. Lama juga ia menunggu, hampir setiap menit ia membuka HP-nya. Tapi tak ada satupun pesan yang masuk. Kini sudah satu jam berlalu. Pesan yang diharapkan tak kunjung berbalas. Ia pasrah, tak mau lagi berharap. “Mungkin belum jodoh,” ucap Dodi dalam hati sembari beristirahat.
Dua jam beristirahat, Dodi terbangun. Ia lupa kalau belum sarapan. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11.30 WIB. Tidak lagi sarapan, tapi waktunya untuk makan siang.
Dodi lalu mengambil HP-nya untuk memesan makanan lewat GoFood. Setelah makanan dipesan, Dodi kembali beralih ke Facebook. Ia masih penasaran. Berharap pesan itu dibalas.
Ternyata pesan itu dibalas. “Waalaikum salam. Salam kenal juga. Saya Reni. Apakah bang Dodi benar-benar serius mencari jodoh?” balas wanita itu. “Iya, saya serius. Boleh kita bertukar nomor HP?” ucapnya membalas.
Singkat cerita, setelah mereka bertukar nomor HP, komunikasi keduanya semakin intens. Komunikasi itu berlanjut ke pertemuan di sebuah kafe. Di pertemuan itu, Dodi lalu mengungkapkan isi hatinya. Ia ingin menikahi Reni.
Reni terkejut, ia gugup, bibirnya bergetar. Tak menyangka kalau pertemuan itu Dodi melamarnya. “Kalau benar abang serius, datanglah ke rumah,” kata Reni singkat.
Mendengar itu, Dodi bahagia. Matanya berkaca-kaca. Ternyata perasaannya berbalas. “Baik, abang akan datang ke rumah besok,” tutur Dodi.
Hari yang ditunggu datang juga. Dodi akhirnya sampai di rumah sang pujaan hati. Bertemu dengan orangtuanya. Tak banyak percakapan antara Dodi dengan calon ayah mertuanya itu. Hanya satu pinta ayahnya. “Kalau Dodi serius untuk menjadikan Reni istri, tolong jaga dia dan jangan pernah sakiti dia,” ucap ayah Reni dengan nada terbata-bata.
Mendengar pinta ayahnya itu, Dodi langsung menjawab tegas. “Insya Allah ayah, saya akan menjaga Reni dan akan membahagiakannya,” tegas Dodi. Satu bulan setelah pertemuan itu, Dodi dan Reni akhirnya melangsungkan pernikahan. (Eri Mardinal)