Awalnya benci, lama-lama bilang cinta. Kalimat itulah yang cocok untuk menggambarkan kondisi yang dirasakan oleh Fahri (nama samaran). Seperti menelan ludah sendiri. Awalnya ia sangat benci dengan Tika (nama samaran), namun akhirnya yang tumbuh malah cinta. Seperti apa ceritanya?
Begitu bahagianya Fahri dan Tika duduk bersanding di pelaminan. Siapa sangka, dua insan yang sebelumnya bagai air dan api, bisa bersatu dalam hubungan pernikahan. Padahal beberapa bulan yang lalu, mereka berdua masih saja bertengkar tentang banyak hal, baik masalah serius maupun masalah sepele.
Fahri dan Tika bekerja di satu perusahaan yang sama. Mereka juga berada di divisi yang sama, yakni pemasaran dan pengembangan usaha. Pekerjaan yang dipenuhi dengan deadline dan target membuat keduanya hampir bertengkar setiap saat.
Bahkan, hampir semua orang yang bekerja di perusahaan tersebut tahu bagaimana hubungan Fahri dan Tika. “Heran gua Tika. Lu kok sama Fahri kayak anjing dan kucing, air dan api. Sekali-sekali akur dong. Masa kami harus mendengar pertengkaran kalian terus,” omel salah satu teman Tika.
“Bro lu nggak bosan bertengkar terus sama Tika. Jangan terlalu banyak bertengkar dan benci sama orang bro. Apalagi sama wanita. Takutnya nanti lu jatuh cinta sama dia,” ledek teman Fahri di lokasi berbeda.
Mendengar perkataan temannya yang mengatakan ia akan jatuh cinta sama Tika, Fahri langsung menunjukkan wajah yang seolah-olah jijik. “Gua bakalan jatuh cinta sama itu orang. Nggak mungkin lah. Dia bukan tipe gua. Mana ada lelaki yang mau sama dia. Orangnya judes, jutek, dan egois,” respons Fahri.
“Hati-hati dengan ucapan bro. Banyak loh kejadian, yang awalnya benci, lama-lama jadi cinta. Takutnya nanti lu bakal nelah ludah sendiri. Walaupun dia orangnya jutek dan judes, lu nggak bisa pungkiri dia wanita yang cantik dan manis bro,” balas temannya sambil tersenyum puas.
Suatu hari, Tika diminta untuk melakukan perjalanan dinas ke luar kota untuk beberapa minggu. Awalnya Fahri sangat senang dengan kenyataan tersebut. Pasalnya ia tidak perlu membuang-buang energi untuk bertengkar dengan tika dalam beberapa minggu ke depan.
Sejak kepergian Tika ke luar kota suasana kantor menjadi damai dan tenang. Para karyawan bisa bekerja dengan tenang tanpa ada gangguan yang berasal dari pertengkaran Fahri dan Tika. Namun yang dialami oleh Fahri justru sebaliknya.
Selama satu minggu terakhir ia merasa ada sesuatu yang hilang dari kehidupannya. Bagaimana tidak, kebiasaan bertengkar dengan Tika yang dilakukan hampir setiap hari sudah menjadi kebiasaan rutin yang Fahri lakukan. Ia pun merasa hampa di tengah keramaian kantor.
Lama-kelamaan sikap Fahri pun berubah. Ia sering kedapatan senyum-senyum sendiri di ruang kerjanya. Fahri pun tak habis pikir, setiap melihat foto dan kenangan pertengkaran dengan Tika, hatinya terasa senang dan berdetak kencang. Fahri merasa rindu ingin bertengkar lagi dengan Tika.
Tanpa sepengetahuan Fahri, ternyata hal yang sama juga dirasakan Tika di luar kota sana. Ia merasa ada yang hilang dari kehidupannya ketika tidak bertemu Fahri. Perasaan benci satu sama lain mulai berguguran dengan tumbuhnya benih-benih cinta diantara mereka berdua.
3 minggu berlalu, akhirnya Tika kembali bekerja di kantor. Perasaan deg-degan terus dirasakan oleh Tika. Ia tahu persis akan bertemu dengan Fahri di dalam kantor. Saat kedua insan tersebut bertemu, keduanya malah salah tingkah. Mereka hanya menyapa satu sama lain kemudian bergegas pergi.
Suasana tersebut membuat seisi kantor menjadi heran dan bertanya-tanya. Padahal karyawan di sana sudah siap kembali mendengar perdebatan dan pertengkaran yang dilakukan oleh Fahri dan Tika. Malahan kenyataan yang mereka lihat adalah baik Fahri maupun Tika, wajah mereka sama-sama memerah.
Singkat cerita, satu bulan yang lalu seluruh karyawan di perusahaan terkejut bagaikan disambar petir di siang bolong. Bagaimana tidak, Fahri dan Tika kompak mengumumkan bahwasanya mereka akan segera menikah. Para karyawan tidak pernah menyangka, mereka yang bagaikan Tom dan Jerry akan segera menikah.
Keterkejutan tersebut akhirnya berubah menjadi ucapan selamat dan bahagia dari seluruh karyawan kepada Fahri dan Tika. Beruntung, di perusahaan tersebut para karyawan diperbolehkan untuk menikah dengan teman satu kantor. Namun harus rela salah satunya dipindahkan ke divisi lain.
Aturan tersebut tidak dipermasalahkan oleh Fahri dan Tika Meskipun mereka tidak dalam satu divisi yang sama lagi tapi mereka akan terus bersama-sama di dalam hubungan pernikahan sampai maut memisahkan mereka. (Adetio Purtama)