
Dilatarbelakangi untuk melestarikan budaya serta kearifan lokal termasuk keberadaan Rumah Gadang di Nagari Sumpu, Kecamatan Batipuh Selatan, Tanahdatar akhirnya berubah menjadi destinasi wisata bagi peminat wisata minat khusus.
Bahkan dalam perjalannya, destinasi ini masuk nominasi 50 desa wisata terbaik se-Indonesia yang diresmikan akhir pekan kemarin oleh Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno. Seperti apa keindahannya?
Destinasi ini menyuguhkan tidak hanya wisata alam. Akan tetapi lebih pada kearifan lokal sebagaimana kehidupan masyarakat di lokasi setempat berjalan dalam kesehariannya.
Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pesona Sumpu Herry Syahrizal Rajoalam mengatakan, saat ini di Nagari Sumpu terdapat tiga unit rumah gadang yang dijadikan homestay bagi pengunjung yang datang dan menginap.
Dalam pengelolaannya, pengunjung disuguhkan paket wisata kearifan lokal berupa kuliner lokal, tracking menuju lanscape pemandangan Puncak Tubia, tradisi lokal seperti makan bajamba, kesenian, water tubing, edukasi kearifan lokal, dan lainnya yang masih bersifat lokal.
“Intinya pengunjung ke sini kita berikan pelayanan untuk menikmati bagaimana menjalani kehidupan di Nagari Sumpu seperti yang dijalani masyarakat setempat. Seperti menjala ikan di sungai, bertani, dan hal lain yang ada di Sumpu,” ujarnya.
Herry Syahrizal Rajoalam menjelaskan, destinasi itu awalnya berasal dari kesepakatan bersama semua unsur yang ada di nagari setempat demi menjaga dan melestarikan kearifan lokal dan rumah gadang.
“Pada tahun 2012 lalu melalui wadah kampung Minang disepakati jika rumah gadang yang ada akan dilestarikan. Nah tidak lama setelah kesepakatan itu ada rumah gadang yang terbakar lima buah. Dalam kondisi ini diusahakanlah bagaimana rumah gadang itu dibangun kembali. Akhirnya setelah diusahakan kita dapat bantuan dari Yayasan Tirto Utomo di Jakarta untuk membangun dua unit rumah gadang,” terangnya.
Pengerjaan dua unit rumah gadang itu sebutnya, dilakukan tahun 2014 dan 2015 lalu. “Setelah itu terbangun baru kemudian disepakati jika dibuat destinasi wisata untuk wisata minat khusus. Dan rumah itu diperuntukkan bagi pengunjung sebagai homestay,” ujarnya.
Dalam menjalani wisata itu, sebutnya, tidak seperti destinasi wisata lain yang dipublikasikan. Hanya publikasi melalui mulut ke mulut, dan agen wisata. “Jadi memang bukan wisata massal seperti objek wisata lainnya,” katanya.
Setelah bekerjasama dengan pihak Universitas Bung Hatta, Jurusan Arsitektur, pergerakan wisata mulai menggeliat dengan ramainya pengunjung yang datang. Kemudian dari perkembangan itu akhirnya dibuat pelatihan, akan konsep apa saja yang akan dilakukan di objek wisata itu.
Dalam konsep itu katanya, kepada pengunjung diberikan suguhan wisata dengan kearifan lokal. Seperti silat, makan bajamba, kemudian pagi harinya dilanjutkan dengan tracking ke Puncak Tubia untuk melihat pemandangan Danau Singkarak, area persawahan dan pemandangan alam.
Kondisi rumah gadang sendiri di Nagari Sumpu hingga saat ini masih banyak terdapat di sana. Banyak juga yang hingga saat ini masih ditempati senagai hunian oleh masyarakat. Kehidupan alami masyarakat setempat menjadi nilai jual bagi wisata yang saat ini dikelola oleh pemerintah nagari melalui Pokdarwis Pesona Sumpu.
Wisata ini kemudian juga ikut didaftarkan dan masuk dalam kategori 50 Desa Wisata Terbaik di Indonesia yang pada Sabtu (28/8) diresmikan langsung Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahudin Uno didampingi sang istri.
Di kesempatan itu Sandiaga secara resmi menetapkan Kampung Minang Nagari Sumpu, Kecamatan Batipuh Selatan sebagai 50 Desa Terbaik pada Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021. (***)