Menyusuri Sungai Dalam Goa Simarasok, Stalagmit dan Stalaktit Nan Cantik

213
PENGUNJUNG tengah memasuki mulut goa Simarasok menggunakan perahu.

“Wah… Wah… Keren… Indah sekali…Kagum,” kata-kata itu terucap berulang-ulang saat wisatawan menikmati Goa Simarasok.

Goa Simarasok atau Ngalau Agam Tabik yang biasa disebut warga setempat, terletak di Jorong Koto Tuo, Nagari Simarasok, Kecamatan Baso, Kebupaten Agam. Seperti apa keindahannya?

Untuk menuju lokasi ini, wisatawan bisa menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat hingga ke pintu gerbang gua. Dari Kota Bukittinggi menuju gua yang eksotik ini, memakan waktu sekitar satu jam lebih ke arah Kota Payakumbuh.

Lokasi Goa Simarasok tidak jauh dari kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Baso. Dari situ, wisatawan akan menemukan pertigaan di sebelah kiri, sebelum jembatan kecil. Dari pertigaan tersebut wisatawan bisa menyusuri jalan beraspal sekitar empat meter dengan pemandangan sawah dan bukit barisan yang membentang.

Setelah berjalan sekitar empat kilometer, wisatawan akan menemukan jalan berbatu dan tanah. Kurang lebih sepanjang satu kilometer hingga pintu gua. Sesampai dipintu Goa Simarasok atau Pintu Ngalau Singkek wisatawan akan disambut gerbang pintu gua yang indah serta ikan larangan yang dikelola pemuda-pemudi setempat.

Untuk bisa masuk ke dalam Goa Simarasok, wisatawan mesti menyewa sampan yang telah dikelola kelompok wisata setempat. Setelah menaiki sampan, sekitar 10 meter wisatawan langsung sampai di pintu gua. Saat masuk ke dalam gua, adrenalin wisatawan langsung terpacu, hal ini karenakan wisata harus merunduk di dalam sampan dikarenakan pintu gua rendah.

Sesampai di dalam gua yang diperkirakan sepanjang satu setengah kilometer ini, wisatawan dibuat takjub melihat langit gua yang indah. Dihiasi staglamit dan stalaktit yang terbentuk dari tetesan air dalam gua.

Stalagmit dan stalaktit di dalam Goa Simarasok cukup banyak di sepanjang aliran Sungai Janiah, Kabupaten Agam, dengan berbagai bentuk. Ada bentuk bulat, panjang dan pendek. Saat masuk Goa Simarasok, wisatawan akan dilengkapi dengan penerangan serta pemandu wisata yang nanti akan memberikan informasi terkait gua tersebut.

Baca Juga:  Rano Karno Khawatir Viral Wisatawan Asing Nakal Merusak Citra Pariwisata RI 

Berjalan sekitar setengah jam dari pintu gua dengan sampan, kita akan menemukan dua titik air panas alami serta batu berbentuk kapal di tengah aliran sungai berukuran sekitar tujuh meter.

Tidak jauh melewati batu berbentuk kapal, wisatawan mesti turun dari sampan, lalu traking (berjalan, red) sekitar sepuluh meter di tepi-tepi gua, dikarenakan permukaan sungai dangkal. Di sini disarankan mengenakan sepatu atau sandal tidak licin.

Setelah berjalan, wisatawan akan merasakan tiupan angin yang kencang di salah satu lorong gua. Masyrakat setempat menyebut, lokasi tersebut dengan sebutan “angin berhembus”. Entah dari mana datang angin tersebut, padahal tidak ada dinding gua yang berlubang.

Tidak berapa lama dari angin berhembus, terdapat tumpukan pasir dari sebelah wisatawan. Di lokasi ini, wisatawan turun dari sampan dan duduk sembari istirahat serta mendengar cerita terkait Goa Simarasok ini.

Setelah istirahat dan kembali berjalan, wisatawan akan mendengar bunyi air mengalir di dalam gua. Setelah sampai sumber air, di sana wisatawan bisa berfoto. Itu merupakan ujuang dari gua bekas petani sarang walet.

Ketua Lembaga Pemberdayan Hutan Nagari (LPHN) Simarasok, Muhammad Zakir menyebutkan, Goa Simarasok ini baru dibuka tahun lalu, sebelumnya hanyalah lokasi tambang pasir masyarakat. “Dulunya lokasi ini hanyalah tempat mencari sarang burung walet dan tambang pasir,” sebutnya.

Lebih detail ia menjelaskan, panjang gua diperkirakan 1,5 kilometer dari pintu gua hingga mentok di dalam. “Dari pintu gua hingga paling ujung, memakan waktu sekitar kurang lebih satu jam dua puluh menit dengan menggunakan sampan,” ujarnya. (***)