Perlu adanya perencanaan atau master plan yang matang, agar pariwisata Sumbar menjadi unggul sehingga bisa meningkatkan pendapatan daerah dan perekonomian masyarakat.
Hal itu disampaikan calon gubernur Sumbar Mulyadi saat menjadi salah satu narasumber dalam seri webinar yang membahas tentang Masa Depan Dunia Pariwisata Sumbar, Sabtu (10/10/2020)
“Sumbar harus punya master plan pariwisata yang berbasis kearifan lokal. Master plan ini harus disusun oleh pemerintah provinsi bersama pemerintah kabupaten dan kota, serta harus ada sinkronisasinya agar tidak menjadi kontraproduktif,” kata Mulyadi.
Dalam seri webinar yang diadakan MDG-N bekerjasama dengan Universitas Yarsi itu, menurut Mulyadi, potensi sektor pariwisata Sumbar diibaratkan seperti raksasa tidur. Maka dari itu perlu master plan yang baik untuk membangunkan sektor pariwisata Sumbar.
“Perencanaan adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Tentu bukan sekadar perencanaan, tapi perencanaan yang betul-betul bisa diterima semua kalangan dan menarik investor untuk menanamkan modal di Sumbar,” ujarnya.
Salah satu master plan yang mesti dibuat, menurut mantan anggota DPR RI ini, adalah membuat regulasi yang mengatur agar jangan sampai originalitas alam itu sendiri dirusak oleh oknum tertentu.
Selain itu, membangun infrastruktur dan sarana prasarana. Baik itu menuju akses objek wisata maupun di sekitar objek wisata itu sendiri. Pasalnya, menurut Mulyadi, tidak ada tujuan wisata yang bisa berhasil tanpa dukungan infrastruktur dan sarana prasarana yang memadai.
“Makanya, saya sangat gencar ketika menjadi pimpinan di Komisi V DPR RI, seluruh daerah di Sumbar yang memiliki potensi pariwisata saya dukung dengan infrastruktur dari dana APBN,” ujarnya.
Mulyadi mencontohkan, seperti objek wisata Puncak Lawang, Kabupaten Agam. Dia menyebut, jalan menuju akses wisata itu dulunya sangat jelek sekali. Setelah dia dukung dengan dana dari APBN Rp 35 miliar, sekarang sudah menjadi bagus.
“Itu bagian dari perhatian saya terhadap daerah yang betul-betul mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi daerah pariwisata. Maka dari itu, kita harus memastikan, sarana prasarana dan infrastruktur menuju akses pariwisata itu betul-betul memadai,” ungkapnya.
Pria kelahiran Bukittinggi ini mengatakan, prioritas tujuan wisata yang akan dijual kepada pihak luar, baik domestik maupun luar negeri, juga perlu disepakati sebagai bagian dari master plan.
Langkah ini, sambungnya, belajar dari apa yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat, yang menyepakati Danau Toba, Mandalika, dan Jogjakarta menjadi prioritas untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisatawan asing.
“Pola pikir ini bisa kita tiru dan disepakati, karena tidak mungkin seluruh wisata yang berpotensi di Sumbar itu bisa kita kembangkan dalam jangka waktu pendek. Misal, kalo ada 20 objek wisata yang berpotensi, kita prioritaskan tiga atau empat objek wisata yang betul-betul menjual dulu. Nah yang lain nantinya menyusul,” terangnya.
Lebih lanjut, master plan yang harus ada untuk mengembangkan sektor pariwisata Sumbar menurut Mulyadi yakni, memberikan edukasi kepada masyarakat agar sadar wisata dan friendly terhadap para wisatawan.
“Di Sumbar ini, selain pariwisata alam juga ada wisata kuliner, seni budaya, yang menarik dan memiliki kekuatan tersendiri untuk dijual kepada wisatawan. Nah, pariwisata berbasis kearifan lokal ini harus dikolaborasikan sehingga bisa meningkatkan pendapatan UMKM dan pekerja seni,” pungkas Mulyadi. (idr)