Rampungnya pembangunan jalan tol Padang-Pekanbaru diyakini banyak kalangan mampu melahirkan efek berganda bagi Sumbar. Bukan hanya membuat konektivitas Sumbar-Riau, serta provinsi tetangga lainnya lebih cepat dan lancar, namun juga mampu melahirkan titik-titik ekonomi baru sepanjang jalan tol.
”Namanya akses infrastruktur seperti jalan tol, jelas sangat dibutuhkan. Cuma saja, bila hanya menyadarkan pembangunan jalan tol kepada daerah maupun swasta, jelas situasinya bisa ribet. Makanya, kita perlu bersyukur pemerintah bermurah hati membangun tol penghubung Padang-Pekanbaru,” terang Guru Besar Fakultas Ekonomi Unand Prof Dr Elfindri kepada Padang Ekpsres di Padang, kemarin.
Prof Elfindri mencontohkan rampungnya jalan tol Pakanbaru-Dumai yang sudah diresmikan Presiden Jokowi pada 25 September 2020 lalu. Mampu memangkas jarak Pekanbaru-Dumai yang awalnya 200 km, kini jarak tempuhnya terpangkas menjadi 131 km saja. Bila hitung-hitungan secara bisnis, terpangkasnya jarak jelas mengungtungkan,” katanya.
Ekonom Unand, Dr Harif Amali Rivai menyebutkan, kehadiran jalan tol Padang-Pekanbaru ini diyakini berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. ”Artinya, percepatan pertumbuhan ekonomi (PE) akan lebih cepat dengan mobilitas pergerakan arus orang dan barang. Di mana, aliran dana menjadi cepat dan memicu pertumbuhan perekonomian.
Termasuk, salah satunya sektor transportasi yang menjadi urat nadi utama,” ungkapnya.
Terkait komoditi yang didistribusikan ke daerah yang membutuhkan misalnya Pekanbaru, sangat tergantung terhadap ketersediaan barang di Sumbar. ”Nah, itu salah satu contoh akan mengerakkan perekonomian yang semakin cepat dengan sektor usaha menjadi meningkat, dan dampak ikutannya masyarakat yang berada di sekitar lokasi tol akan terbuka daerahnya,” imbuhnya.
Dilihat dari Kota Pekanbaru sendiri, lanjutnya, dari sisi pertumbuhan kotanya lebih maju dari Kota Padang. Kemudian, daya beli masyarakat dan APBD Riau itu lebih besar dari Sumbar. Sehingga, tumpahannya masuk ke kota-kota yang dilalui jalan tol. ”Jadi ada dampak ikutannya. Kalau itu dibuka walaupun banyak terjadi konflik, tapi jangka panjang itu dampaknya akan memberikan percepatan pertumbuhan sangat signifikan,” sebut Harif.
Seiring keberadaan akses jalan tol ini dari segi kecepatan retribusi barang, menurut dia, semakin cepat atau delivery-nya semakin tepat waktu. Tapi, ada sedikit konsekuensi yang ditanggung. ”Kalau melewati jalan tol tentu ada daya tambahan. Khusus bagi konsumen kalau biasanya ada biaya ekstra, diyakini tidak bermasalah asalkan datangnya cepat sesuai waktu,” jelasnya.
Sementara itu, pengamat ekonomi yang juga Direktur Eksekutif Ekonomic Action (ECONACT), Ronny P Sasmita mengatakan, kini persoalannya tidak saja tentang Sumbar kebagian jalan tol. Tapi, juga Sumbar kebagian tanggung jawab besar secara ekonomi agar jalan tol ini tidak menjadi duri bagi ekonomi daerah.
”Tentu secara konektivitas, akses menuju dan dari Sumbar menjadi lebih baik seiring adanya jalan tol ini, karena mobilitas barang dan manusia menjadi lebih mudah dan cepat. Apalagi dari sisi pariwisata, jika dikelola dan dipromosikan dengan baik, Sumbar bisa menjadi destinasi wisata utama bagi Riau dan Sumut,” katanya.
Di sektor pertanian dan industri juga sama, jika Sumbar bisa memperbaiki kapasitas produksi, maka kehadiran jalan tol ini akan sangat membantu dalam membuka dan memperbesar pasar ke Riau. ”Produk dan komoditas asal Sumbar bisa lebih cepat sampai di pasar Riau nantinya,” terang Ronny P Sasmita.
Tapi jika tidak, lanjutnya, justru Sumbar menjadi pasar bagi produk-produk daerah lain. ”Artinya, jalan tol jika memang berpeluang untuk terus dilanjutkan. Makanya, mulai saat ini harus disiapkan bantalan ekonomi pendampingnya dari sektor-sektor andalan Sumbar seperti; Pertanian, perdagangan, industri, dan pariwisata. Agar saat jalan tol beroperasi sektor-sektor tersebut, juga siap untuk berekspansi,” ujarnya.
Menurutnya, masalahnya bukan pada ada atau tidak adanya jalan tol, tapi pada sikap dan rencana kebijakan pemerintah daerah dalam mengembangkan ekonomi daerah. ”Jika ada jalan tol, rencana strategis, makro, dan sektoral harus dipikirkan. Apakah Sumbar siap untuk lebih terbuka dan terakses secara cepat dan mudah, serta siap bersaing dengan produk-produk luar yang berkemungkinan masuk Sumbar. Atau, siap untuk memperluas pasar dari produk dan komoditas andalan,” tuturnya.
Kalau bisa lanjut,tambah dia, tinggal pemprov dan pemda-pemda menyiapkan kebijakan pelengkapnya agar kehadiran jalan tol menjadi bermanfaat untuk perekonomian daerah. ”Bagi pelaku usaha khususnya pengusaha Sumbar dengan adanya tol ini, mereka harus bersiap-siap untuk bersaing dan berekspansi,” tukasnya. (r)