
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) mendukung penyelenggaraan ibadah haji Tahun 2023. Dana yang dikelola saat ini sebesar Rp 168 triliun untuk memberikan manfaat terbaik bagi jamaah haji guna merasionaliasikan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang semakin tinggi.
BPKH juga siap memberikan nilai manfaat untuk kuota tambahan 8.000 jamaah yang menjadi berita baik dari Kerajaan Arab Saudi. Investasi yang syariah, profesional, hati-hati, transparan dan akuntabel.
Hal ini disampaikan Anggota Badan Pelaksana BPKH Harry Alexander saat ikut melepas kloter pertama jamaah haji dari Sumbar telah diberangkatkan Senin (5/6) dini hari. Total jamaah pada kloter pertama sebanyak 393 jamaah.
Harry Alexander mendukung penuh dalam memberikan pelayanan haji yang paripurna dan berharap jamaah haji Indonesia sebagai duyufurrahman, sebagai tamu Allah bisa melaksanakan haji yang aman dan nyaman.
Pada persiapan keberangkatan jamaah haji yang sebagian merupakan jamaah tunda tahun 2020 terlihat amat antusias menyambut keberangkatan di tahun ini. Pandemi telah usai, usia yang tak lagi dibatasi dan protokol kesehatan yang dilonggarkan menjadi awal yang baik dalam persiapan jamaah menuju Tanah Suci.
“BPKH Tahun ini membukukan nilai manfaat sebesar Rp 10,08 triliun. Dana haji saat ini aman dan diinvestasikan diinstrumen syariah dan sesuai undang-undang, likuiditas terjaga sebesar 2,22 x biaya penyelenggaraan ibadah haji dengan presentase investasi 70,5% dan penempatan bank syariah 29,5%, solvabilitas 102,74% dan yield 6,28%. Berkaca dari rasio keuangan haji ini BPKH siap untuk mendukung pelaksanaan haji secara paripurna,” katanya.
BPKH sedang melakukan penjajakan dengan Syarikah Arab Saudi untuk memulai bisnis di Arab Saudi. Rencana besar tersebut untuk meningkatkan layanan ekosistem perhajian dalam bidang akomodasi khususnya penyewaan hotel di tanah haram Makah dan Madinah, transportasi untuk jamaah, logistik, pelayanan kesehatan, perlengkapan haji, ekspor-impor dan layanan katering untuk menyediakan makanan rasa nusantara ke jamaah mengingat banyaknya jamaah asli Indonesia pada saat musim haji dan umrah.
Harry juga menjelaskan bahwa waktu tunggu keberengkatan yang cukup panjang agar generasi millenial baiknya lebih mendalami literasi keuangan termasuk perencanaan keuangan haji.
Harapannya, berangkat haji pada usia muda dapat menjadi salah satu prioritas. Mengingat waktu tunggu haji yang panjang dan faktor terhadap jamaah usia lanjut menjadi risiko yang cukup tinggi dalam melaksanakan ibadah haji yang merupakan ibadah fisik. (k)