
Petani kentang khususnya di Nagari Alahanpanjang, Kabupaten Solok kerap menghadapi ketersedian pasokan benih yang terbatas, harga benih yang tinggi dan kualitas benih yang tak terjamin. Tak jarang hasil panen tak sesuai dengan harapan yang berdampak pada ekonomi petani.
Menyikapi itu, salah seorang Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang Dedet Deperiky membuat model penangkaran kawasan benih/bibit kentang yang murah dan berkualitas.
Bahkan dirinya menerapkan penangkaran benih kentang sistem smart farming teknologi aeroponik pada Kelompok Tani Harapan Baru di Jorong Galagah, KenagarianAlahanpanjang, Kabupaten Solok.
Namun dirinya dan sejumlah rekan peneliti yang dibantu oleh Tim Peneliti Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan Pertanian (PATPKP) Unand dan Tim Peneliti Pusat Studi Center AppliedEconomicPolicyandScience Technopark (CAPAS) FEB Unitasmengkombinasikan sistem ini dengan dua temuan (paten).
Yakni aplikasi teknologi robotik aeroponik berbasis sensor otomatis dalam penangkaran benih kentang G-0 dan formulasi media nutrisi aeroponik robotik (smart farming) untuk produksi benih kentang G-0.
Katanya Inovasi ini memproduksi bibit kentang bermutu melalui aplikasi teknologi robotik aeroponik dalam rangka memberdayakan petani agar dapat memenuhi kebutuhan rantai pasok akan benih kentang yang bermutu tinggi secara mandiri.
Penerapan teknologi aeroponik telah terbukti meningkatkan jumlah produksi bibit (umbi) hingga lima kali lipat dibandingkan metode produksi bibit secara konvensional. Selain juga berkualitas lebih baik karena kondisi kelembaban udara, nutrisi, dan pH dikendalikan secara optimal bagi kebutuhan tanaman benih kentang dengan sistem robotik.
“Untuk sistem robotiknya bisa mengatur dan membaca kondisi di lapangan sekitar screenhouse. Ketika bahkan bisa menganalisa kebutuhan dari bibir yang tengah ditangkarkan. Ketika butuh air, maka akan otomatis akan melakukan penyemprotan. Termasuk penyemprotan pada akar yang tergantung di udara,” katanya.
Dengan teknologi robotik pengendalian kebutuhan tanaman akan kelembaban dan nutrisi dapat dikendalikan melalui penggunaan telepon seluler darimanapun berada. Dengan peralatan berbasis Internet ofThink (IoT) ini, hasil pembibitan semakin baik.
Petani yang telah melakukan proses tanam dari bibit yang dilakukan dengan teknologi robotik aeroponik berbasis sensor otomatis dan formulasi media nutrisi aeroponik robotik(smart farming) menghasilkan panen yang lebih dibandingkan bibit biasanya.
Selain itu, ketahanan kentang menjadi lebih baik. Tidak mudah diserang oleh hama atau penyakit. Dedet juga menyebutkan harga jual bibit yang dihasilkan melalui penangkaran yang dikembangkannya juga bisa didapatkan dengan harga murah. Dengan begitu soal kualitas bibit juga bisa didapatkan oleh petani kentang.
Disebutkannya temuannya ini sudah mendapatkan perhatian utama dari Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Pemprov Sumbar dan Pemkab Solok.
Ketua Badan Penyelenggara Pendidikan Tinggi Taman Siswa (BPPTS) Irwandi Yusuf menyampaikan akan terus mendorong agar penelitian dosen di Unitas Padang untuk berkembang. Bahkan pihak yayasan juga berencana mengaplikasikan temuan dosen seperti temuan Dedet ini.
Plt Kepala Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar Ferdinal Asmin mendukung upaya penyediaan benih/bibit yang berkualitas bagi petani Sumbar. “Kita upayakan benih/bibit dapat disediakan dari dalam Sumbar sendiri sehingga kita terus menuju mandiri benih. Dengan mandiri benih ini tentunya kita bisa memastikan produksi pertanian secara berkelanjutan,” katanya.
Rektor Unitas Padang Sepris Yonaldi menyampaikan, temuan dosen Unitas Padang ini akan berdampak pada kemajuan atmosfir akademik di Unitas dan kemudian ada harapan baru dalam transfer knowledge untuk meningkatnya produktifitas usaha pertanian khususnya tanaman kentang masyarakat akan mampu meningkat pesat ke depannya di Sumbar. (eko)