Sempat tumbuh fluktuatif dua tahun belakangan, kini PT BPR Rangkiang Aur Denai mampu bangkit dalam membukukan laba. Hingga akhir tahun 2022 tercatat aset sebanyak Rp75,79 Miliar, realisasi Kredit sebesar Rp57,36 Miliar, Dana Pihak Ketiga (DPK) sebanyak Rp65,71 Miliar dan laba usaha naik dari Rp 585 Juta ditahun 2021 naik menjadi Rp1,3 Miliar di tahun 2022 atau tumbuh 122,22 persen secara year on year (y-o-y).
Laporan—Two Efly, Bukittinggi
Tak mudah untuk me-rebound kinerja laba sebuah badan usaha, apalagi lembaga keuangan tersebut sempat mengalami fluktuatif usaha. Namun, kerja sulit itu mampu dilakukan dengan baik oleh manajemen PT BPR Rangkiang Aur Denai di tahun buku 2022. Buktinya, walau total aset masih cenderung fluktuatif namun, soal laba usaha manajemen boleh bernafas lega.
“Alhamdulillah kita sudah bisa me-rebound-kan kinerja usaha terutama dalam mencatatkan laba. Hingga akhir tahun 2022 tercatat total aset sebanyak Rp75,79 Miliar, realisasi Kredit sebanyak Rp57,36 Miliar, Dana Pihak Ketiga (DPK) sebanyak Rp65,71 Miliar. Sementara itu Kualitas Aktiva Produktifnya (KAP) juga kian membaik, ratio NPL (Non Perfomance Loan) menurun menjadi 2,42 persen dan ratio BOPO (Biaya Operasional berbanding Pendapatan Operasional) menyusut menjadi 83,77 persen. Rentetan kinerja bagus inilah yang berdampak pada peningkatan laba usaha. Laba bersih usaha naik dari Rp585 juta ditahun 2021 naik menjadi Rp1,30 Miliar atau tumbuh 122,22 persen secara year on year,” ujar Direktur PT BPR Rangkiang Aur Denai Dodi Yuli Staria dan Gusman Dodi kepada Padang Ekspres kemarin.
Menurut Dodi, perlahan kita mencoba untuk menata dan merebound kinerja usaha PT BPR Rangkiang Aur Denai yang sempat berfluktuatif semenjak dua tahun lalu. Walau aset masih ada kecenderungan turun, namun Kualitas Aktiva Produktif justru terpantau semakin membaik. Buktinya, ratio kredit bermasalah menurun, ratio biaya bisa dikendalikan dan laba bersih usaha bisa bangkit dan tumbuh berkali kali lipat.
Aset, Dana dan Beban
Secara kinerja aset PT BPR Rangkiang Aur Denai masih mengalami kontraktif usaha, Sampai akhir tahun 2022 tercatat total asset yang mampu dibukukan sebesar Rp75,79 Miliar. Aset sebesar Rp75,79 Miliar ini di antara berupa Dana Pihak Ketiga (DPK) dan distribusi Kredit.
Sampai tanggal 31 Desember 2022 tercatat total Dana Pihak Ketiga yang mampu dibukukan sebanyak Rp65,71 Miliar yang terdiri dari dana tabungan sebanyak Rp38 Miliar dan dana deposito sebesar Rp26,84 Miliar.
Turunnya dana sudah pasti berdampak pada penurunan beban bunga. Hingga akhir tahun 2022 tercatat beban bunga kontraktual sebesar Rp2,49 Miliar. Beban bunga ini mengalami penurunan -22,91 persen jika dibandingkan beban bunga kontraktual tahun 2021 yang lalu.
“Penurunan beban bunga kita jauh lebih besar dibandingkan penurunan Dana Pihak Ketiga. Artinya, manajemen masih mampu memerankan fungsi treasurry dengan baik”, ujar Dodi.
Kredit dan Pendapatan
Berbanding terbalik dengan kinerja dana. Jika dana tumbuh kontraktif sementara realisasi kredit justru sudah mulai dan berhasil mencatatkan pertumbuhan usaha. Hingga akhir tahun 2022 tercatat total Kredit yang mampu disalurkan sebanyak Rp 57,36 Miliar. Realisasi Kredit ini bertumbuh sebesar 7,30 persen jika dikomparasikan dengan realisasi Kredit tahun 2021 yang lalu.
Bertumbuhnya kredit tentulah berdampak pada pendapatan terutama pendapatan bunga. Per 31 Desember 2022 tercatat pendapatan bunga yang mampu dibukukan PT BPR Rangkiang Aur Denai sebanyak Rp 9,81 Miliar. Pendapatan bunga ini betumbuh 12,50 persen secara year on year. Sementara itu pendapatan lainnya tercatat sebanyak Rp 669 Juta.
“Total Pendapatan Operasional yang mampu kita bukukan sepanjang tahun 2022 adalah Rp 10,48 Miliar yang terdiri dari pendapatan bunga sebanyak Rp 9,81 Miliar dan pendapatan lainnya sebesar Rp 669 Juta. Realisasi Pendapatan Operasional (PO) ini tertumbuh 9,62 persen secara year on year”, ucap Dodi.
NPL, BOPO dan Laba
Kredit bertumbuh mustilah diringi dengan peningkatan kualitas kredit. Teori ini ternyata mampu diaplikasikan dengan baik oleh manajemen PT BPR Rangkiang Aur Denai ditahun 2022. Kredit yang sudah mulai bertumbuh mampu diiringi dengan peningkatan kualitas kredit. Buktinya, ratio kredit bermasalah (Non Perfomance Loan) bisa turunkan hingga 2,42 persen.
Begitu juga dengan pengendalian biaya. Per 31 Desember 2022 ratio Biaya Operasional berbanding Pendapatan Operasional (BOPO) tercapai 83,77 persen. Capaian BOPO ini merupakan capaian terbaik dalam empat tahun belakangan.
“Kredit yang bertumbuh, pendapatan bunga yang meningkat dan kualitas kredit yang makin baik serta biaya yang terkendali membuat kinerja laba merangkak naik. Per 31 Desember 2022tercatat laba bersih usaha sebesar Rp 1,3 Miliar. Realisasi laba ini bertumbuh 122,22 persen secara year on year”, ungkap Dodi.
Dari data yang dimiliki Harian Pagi Padang Ekspres, PT BPR Rangkiang Aur Denai merupakan BPR Pertama di Sumbar yang melakukan Merger dalam rangka memperkuat fundamental usaha (peningakatan modal inti). Diawal awal merger BPR ini membawa harapan baru, namun sayangnya setahun pasca merger kondisi yang terjadi justru berbalik arah.
Kebijakan rotasi dan penyengaran organisasi yang dilakukan pemilik dan dewan komisaris membawa angin segar perbaikan kinerja. Perlahan kinerja usaha mulai bangkit dan reboud. Puncaknya tahun 2022 ini berhasil bangkit dan meningkatkan laba hingga 122,22 persen secara year on year.
“Atas nama manajemen saya ucapkan terima kasih kepada team work yang sudah berkerja keras dan bekerja cerdas. Semoga saja ditahun 2023 ini kinerja PT BPR Rangkiang Aur Denai bisa jauh lebih baik lagi,” tukas dua Dodi.(***)