Kematian secara massal ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, terus bertambah. Kerugian yang dialami penambak pun kian membesar.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Agam Rosva Deswira menyebut, penambahan jumlah ikan yang mati itu berasal dari Nagari Tanjungsani. Banyak ikan yang mati hanya sekitar 200 kilogram tersebar di Jorong Pantas.
“Jadi terdata sementara kematian ikan mencapai 15,2 ton sejauh ini. Di Nagari Bayur kematian ikan 15 ton ditambah 200 kilogram di Jorong Pantas, Nagari Tanjungsani,” kata Rosva, kemarin.
Ia menjelaskan, di Bayur rata-rata ikan yang mati lanjutnya, berukuran 4-5 ekor untuk satu kilogram. Ukuran ini biasanya sudah bisa dipanen sekitar satu bulan lagi. Sedangkan di Jorong Pantas ikan yang mati masih bibit dan ada yang siap panen.
Estimasi kerugian yang dialami penambak dari musibah kematian ikan kali ini, otomatis juga bertambah dan diprediksi mencapai Rp380 juta. Jumlah ini dihitung berdasarkan harga ikan segar tersebut Rp25 ribu per kilogram saat ini.
Menurutnya, sebelum mati ikan-ikan tersebut mengalami pusing atau maangai ke permukaan danau. Kondisi ini menunjukkan bahwa ikan kekurangan oksigen di dasar danau.
Seperti biasa jelasnya, ikan-ikan itu mati lantaran terjadinya penurunan suhu air danau akibat umbalan atau uppweling. Kondisi ini dipicu cuaca buruk berupa hujan deras disertai angin kencang yang membalikan massa air dari dasar ke atas.
Anomali cuaca ekstrem ini membuat zat-zat atau racun-racun dari dasar naik kepermukaan. Sehingga menyebabkan ikan kehilangan keseimbangan dan mencelakai ikan hingga akhirnya mati.
“Cuaca ekstrem memang membawa ancaman kematian massal ikan. Sebelum ikan mati, wilayah Maninjau memang dilanda angin kencang. Angin kencang dapat menyebabkan terjadinya pembalikan massa air atau memicu uppweling,” jelas Rosva.
Rosva mengimbau agar pembudidaya nantinya mengangkat bangkai ikan dan menguburkannya di darat. Bukan membuang ke badan danau yang akan membuat kondisi air danau semakin tercemar.
Selanjutnya, guna menghindari kerugian yang lebih besar, pembudidaya diimbau untuk memanen ikan lebih cepat atau segera memindahkan ke kolam penampungan. Ini dinilai merupakan langkah taktis penyelamatan ikan dari lokasi budidaya di saat cuaca buruk.
“Saat ini, dari sebanyak 23.359 petak keramba sekitar 40 persen sudah terisi. Artinya ancaman kematian ikan masih tinggi dan kita imbau petani segera panen ikan untuk mengantisipasi kerugian cukup besar,” ajaknya. (ptr)