Hindari Kerja Malam di Sungai dan Kebun

Petugas BKSDA bersama babinkamtibmas dan warga di Agam memasang perangkap besi untuk menangkap macan dahan diduga menyerang ternak di Jorong Paraman, Nagari Sipinang. (IST)

Dalam sepekan terakhir, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Agam menangani tiga kasus konflik antara manusia dengan satwa liar dilindungi di daerah itu. Masing-masing, beruang madu, macan dahan dan buaya.

Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Resor Agam, Ade Putra mengaku, konflik pertama kemunculan beruang madu di perkebunan warga di kawasan Kelok 44 yang sudah ditangani pihaknya sejak awal pekan. BKSDA sudah memasang perangkap di lokasi kemunculan hewan bernama latin Helarctos malayanus itu.

”Perangkap sudah dipasang, dan sampai saat ini belum ada yang masuk perangkap,” katanya, Sabtu (21/11). Sehari berselang, giliran macan dahan yang meneror warga di Jorong Paraman, Nagari Sipinang, Kecamatan Palembayan. Dilaporkan tiga ternak kambing warga mati dengan sejumlah luka dibadannya yang diduga ulah serangan satwa bernama latin Neofelis diardi itu.

Usai mendapat laporan warga, ia dan tim melakukan identifikasi di lokasi penyerangan. Kesimpulan identifikasi menyatakan, peristiwa itu diduga dilakukan macan dahan berdasarkan. Semua diidentifikasi berdasarkan jejak, bekas cakaran, luka pada ternak, dan kerusakan pada kandang, serta dikuatkan dengan kesaksian warga sekitar.

Di lokasi ini, pihaknya juga telah memasang perangkap besi. Meski belum masuk perangkap, pihak BKSDA mengaku masih menemukan jejak kaki hewan tersebut di sekitar lokasi perangkap. ”Jejak tersebut ditemukan sekitar 1 kilometer meter dari perangkap besi yang dipasang. Perangkap kami pasang selama 7 hari,” katanya.

Baca Juga:  Pendirian SMK di Malalak Terus Diperjuangkan

Teranyar konflik serangan buaya muara terhadap seorang warga di Batang Alahan Anggang, Kamis (19/11) lalu. Korban diketahui bernama Muhammad Taher, 37, warga Padang Koto Marapak, Nagari Silareh Aia, Kecamatan Palembayan.

Korban diserang satwa buas bernama latin Crocodylus porosus tersebut, ketika sedang menjala ikan di sungai yang ada di sana. ”Interaksi negatif buaya muara dan manusia menyebabkan satu korban yang merupakan warga setempat, terluka pada bagian kaki kiri ketika sedang mencari ikan,” ungkapnya.

Hanya saja, pihaknya belum bisa melakukan penanganan sepenuhnya di lokasi kemunculan buaya. Sebab, lokasi tersebut masih diguyur hujan yang menyebabkan debit air membesar dan memperluas ruang gerak buaya.

Dalam penanganan di tiga lokasi ini pihaknya menurunkan lima orang personel, dibantu babinkamtibmas dan warga sekitar. Selain itu, juga dipasang dua perangkap di dua lokasi. Kemudian, juga dipasang lima kamera trap.

Ia mengimbau masyarakat untuk selalu berhati-hati dan waspada ketika beraktivitas. Masyarakat diminta menghindari aktivitas di sungai dan di kebun pada malam hari. ”Selain itu, diminta kepada warga untuk melakukan pengamanan terhadap ternaknya dengan cara memasukannya ke kandang,” tutupnya. (p)